Foto : Handy (Humas Jateng)
Foto : Handy (Humas Jateng)
SEMARANG - Moderasi beragama menjadi isu strategis yang mengemuka pada Rapat Kerja Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) di Hotel Grand Candi Semarang, Rabu malam (13/2/2019). Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin yang hadir membuka rapat kerja tersebut menjelaskan, moderasi beragama mengacu pada pemahaman dan pengamalan ajaran agama secara benar.
Pada era globalisasi yang rentan terhadap maraknya berita bohong atau hoaks, seseorang mungkin saja terjerumus pada pemahaman dan perilaku ekstrim. Kehadiran teknologi informasi yang tidak disikapi secara bijak, dapat menuntun individu untuk mempelajari agama secara instan, alih-alih mengkajinya secara utuh dan menyeluruh.
"Moderasi itu sederhana, bagaimana pemahaman dan pengamalan ajaran agama yang kita anut tidak ekstrim. Moderasi agama semakin mempunyai urgensi yang tinggi karena sekarang orang dalam memahami agama itu semakin instan, menempuh jalan pintas," jelasnya.
Lebih lanjut Lukman menerangkan, Kemenag senantiasa mendukung dan menyosialisasikan moderasi beragama pada setiap program/kegiatan yang dilaksanakan oleh unit kerja. Lantas, bagaimana cara mengukur pemahaman agama yang moderat dan ekstrim? Dengan tegas Menag menjawab, kuncinya ada pada kemampuan seseorang untuk menjunjung nilai-nilai kemanusiaan. "Ukurannya adalah kembali pada esensi agama itu sendiri, yakni kemanusiaan. Karena agama hadir agar harkat martabat manusia selalu terjaga," tegasnya.
Tak hanya menyampaikan urgensi tentang moderasi beragama, Lukman juga mengingatkan kembali arti penting kebersamaan umat dan integrasi data. Relasi yang baik antar umat beragama merupakan kunci kokohnya NKRI sebagai bangsa yang religius.
Terkait integrasi data, Lukman juga meminta ASN di lingkungan Kemenag memperbaiki betul data-data yang telah dihimpun. Karena data yang valid menjadi acuan untuk memberikan pelayanan publik yang prima. "Perbaiki betul data-data kita. Kita punya data macam-macam seperti rumah ibadah, lembaga pendidikan, para penyuluh, dan lainnya. Ini juga bagian dari upaya kita memberikan pelayanan prima kepada publik," pesannya.
Senada dengan Lukman, Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen menjelaskan, saat ini kita hidup dalam negara yang mengayomi keberagaman agama. Kerukunan beragama yang dijalin antar pemeluk agama merupakan salah satu cara menjaga kebersamaan sebagai investasi panjang untuk merawat keindonesiaan. "Kita bersyukur Jateng itu kondusif, aman dan damai dibanding wilayah lain. Kerukunan dan kebersamaan itu harus terus dirawat agar Jawa Tengah dan Indonesia senantiasa diliputi suasana kehidupan yang kondusif," ujarnya.
Bertepatan dengan tahun politik, Gus Yasin, sapaan akrabnya, mengimbau agar kerukunan yang telah terjalin dapat terus dijaga demi terwujudnya Jateng yang guyub rukun. "Kita berkewajiban mewujudkan kerukunan, kedamaian di masyarakat dengan segala kebencian, politisasi SARA maupun politik identitas bertebaran. Juga jangan sampai menyeruak black campaign," tukasnya.
Sementara itu, Kepala Kantor Wilayah Kemenag Provinsi Jateng Farhani menjelaskan bahwa bersamaan dengan rapat kerja juga dilakukan penandatanagan nota kesepahaman antara pihaknya dengan Kapolda Jateng Irjen Pol Condro Kirono tentang pembinaan umat beragama dan pencegahan narkoba.
Baca juga : Gus Yasin Minta Warga Melaksanakan Tri Kerukunan Umat Beragama
SEMARANG - Moderasi beragama menjadi isu strategis yang mengemuka pada Rapat Kerja Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) di Hotel Grand Candi Semarang, Rabu malam (13/2/2019). Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin yang hadir membuka rapat kerja tersebut menjelaskan, moderasi beragama mengacu pada pemahaman dan pengamalan ajaran agama secara benar.
Pada era globalisasi yang rentan terhadap maraknya berita bohong atau hoaks, seseorang mungkin saja terjerumus pada pemahaman dan perilaku ekstrim. Kehadiran teknologi informasi yang tidak disikapi secara bijak, dapat menuntun individu untuk mempelajari agama secara instan, alih-alih mengkajinya secara utuh dan menyeluruh.
"Moderasi itu sederhana, bagaimana pemahaman dan pengamalan ajaran agama yang kita anut tidak ekstrim. Moderasi agama semakin mempunyai urgensi yang tinggi karena sekarang orang dalam memahami agama itu semakin instan, menempuh jalan pintas," jelasnya.
Lebih lanjut Lukman menerangkan, Kemenag senantiasa mendukung dan menyosialisasikan moderasi beragama pada setiap program/kegiatan yang dilaksanakan oleh unit kerja. Lantas, bagaimana cara mengukur pemahaman agama yang moderat dan ekstrim? Dengan tegas Menag menjawab, kuncinya ada pada kemampuan seseorang untuk menjunjung nilai-nilai kemanusiaan. "Ukurannya adalah kembali pada esensi agama itu sendiri, yakni kemanusiaan. Karena agama hadir agar harkat martabat manusia selalu terjaga," tegasnya.
Tak hanya menyampaikan urgensi tentang moderasi beragama, Lukman juga mengingatkan kembali arti penting kebersamaan umat dan integrasi data. Relasi yang baik antar umat beragama merupakan kunci kokohnya NKRI sebagai bangsa yang religius.
Terkait integrasi data, Lukman juga meminta ASN di lingkungan Kemenag memperbaiki betul data-data yang telah dihimpun. Karena data yang valid menjadi acuan untuk memberikan pelayanan publik yang prima. "Perbaiki betul data-data kita. Kita punya data macam-macam seperti rumah ibadah, lembaga pendidikan, para penyuluh, dan lainnya. Ini juga bagian dari upaya kita memberikan pelayanan prima kepada publik," pesannya.
Senada dengan Lukman, Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen menjelaskan, saat ini kita hidup dalam negara yang mengayomi keberagaman agama. Kerukunan beragama yang dijalin antar pemeluk agama merupakan salah satu cara menjaga kebersamaan sebagai investasi panjang untuk merawat keindonesiaan. "Kita bersyukur Jateng itu kondusif, aman dan damai dibanding wilayah lain. Kerukunan dan kebersamaan itu harus terus dirawat agar Jawa Tengah dan Indonesia senantiasa diliputi suasana kehidupan yang kondusif," ujarnya.
Bertepatan dengan tahun politik, Gus Yasin, sapaan akrabnya, mengimbau agar kerukunan yang telah terjalin dapat terus dijaga demi terwujudnya Jateng yang guyub rukun. "Kita berkewajiban mewujudkan kerukunan, kedamaian di masyarakat dengan segala kebencian, politisasi SARA maupun politik identitas bertebaran. Juga jangan sampai menyeruak black campaign," tukasnya.
Sementara itu, Kepala Kantor Wilayah Kemenag Provinsi Jateng Farhani menjelaskan bahwa bersamaan dengan rapat kerja juga dilakukan penandatanagan nota kesepahaman antara pihaknya dengan Kapolda Jateng Irjen Pol Condro Kirono tentang pembinaan umat beragama dan pencegahan narkoba.
Baca juga : Gus Yasin Minta Warga Melaksanakan Tri Kerukunan Umat Beragama
Berita Terbaru