Foto : Ebron (Humas Jateng)
Foto : Ebron (Humas Jateng)
SEMARANG - Provinsi Jawa Tengah menduduki rangking enam dari 35 provinsi di Indonesia atas realisasi investasi. Kondisi ini perlu ada peningkatan baik dari sisi peringkat maupun kebijakan pelayanan, serta reformasi birokrasi agar investor tertarik dan mampu melihat beragam potensi Jateng.
"Jumlah investasi yang masuk ke Jawa Tengah menjadikan Jateng rangking keenam dari seluruh provinsi di Indonesia," ujar Menteri Keuangan RI Sri Mulyani saat paparan pada "Seminar Ekonomi Prospek Investasi Jawa Tengah 2019", di Hotel Aston Semarang, Rabu (12/12/2018).
Hadir pula pada seminar tersebut Sekretaris Daerah Jawa Tengah Dr Ir Sri Puryono KS MP, Ketua Kamar Dagang dan Industri Jateng Kukrit Suryo W, para pengusaha, akademisi, dan pengamat ekonomi.
"Kalau kita lihat kemampuan atau potensi Jawa Tengah untuk menarik investor sebetulnya sangat luar biasa. Karena penduduknya besar, kondusivitas cukup stabil, dan sekarang konektivitas infrastruktur sudah luar biasa meningkat," bebernya.
Perempuan kelahiran Semarang itu mengatakan, tahun 2019 mendatang pemerintah akan terus menjaga sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dengan melihat berbagai risiko yang harus diwaspadai. Termasuk kebijakan moneter di Amerika Serikat yang menaikkan suku bunga, perang dagang yang akan terus berlangsung dan ini menimbulkan ketidakpastian dan akan berimplikasi terhadap ekspor, pelemahan perekonomian RRC, serta geopoletik serta volatilitas harga-harga komoditas.
"Pemerintah akan terus menjaga perekonomian seperti tahun 2018 dimana dinamikanya sangat tinggi," katanya.
Sementara itu, Gubernur Jateng H Ganjar Pranowo SH MIP dalam sambutan tertulis yang dibacakan Sekretaris Daerah Jawa Tengah Dr Ir Sri Puryono KS MP pada pembukaan Seminar Ekonomi Prospek Investasi Jawa Tengah 2019, menyampaikan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah optimistis target investasi 2018 sebesar Rp47,15 triliun bakal tercapai. Karenanya berbagai upaya guna menarik investor menanamkan investasinya di Jateng terus dilakukan.
Disebutkan, total investasi yang masuk pada triwulan I sampai III tahun 2018 mencapai Rp 41,94 triliun. Terdiri dari investasi PMA 1,6 miliar USD atau Rp21,46 triliun dan PMDN tercapai Rp20,48 triliun. Kendati belum mencapai target investasi tahun 2018 sebesar Rp 47,15 triliun, pemprov optimistis sekitar akhir tahun target akan tercapai.
"Saya optimistis, karena Pemprov Jateng telah membuat berbagai program yang memudahkan para investor berinvestasi seperti, Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi (KLIK), reformasi peraturan perizinan dan penggunaan system On line Single Submission (OSS), Investasi dan Pariwisata Jawa Tengah (KERIS Jateng), serta program lainnya," bebernya.
Untuk menarik calon investor, menurutnya tidak cukup dengan mengandalkan ketersediaan tenaga dan upah yang kompetitif. Namun juga dipengaruhi kinerja pelayanan, regulasi daerah, penyediaan infrastruktur, dan ketersediaan lahan. Tidak kalah penting adalah kondusivitas daerah karena investor butuh investasinya terjamin, aman dan nyaman.
Berbagai upaya menarik investor untuk datang ke Jawa Tengah terus dilakukan, salah satunya memperbaiki sarana pendukung investasi, seperti infrastruktur bandara, pelabuhan, jalan tol, perkeretaapian, ketenagalistrikan, dan kawasan industri. Untuk infrastruktur industri, Jateng memiliki delapan kawasan industri eksisting. Diantaranya Kawasan Industri Kendal (KIK), Kawasan Industri Wijayakusuma, Kawasan Industri Bukit Semarang Baru (BSB), Tanjung Emas Export Processing Zone (TEPZ), dan Jatengland Industrial Park Sayung (JIPS).
Dalam kesempatan itu, gubernur menjelaskan berbagai potensi investasi unggulan yang tersebar di berbagai kabupaten dan kota di Jateng. Baik sektor primer, sekunder maupun tersier yang sangat layak dikembangkan menjadi peluang investasi. Salah satunya bidang industri pariwisata, awa Tengah memiliki banyak destinasi ungulan.
Saat ini Jateng memiliki 467 daya tarik wisata (DTW) yang terdiri dari 148 DTW alam, 85 DTW budaya, 117 DTW buatan, 19 DTW minat khusus, serta 98 event. Selain itu juga memiliki destinasi yang masuk dalam Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), yaitu Borobudur, Karimunjawa, Dieng, dan Sangiran. Destinasi-destinasi tersebut didukung dengan adanya konektivitas Jogjakarta – Solo – Semarang.
Selain potensi pariwisata, kata dia, investor juga terus didorong untuk masuk di sektor pertanian dan perkebunan, karena potensi pertanian dan perkebunan di Jateng juga begitu besar. Tidak hanya itu, kondisi Jawa Tengah yang memiliki 33 buah pulau-pulau kecil dan memiliki panjang garis pantai 797,73 KM, dengan jumlah nelayan mencapai 172.214 orang, dan rumah tangga pembudidaya 215.736 rumah tangga.
Senada disampaikan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jateng Kukrit Suryo Wicaksono, investasi Jateng hingga triwulan ketiga tahun 2018 sudah mencapai Rp41 triliun dan capaian tersebut merupakan tertinggi se Indonesia. Kondisi seperti ini harus dijaga dan terus ditingkatkan agar Jateng menjadi 'primadona' bagi para investor.
Terlebih akses infrastruktur Jawa Tengah luar biasa sehingga semakin mendukung pertumbuhan ekonomi. Seperti adanya beberapa bandara baru, pembangunan Tol Semarang-Solo dan Tol Batang-Semarang yang sekitar akhir 2019 akan menyambung.
"Kalau banyak investor masuk maka lapangan kerja akan terbuka dan banyak warga yang belerja, kemudian mereka memiliki pendapatan sehingga daya beli menjadi meningkat. Bahkan membuka usaha apapun akan laku karena banyak yang bekerja," terangnya.
(Marni/Puji/Humas Jateng)
Baca juga : Targetkan Investasi Rp56 Triliun di 2019, Ini Strategi Ganjar
SEMARANG - Provinsi Jawa Tengah menduduki rangking enam dari 35 provinsi di Indonesia atas realisasi investasi. Kondisi ini perlu ada peningkatan baik dari sisi peringkat maupun kebijakan pelayanan, serta reformasi birokrasi agar investor tertarik dan mampu melihat beragam potensi Jateng.
"Jumlah investasi yang masuk ke Jawa Tengah menjadikan Jateng rangking keenam dari seluruh provinsi di Indonesia," ujar Menteri Keuangan RI Sri Mulyani saat paparan pada "Seminar Ekonomi Prospek Investasi Jawa Tengah 2019", di Hotel Aston Semarang, Rabu (12/12/2018).
Hadir pula pada seminar tersebut Sekretaris Daerah Jawa Tengah Dr Ir Sri Puryono KS MP, Ketua Kamar Dagang dan Industri Jateng Kukrit Suryo W, para pengusaha, akademisi, dan pengamat ekonomi.
"Kalau kita lihat kemampuan atau potensi Jawa Tengah untuk menarik investor sebetulnya sangat luar biasa. Karena penduduknya besar, kondusivitas cukup stabil, dan sekarang konektivitas infrastruktur sudah luar biasa meningkat," bebernya.
Perempuan kelahiran Semarang itu mengatakan, tahun 2019 mendatang pemerintah akan terus menjaga sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dengan melihat berbagai risiko yang harus diwaspadai. Termasuk kebijakan moneter di Amerika Serikat yang menaikkan suku bunga, perang dagang yang akan terus berlangsung dan ini menimbulkan ketidakpastian dan akan berimplikasi terhadap ekspor, pelemahan perekonomian RRC, serta geopoletik serta volatilitas harga-harga komoditas.
"Pemerintah akan terus menjaga perekonomian seperti tahun 2018 dimana dinamikanya sangat tinggi," katanya.
Sementara itu, Gubernur Jateng H Ganjar Pranowo SH MIP dalam sambutan tertulis yang dibacakan Sekretaris Daerah Jawa Tengah Dr Ir Sri Puryono KS MP pada pembukaan Seminar Ekonomi Prospek Investasi Jawa Tengah 2019, menyampaikan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah optimistis target investasi 2018 sebesar Rp47,15 triliun bakal tercapai. Karenanya berbagai upaya guna menarik investor menanamkan investasinya di Jateng terus dilakukan.
Disebutkan, total investasi yang masuk pada triwulan I sampai III tahun 2018 mencapai Rp 41,94 triliun. Terdiri dari investasi PMA 1,6 miliar USD atau Rp21,46 triliun dan PMDN tercapai Rp20,48 triliun. Kendati belum mencapai target investasi tahun 2018 sebesar Rp 47,15 triliun, pemprov optimistis sekitar akhir tahun target akan tercapai.
"Saya optimistis, karena Pemprov Jateng telah membuat berbagai program yang memudahkan para investor berinvestasi seperti, Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi (KLIK), reformasi peraturan perizinan dan penggunaan system On line Single Submission (OSS), Investasi dan Pariwisata Jawa Tengah (KERIS Jateng), serta program lainnya," bebernya.
Untuk menarik calon investor, menurutnya tidak cukup dengan mengandalkan ketersediaan tenaga dan upah yang kompetitif. Namun juga dipengaruhi kinerja pelayanan, regulasi daerah, penyediaan infrastruktur, dan ketersediaan lahan. Tidak kalah penting adalah kondusivitas daerah karena investor butuh investasinya terjamin, aman dan nyaman.
Berbagai upaya menarik investor untuk datang ke Jawa Tengah terus dilakukan, salah satunya memperbaiki sarana pendukung investasi, seperti infrastruktur bandara, pelabuhan, jalan tol, perkeretaapian, ketenagalistrikan, dan kawasan industri. Untuk infrastruktur industri, Jateng memiliki delapan kawasan industri eksisting. Diantaranya Kawasan Industri Kendal (KIK), Kawasan Industri Wijayakusuma, Kawasan Industri Bukit Semarang Baru (BSB), Tanjung Emas Export Processing Zone (TEPZ), dan Jatengland Industrial Park Sayung (JIPS).
Dalam kesempatan itu, gubernur menjelaskan berbagai potensi investasi unggulan yang tersebar di berbagai kabupaten dan kota di Jateng. Baik sektor primer, sekunder maupun tersier yang sangat layak dikembangkan menjadi peluang investasi. Salah satunya bidang industri pariwisata, awa Tengah memiliki banyak destinasi ungulan.
Saat ini Jateng memiliki 467 daya tarik wisata (DTW) yang terdiri dari 148 DTW alam, 85 DTW budaya, 117 DTW buatan, 19 DTW minat khusus, serta 98 event. Selain itu juga memiliki destinasi yang masuk dalam Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), yaitu Borobudur, Karimunjawa, Dieng, dan Sangiran. Destinasi-destinasi tersebut didukung dengan adanya konektivitas Jogjakarta – Solo – Semarang.
Selain potensi pariwisata, kata dia, investor juga terus didorong untuk masuk di sektor pertanian dan perkebunan, karena potensi pertanian dan perkebunan di Jateng juga begitu besar. Tidak hanya itu, kondisi Jawa Tengah yang memiliki 33 buah pulau-pulau kecil dan memiliki panjang garis pantai 797,73 KM, dengan jumlah nelayan mencapai 172.214 orang, dan rumah tangga pembudidaya 215.736 rumah tangga.
Senada disampaikan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jateng Kukrit Suryo Wicaksono, investasi Jateng hingga triwulan ketiga tahun 2018 sudah mencapai Rp41 triliun dan capaian tersebut merupakan tertinggi se Indonesia. Kondisi seperti ini harus dijaga dan terus ditingkatkan agar Jateng menjadi 'primadona' bagi para investor.
Terlebih akses infrastruktur Jawa Tengah luar biasa sehingga semakin mendukung pertumbuhan ekonomi. Seperti adanya beberapa bandara baru, pembangunan Tol Semarang-Solo dan Tol Batang-Semarang yang sekitar akhir 2019 akan menyambung.
"Kalau banyak investor masuk maka lapangan kerja akan terbuka dan banyak warga yang belerja, kemudian mereka memiliki pendapatan sehingga daya beli menjadi meningkat. Bahkan membuka usaha apapun akan laku karena banyak yang bekerja," terangnya.
(Marni/Puji/Humas Jateng)
Baca juga : Targetkan Investasi Rp56 Triliun di 2019, Ini Strategi Ganjar
Berita Terbaru