Follow Us :              

Pangkas Rantai Distribusi, Sistem Jual Tunda Berteknologi Dapat Diterapkan

  14 January 2019  |   11:00:00  |   dibaca : 502 
Kategori :
Bagikan :


Pangkas Rantai Distribusi, Sistem Jual Tunda Berteknologi Dapat Diterapkan

14 January 2019 | 11:00:00 | dibaca : 502
Kategori :
Bagikan :

Foto : Ebron (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Ebron (Humas Jateng)

SEMARANG - Respon cepat Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo dengan memborong 10 ton cabai merah keriting petani memperoleh apresiasi. Langkah dengan menginstruksikan Aparatur Sipil Negara (ASN) membeli cabai yang sudah diborong itu dengan harga Rp18.000 perkilogram dipandang dapat menaikkan harga jual di tingkat petani yang hanya pada kisaran Rp7.000 perkilogramnya.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Tengah (Jateng) Hamid Ponco Wibowo menilai, langkah itu sangat membantu petani cabai. Pihaknya pun memberi masukan, untuk memangkas rantai distribusi komoditas pangan, perlu diterapkan secara cermat. Yakni dengan sistem tunda jual untuk menjaga pasokan dan harga komoditas pangan tetap stabil. Untuk implementasi sistem tersebut, diperlukan ruang penyimpanan dingin (cold storage), mesin ozone, dan gudang pangan dapat.

"Memang permasalahan adalah rantai distribusi yang sangat panjang. Oleh karena itu, kami mencoba untuk memberikan solusi sehingga salah satu kelompok petani yang ada di Magelang kita bangunkan gudang plus cold storage dengan teknologi ozone. Memang cukup lama prosesnya, sekitar setengah tahun, karena petani kesulitan dengan masalah perizinan, dan sekarang dalam proses finishing. Kita bekerjasama dengan Undip terkait teknologi ozone ini," jelasnya di sela Rapat Koordinasi dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jateng di Kantor Perwakilan BI Jateng, Senin (14/1/2019).

Ponco menambahkan, sistem tunda jual itu akan memangkas rantai distribusi ke konsumen. Hasil panen ini dapat disimpan oleh kelompok tani di gudang berteknologi, sekitar satu bulan sebelum didistribusikan kepada konsumen. "Dengan kapasitas enam ton dari gudang, setiap kali panen tidak langsung dijual tetapi bisa disimpan di situ selama satu bulan, sehingga nanti bisa bertahap penjualannya. Ini langsung dari kelompok tani ke konsumen sehingga akan banyak memotong rantai distribusi," lanjutnya.

Wakil Ketua TPID Jateng itu berharap, sistem tunda jual dengan memanfaatkan teknologi itu, dapat diterapkan juga di daerah lainnya. Sehingga petani pun lebih diuntungkan. "Nanti mungkin volunteer bisa memberikan sumbangan seperti itu untuk masuk ke kelompok tani yang lain sehingga ada replikasi. Kami optimis kalau ini jadi di Jawa Tengah tidak akan lagi ada kemungkinan seperti ini, tiba-tiba musim panen lalu harga jatuh," harapnya.

Senada dengan Ponco, Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jateng Sri Puryono menilai upaya untuk memangkas rantai distribusi komoditas pangan penting. Sehingga, petani tidak lagi merugi karena panennya dibeli oleh tengkulak dengan harga murah.

"Bagaimana kita memutus rantai distribusi salah satu solusinya adalah dengan gudang ataupun ozone. Hulunya juga kita perbaiki, saya minta teman-teman dari pertanian betul-betul merencanakan musim tanam, luas tanam dan lainnya. Selain itu, harus punya proyeksi panen berapa," pungkas Sri Puryono yang juga Ketua Harian TPID Jateng itu.
 

Baca juga : Ganjar Perintahkan Pemerintah Kabupaten/Kota Ikut Borong Cabai Petani


Bagikan :

SEMARANG - Respon cepat Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo dengan memborong 10 ton cabai merah keriting petani memperoleh apresiasi. Langkah dengan menginstruksikan Aparatur Sipil Negara (ASN) membeli cabai yang sudah diborong itu dengan harga Rp18.000 perkilogram dipandang dapat menaikkan harga jual di tingkat petani yang hanya pada kisaran Rp7.000 perkilogramnya.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Tengah (Jateng) Hamid Ponco Wibowo menilai, langkah itu sangat membantu petani cabai. Pihaknya pun memberi masukan, untuk memangkas rantai distribusi komoditas pangan, perlu diterapkan secara cermat. Yakni dengan sistem tunda jual untuk menjaga pasokan dan harga komoditas pangan tetap stabil. Untuk implementasi sistem tersebut, diperlukan ruang penyimpanan dingin (cold storage), mesin ozone, dan gudang pangan dapat.

"Memang permasalahan adalah rantai distribusi yang sangat panjang. Oleh karena itu, kami mencoba untuk memberikan solusi sehingga salah satu kelompok petani yang ada di Magelang kita bangunkan gudang plus cold storage dengan teknologi ozone. Memang cukup lama prosesnya, sekitar setengah tahun, karena petani kesulitan dengan masalah perizinan, dan sekarang dalam proses finishing. Kita bekerjasama dengan Undip terkait teknologi ozone ini," jelasnya di sela Rapat Koordinasi dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jateng di Kantor Perwakilan BI Jateng, Senin (14/1/2019).

Ponco menambahkan, sistem tunda jual itu akan memangkas rantai distribusi ke konsumen. Hasil panen ini dapat disimpan oleh kelompok tani di gudang berteknologi, sekitar satu bulan sebelum didistribusikan kepada konsumen. "Dengan kapasitas enam ton dari gudang, setiap kali panen tidak langsung dijual tetapi bisa disimpan di situ selama satu bulan, sehingga nanti bisa bertahap penjualannya. Ini langsung dari kelompok tani ke konsumen sehingga akan banyak memotong rantai distribusi," lanjutnya.

Wakil Ketua TPID Jateng itu berharap, sistem tunda jual dengan memanfaatkan teknologi itu, dapat diterapkan juga di daerah lainnya. Sehingga petani pun lebih diuntungkan. "Nanti mungkin volunteer bisa memberikan sumbangan seperti itu untuk masuk ke kelompok tani yang lain sehingga ada replikasi. Kami optimis kalau ini jadi di Jawa Tengah tidak akan lagi ada kemungkinan seperti ini, tiba-tiba musim panen lalu harga jatuh," harapnya.

Senada dengan Ponco, Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jateng Sri Puryono menilai upaya untuk memangkas rantai distribusi komoditas pangan penting. Sehingga, petani tidak lagi merugi karena panennya dibeli oleh tengkulak dengan harga murah.

"Bagaimana kita memutus rantai distribusi salah satu solusinya adalah dengan gudang ataupun ozone. Hulunya juga kita perbaiki, saya minta teman-teman dari pertanian betul-betul merencanakan musim tanam, luas tanam dan lainnya. Selain itu, harus punya proyeksi panen berapa," pungkas Sri Puryono yang juga Ketua Harian TPID Jateng itu.
 

Baca juga : Ganjar Perintahkan Pemerintah Kabupaten/Kota Ikut Borong Cabai Petani


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu