Follow Us :              

Dikunjungi Ganjar, Mbah Barkah: Aku Bungah

  16 January 2019  |   11:00:00  |   dibaca : 1407 
Kategori :
Bagikan :


Dikunjungi Ganjar, Mbah Barkah: Aku Bungah

16 January 2019 | 11:00:00 | dibaca : 1407
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

PEKALONGAN - Wajah bahagia dan tawa lebar selalu terlihat dari sepasang warga lanjut usia (Lansia) asal Desa Patianom Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan, Warsono dan Barkah. Bagaimana tidak, dua lansia yang berusia lebih dari 70 tahun tersebut didatangi tamu istimewa, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Ganjar sengaja mendatangi Warsono dan Barkah karena mendapat laporan bahwa kedua lansia itu hidup di rumah tidak layak huni. Kedatangan Ganjar ke tempat tersebut bertujuan untuk mendirikan rumah bagi Warsono dan Barkah melalui program Rehab Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Pemprov Jateng.

"Ya Allah, maturnuwun Pak Ganjar sampun dugi mriki, kula bungah sanget pak (Ya Allah terimakasih Pak Ganjar sudah datang ke sini, saya sangat senang sekali," ucap Barkah menyambut kedatangan Ganjar bersama rombongan, termasuk Bupati Pekalongan Asip Kholbihi, Rabu (16/1/2019).

Mendapati hal itu, Ganjar kemudian duduk bersimpuh di samping kakek-nenek delapan anak ini dan bercengkrama. Dengan tingkah lucu, Ganjar bercanda dengan kedua lansia tersebut hingga membuat keduanya terkekeh. "Umur njenengan pinten mbah (usia mbah berapa?)" tanya Ganjar. "Mboten ngertos pak, mboten kelingan (tidak tahu pak, tidak ingat)," jawab Warsono.

Ganjar kemudian bertanya, apakah zaman penjajahan Belanda sudah lahir, keduanya menjawab sudah. "Sampun pak, riyen zamane Landha ngangge baju saking karung goni (sudah pak, dulu zaman Belanda pakaiannya dari karung goni)," jawabnya.

Keceriaan-keceriaan lain ditunjukan saat Ganjar menanyakan ikhwal perkawinan mereka. Ternyata, Warsono adalah suami ketujuh Barkah. "Kulo mpun mbojo ping pitu pak, niki bojo kulo sing terakhir, anak kulo wolu (saya sudah menikah tujuh kali, ini suami saya terakhir, anak saya delapan)," ucap Barkah disambut tawa semua masyarakat.

Warsono dan Barkah merupakan warga Kabupaten Pekalongan yang selama ini tinggal di rumah tidak layak huni. Mereka berdua tinggal dengan menempati tanah milik desa setempat. Keduanya sehari-hari bekerja mengelem kapas dengan penghasilan Rp5.000 perhari. Uang tersebut mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Ini sebenarnya dulu ada yang melaporkan ke saya, kemudian kita tindaklanjuti. Saya senang kerja sama dengan kabupaten bahkan sampai desa luar biasa, responnya sangat cepat dari kepala desa dan bupati," kata Ganjar.

Menurut Ganjar, sebenarnya cerita semacam ini masih ada di tempat lain. Yang penting adalah masyarakat bisa bantu yang seperti ini. "Saya harap masyarakat dapat menginformasikan kemudian kita bertindak. Kita tidak bisa sak dek sak nyet (harus saat itu juga), tapi kalau kita mencari mereka yang miskin yang butuh bantuan kita bisa cepat membantu, dari APBD, CSR, BAZNAS yang terpenting bantuan dari masyarakat," terangnya.

Dari obrolan bersama Warsono dan Barkah, Ganjar mengetahui jika keduanya baru memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS). Sementara bantuan lain belum ada. "Menurut saya, perlu PKH dan bantuan nontunai. Saya minta untuk didaftar. Sementara terkait rumah ini, karena tanahnya milik desa nanti pak bupati mau mencarikan lahan, kita siap membantu membangun rumahnya," paparnya.

Dia menjelaskan, hal-hal semacam ini harus diburu dan dibereskan. Di kabupaten Pekalongan saja, masih ada sekitar 10 ribu warga yang tinggal di rumah tidak layak huni. "Maka kita lakukan pemberesan secara bertahap. Hanya yang perlu tindakan cepat ya kita lakukan secara cepat. Tapi sebenarnya yang paling penting adalah kepedulian dari masyarakat, saya senang karena ternyata sudah ada tahapan yang sudah dilakukan masyarakat," tukasnya.

Pada kesempatan itu, Ganjar juga memberikan bantuan berupa uang tunai dari Baznas dan paket sembako kepada pasangan yang akrab disapa Mbah Warsono dan Mbah Barkah itu.
 

Baca juga : Ucap Syukur Nenek Banget Terima Bantuan Rehab RTLH


Bagikan :

PEKALONGAN - Wajah bahagia dan tawa lebar selalu terlihat dari sepasang warga lanjut usia (Lansia) asal Desa Patianom Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan, Warsono dan Barkah. Bagaimana tidak, dua lansia yang berusia lebih dari 70 tahun tersebut didatangi tamu istimewa, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Ganjar sengaja mendatangi Warsono dan Barkah karena mendapat laporan bahwa kedua lansia itu hidup di rumah tidak layak huni. Kedatangan Ganjar ke tempat tersebut bertujuan untuk mendirikan rumah bagi Warsono dan Barkah melalui program Rehab Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Pemprov Jateng.

"Ya Allah, maturnuwun Pak Ganjar sampun dugi mriki, kula bungah sanget pak (Ya Allah terimakasih Pak Ganjar sudah datang ke sini, saya sangat senang sekali," ucap Barkah menyambut kedatangan Ganjar bersama rombongan, termasuk Bupati Pekalongan Asip Kholbihi, Rabu (16/1/2019).

Mendapati hal itu, Ganjar kemudian duduk bersimpuh di samping kakek-nenek delapan anak ini dan bercengkrama. Dengan tingkah lucu, Ganjar bercanda dengan kedua lansia tersebut hingga membuat keduanya terkekeh. "Umur njenengan pinten mbah (usia mbah berapa?)" tanya Ganjar. "Mboten ngertos pak, mboten kelingan (tidak tahu pak, tidak ingat)," jawab Warsono.

Ganjar kemudian bertanya, apakah zaman penjajahan Belanda sudah lahir, keduanya menjawab sudah. "Sampun pak, riyen zamane Landha ngangge baju saking karung goni (sudah pak, dulu zaman Belanda pakaiannya dari karung goni)," jawabnya.

Keceriaan-keceriaan lain ditunjukan saat Ganjar menanyakan ikhwal perkawinan mereka. Ternyata, Warsono adalah suami ketujuh Barkah. "Kulo mpun mbojo ping pitu pak, niki bojo kulo sing terakhir, anak kulo wolu (saya sudah menikah tujuh kali, ini suami saya terakhir, anak saya delapan)," ucap Barkah disambut tawa semua masyarakat.

Warsono dan Barkah merupakan warga Kabupaten Pekalongan yang selama ini tinggal di rumah tidak layak huni. Mereka berdua tinggal dengan menempati tanah milik desa setempat. Keduanya sehari-hari bekerja mengelem kapas dengan penghasilan Rp5.000 perhari. Uang tersebut mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Ini sebenarnya dulu ada yang melaporkan ke saya, kemudian kita tindaklanjuti. Saya senang kerja sama dengan kabupaten bahkan sampai desa luar biasa, responnya sangat cepat dari kepala desa dan bupati," kata Ganjar.

Menurut Ganjar, sebenarnya cerita semacam ini masih ada di tempat lain. Yang penting adalah masyarakat bisa bantu yang seperti ini. "Saya harap masyarakat dapat menginformasikan kemudian kita bertindak. Kita tidak bisa sak dek sak nyet (harus saat itu juga), tapi kalau kita mencari mereka yang miskin yang butuh bantuan kita bisa cepat membantu, dari APBD, CSR, BAZNAS yang terpenting bantuan dari masyarakat," terangnya.

Dari obrolan bersama Warsono dan Barkah, Ganjar mengetahui jika keduanya baru memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS). Sementara bantuan lain belum ada. "Menurut saya, perlu PKH dan bantuan nontunai. Saya minta untuk didaftar. Sementara terkait rumah ini, karena tanahnya milik desa nanti pak bupati mau mencarikan lahan, kita siap membantu membangun rumahnya," paparnya.

Dia menjelaskan, hal-hal semacam ini harus diburu dan dibereskan. Di kabupaten Pekalongan saja, masih ada sekitar 10 ribu warga yang tinggal di rumah tidak layak huni. "Maka kita lakukan pemberesan secara bertahap. Hanya yang perlu tindakan cepat ya kita lakukan secara cepat. Tapi sebenarnya yang paling penting adalah kepedulian dari masyarakat, saya senang karena ternyata sudah ada tahapan yang sudah dilakukan masyarakat," tukasnya.

Pada kesempatan itu, Ganjar juga memberikan bantuan berupa uang tunai dari Baznas dan paket sembako kepada pasangan yang akrab disapa Mbah Warsono dan Mbah Barkah itu.
 

Baca juga : Ucap Syukur Nenek Banget Terima Bantuan Rehab RTLH


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu