Follow Us :              

Ketika Gus Yasin dan Para Kiai Berlontar Canda ala Pesantren

  02 December 2018  |   21:00:00  |   dibaca : 9652 
Kategori :
Bagikan :


Ketika Gus Yasin dan Para Kiai Berlontar Canda ala Pesantren

02 December 2018 | 21:00:00 | dibaca : 9652
Kategori :
Bagikan :

Foto : Handy (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Handy (Humas Jateng)

BANYUMAS - Tak henti-hentinya ribuan santri dan alumni Pondok Pesantren At Taujieh Al Islamiyyah Leler, Banyumas mendengar para kiai saling melempar guyonan khas pesantren, Minggu (2/12/2018). Dari Gus Anam, Gus Yasin hingga KH Marzuki Mustamar sama-sama mengeluarkan jurus-jurus candaannya. 

KH Zuhrul Anam Hisyam (Gus Anam) merupakan salah satu pengasuh Ponpes At Taujieh Al Islamiyyah. Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin) Wakil Gubernur Jateng yang sekaligus adik ipar Gus Anam. Dan KH Marzuki Mustamar Ketua Tanfidziah PWNU Jatim. Ketiga tokoh tersebut bergiliran menyampaikan tausiyah pada haul pendiri Ponpes At Taujieh KH Hisyam Zuhdi sekaligus haflah Ponpes ke 105. 

"Saya tahu Gus Yasin itu dari beliau kecil, sejak beliau masih nglemprak (menggelesot) di tanah, tidak pakai baju," kata Gus Anam sambil mempersilakan hadirin membayangkan, tak pelak pancingan Gus Anam itu memancing tawa ribuan santri dan alumni.

"Saya mondok di Sarang (Ponpes Al Anwar asuhan KH Maimoen Zubair ayahanda Gus Yasin) tahun 1985, sementara istri saya kelahiran tahun 1982. Jadi tahu benar polah istriku dan Gus Yasin pada masa kecilnya. Tidak tahunya sekarang sudah jadi wakil gubernur," kata Gus Anam yang kembali memancing tawa hadirin. 

Sejurus kemudian Gus Anam berkisah tentang perjuangan KH Hisyam Zuhdi dalam mendirikan pondok pesantren Al Taujieh Al Islamiyyah pada tahun 1914. KH Hisyam, kata Gus Anam, mengawali perjuangan pendidikan Islam pada umur 24 usai menikah.

"Semoga pondok ini selalu memberi manfaat di dunia hingga akhirat," katanya. 

Usai Gus Anam, giliran KH Marzuki Mustamar menyampaikan tausiyah. Mengetahui kehadiran Gus Yasin yang telah menjabat Wakil Gubernur Jateng, KH Marzuki menyitir kisah kepemimpinan sayyidina Ali yang menjunjung tinggi keikhlasan dalam menegakkan hukum serta bersungguh-sungguh mengikuti laku Nabi Muhammad, bukan takdzim secara dzahir namun ingkar dalam batin. 

Sayyidina Ali, kata KH Marzuki, pernah menegakkan hukum Allah kepada orang yang minum khamr. Sayyidina Ali akan menghukum dengan mencambuk 40 kali. Ketika akan mencambuk, tiba-tiba lelaki itu meludahi wajah sayyidina Ali. Seketika sayyidina Ali melepas lelaki itu. 

Sahabatnya bertanya, kenapa sayyidina Ali melepas, padahal lelaki itu telah melakukan dua kesalahan, minum khamr dan meludahi Amirul Mukminin. 

"'Sebelum lelaki itu meludahi wajahku, niatku mencambuk adalah untuk menegakkan hukum Allah. Tapi setelah dia meludahi wajahku, aku takut ada dendam terselubung ketika aku mencambuknya'," kata KH Marzuki.

Mendapat kesempatan memberi sambutan usai KH Marzuki, Gus Yasin lantas curhat mengenai bagaimana mestinya pejabat pemerintah mengamalkan ilmu ikhlas sebagaimana sayyidina Ali itu. Terlebih pada era keterbukaan informasi seperti saat ini.

"Kalau apa yang kita kerjakan tidak disampaikan, masyarakat tidak tahu kinerja kita. Sementara pemerintah kerjaannya melayani masyarakat, dan memberi tahu masyarakat apa yang akan kita kerjakan. Terus, bagaimana pemerintah menjaga keikhlasan?" kata Gus Yasin yang membuat hadirin tertawa. 

Pemerintah atau umara, kata Gus Yasin, mengurusi masyarakat urusan dunianya untuk menjangkau urusan akhiratnya sambil disampaikan. Sementara ulama tidak pernah menyampaikan apa yang telah dilakukannya demi semua urusan masyarakat karena pertimbangan keikhlasan, khususnya para kiai dan pengasuh pesantren. 

"Kekurangannya pesantren, soal dunia tidak terlalu diurusi, tapi kalau akhirat tidak pernah ditinggal. Nah ini, pemerintah yang mau bantu kewalahan. Para ustadz dan kiai sudah didata karena kebanyakan enggan. Ya seperti yang disampaikan tadi, karena mengutamakan ikhlas. Ketika didata khawatir keikhlasannya menukarkan ilmu tercemar. Memang luar biasa guru-guru di pondok ini. Penginnya tidak terkenal di dunia tidak jadi soal asal bisa terkenal di akhirat," katanya. 

Mengakhiri sambutannya, Gus Yasin berharap keberkahan para masyayikh agar dalam kepemimpinannya dengan Ganjar Pranowo diberi kekuatan untuk terus bertindak adil. 

"Semoga jadi pemerintah yang adil yang nanti dapat naungan dari Allah ketika di hari kiamat," katanya.
(Ibra/Puji/Humas Jateng)

 

Baca juga : Hidup Harmonis, Nikmat Tuhan yang Harus Disyukuri


Bagikan :

BANYUMAS - Tak henti-hentinya ribuan santri dan alumni Pondok Pesantren At Taujieh Al Islamiyyah Leler, Banyumas mendengar para kiai saling melempar guyonan khas pesantren, Minggu (2/12/2018). Dari Gus Anam, Gus Yasin hingga KH Marzuki Mustamar sama-sama mengeluarkan jurus-jurus candaannya. 

KH Zuhrul Anam Hisyam (Gus Anam) merupakan salah satu pengasuh Ponpes At Taujieh Al Islamiyyah. Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin) Wakil Gubernur Jateng yang sekaligus adik ipar Gus Anam. Dan KH Marzuki Mustamar Ketua Tanfidziah PWNU Jatim. Ketiga tokoh tersebut bergiliran menyampaikan tausiyah pada haul pendiri Ponpes At Taujieh KH Hisyam Zuhdi sekaligus haflah Ponpes ke 105. 

"Saya tahu Gus Yasin itu dari beliau kecil, sejak beliau masih nglemprak (menggelesot) di tanah, tidak pakai baju," kata Gus Anam sambil mempersilakan hadirin membayangkan, tak pelak pancingan Gus Anam itu memancing tawa ribuan santri dan alumni.

"Saya mondok di Sarang (Ponpes Al Anwar asuhan KH Maimoen Zubair ayahanda Gus Yasin) tahun 1985, sementara istri saya kelahiran tahun 1982. Jadi tahu benar polah istriku dan Gus Yasin pada masa kecilnya. Tidak tahunya sekarang sudah jadi wakil gubernur," kata Gus Anam yang kembali memancing tawa hadirin. 

Sejurus kemudian Gus Anam berkisah tentang perjuangan KH Hisyam Zuhdi dalam mendirikan pondok pesantren Al Taujieh Al Islamiyyah pada tahun 1914. KH Hisyam, kata Gus Anam, mengawali perjuangan pendidikan Islam pada umur 24 usai menikah.

"Semoga pondok ini selalu memberi manfaat di dunia hingga akhirat," katanya. 

Usai Gus Anam, giliran KH Marzuki Mustamar menyampaikan tausiyah. Mengetahui kehadiran Gus Yasin yang telah menjabat Wakil Gubernur Jateng, KH Marzuki menyitir kisah kepemimpinan sayyidina Ali yang menjunjung tinggi keikhlasan dalam menegakkan hukum serta bersungguh-sungguh mengikuti laku Nabi Muhammad, bukan takdzim secara dzahir namun ingkar dalam batin. 

Sayyidina Ali, kata KH Marzuki, pernah menegakkan hukum Allah kepada orang yang minum khamr. Sayyidina Ali akan menghukum dengan mencambuk 40 kali. Ketika akan mencambuk, tiba-tiba lelaki itu meludahi wajah sayyidina Ali. Seketika sayyidina Ali melepas lelaki itu. 

Sahabatnya bertanya, kenapa sayyidina Ali melepas, padahal lelaki itu telah melakukan dua kesalahan, minum khamr dan meludahi Amirul Mukminin. 

"'Sebelum lelaki itu meludahi wajahku, niatku mencambuk adalah untuk menegakkan hukum Allah. Tapi setelah dia meludahi wajahku, aku takut ada dendam terselubung ketika aku mencambuknya'," kata KH Marzuki.

Mendapat kesempatan memberi sambutan usai KH Marzuki, Gus Yasin lantas curhat mengenai bagaimana mestinya pejabat pemerintah mengamalkan ilmu ikhlas sebagaimana sayyidina Ali itu. Terlebih pada era keterbukaan informasi seperti saat ini.

"Kalau apa yang kita kerjakan tidak disampaikan, masyarakat tidak tahu kinerja kita. Sementara pemerintah kerjaannya melayani masyarakat, dan memberi tahu masyarakat apa yang akan kita kerjakan. Terus, bagaimana pemerintah menjaga keikhlasan?" kata Gus Yasin yang membuat hadirin tertawa. 

Pemerintah atau umara, kata Gus Yasin, mengurusi masyarakat urusan dunianya untuk menjangkau urusan akhiratnya sambil disampaikan. Sementara ulama tidak pernah menyampaikan apa yang telah dilakukannya demi semua urusan masyarakat karena pertimbangan keikhlasan, khususnya para kiai dan pengasuh pesantren. 

"Kekurangannya pesantren, soal dunia tidak terlalu diurusi, tapi kalau akhirat tidak pernah ditinggal. Nah ini, pemerintah yang mau bantu kewalahan. Para ustadz dan kiai sudah didata karena kebanyakan enggan. Ya seperti yang disampaikan tadi, karena mengutamakan ikhlas. Ketika didata khawatir keikhlasannya menukarkan ilmu tercemar. Memang luar biasa guru-guru di pondok ini. Penginnya tidak terkenal di dunia tidak jadi soal asal bisa terkenal di akhirat," katanya. 

Mengakhiri sambutannya, Gus Yasin berharap keberkahan para masyayikh agar dalam kepemimpinannya dengan Ganjar Pranowo diberi kekuatan untuk terus bertindak adil. 

"Semoga jadi pemerintah yang adil yang nanti dapat naungan dari Allah ketika di hari kiamat," katanya.
(Ibra/Puji/Humas Jateng)

 

Baca juga : Hidup Harmonis, Nikmat Tuhan yang Harus Disyukuri


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu