Follow Us :              

Langgengnya Pagelaran Wayang Kulit Jumat Kliwon di TBRS

  28 February 2019  |   20:30:00  |   dibaca : 4189 
Kategori :
Bagikan :


Langgengnya Pagelaran Wayang Kulit Jumat Kliwon di TBRS

28 February 2019 | 20:30:00 | dibaca : 4189
Kategori :
Bagikan :

Foto : Handy (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Handy (Humas Jateng)

SEMARANG - Ki Sigid Ariyanto, 40, dalang asal Kabupaten Rembang mengaku sudah tak terhitung jari membawakan pagelaran wayang kulit semalam suntuk di Gedung Pertemuan Kompleks Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Kota Semarang. Baginya, pagelaran wayang kulit yang berlangsung setiap malam Jumat Kliwon itu turut melambungkan namanya di dunia pewayangan Tanah Air.

"Nama saya terangkat ya gara-gara pernah tampil di sini, Karena bagi kebanyakan dalang, pagelaran wayang kulit Jumat Kliwon di TBRS ini merupakan pementasan bergengsi," ujar dalang kelahiran Blora yang pertama kali pentas di TBRS pada tahun 2014 silam.

Menurut pemilik sanggar seni Cakraningrat di Kelurahan Leteh, Rembang ini, tidak setiap dalang berani menyabetkan wayang kulit di gedung pertemuan yang terletak di Jalan Sriwijaya Nomor 29 itu. Sebab, para penontonnya sudah sangat paham teknik-teknik hingga lakon yang ditampilkan pada salah satu warisan adiluhung Indonesia ini.

"Tidak sembarang dalang berani pentas di sini. Karena tampil di sini memang butuh keberanian. Penontonnya itu penggemar wayang semua. Kalau bilang jelek ya jelek, bagus ya bagus. Sangat kritis," ujar ayah empat orang anak ini saat ditemui sebelum pementasan.

Seperti pada pementasan Jumat (28/2/2019) malam. Dalang yang akrab disapa Sigid itu mementaskan lakon berjudul "Sang Swatomo." Menceritakan aksi balas dendam Swatomo atau Aswatama kepada keluarga Pandawa atas kematian ayahnya, Begawan Drona, dalam perang Bharatyudhai di Kuruksetra.

"Pada dasarnya balas dendam itu enggak baik. Apalagi di tengah tahun politik yang sedang panas-panasnya saat ini. Ibaratnya, dari kubu sana menyerang berita yang enggak benar, ya kubu sini enggak usah membalas. Diamkan saja, nanti nasibnya justru seperti Swatomo yang tewas saat balas dendam. Kan justru merugikan diri sendiri," katanya, dalam pementasan yang disaksikan langsung oleh Sekretaris Daerah Jateng sekaligus Ketua Umum Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Provinsi Jateng Sri Puryono.

Ya, pagelaran wayang kulit Jumat Kliwon yang digelar Teater Lingkar itu telah menginjak usia 27 tahun. Banyak pedalang kondang seperti Ki Manteb Sudarsono, Warseno Slank, dan almarhum Ki Enthus Susmono pernah tampil di kegiatan rutin sejak tahun 1992 ini.

Hal itu diungkapkan oleh pendiri Teater Lingkar, Suhartono Padmo Sumarto. "Terima kasih atas kehadiran Pak Sri Puryono. Karena pagelaran rutin Jumat Kliwon ini sudah berjalan rutin selama 27 tahun. Sedangkan malam ini merupakan pagelaran ke-276 sekaligus menyambut HUT ke-39 Teater Lingkar. Maka, abang-ireng (baik-buruknya) pertunjukan malam ini tergantung Mas Sigid," ujar pria paruh baya yang biasa dipanggil Mas Ton ini.

 

Baca juga : Dalang Harus Jaga Marwah, Bukan Justru Macak Jadi Wayang


Bagikan :

SEMARANG - Ki Sigid Ariyanto, 40, dalang asal Kabupaten Rembang mengaku sudah tak terhitung jari membawakan pagelaran wayang kulit semalam suntuk di Gedung Pertemuan Kompleks Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Kota Semarang. Baginya, pagelaran wayang kulit yang berlangsung setiap malam Jumat Kliwon itu turut melambungkan namanya di dunia pewayangan Tanah Air.

"Nama saya terangkat ya gara-gara pernah tampil di sini, Karena bagi kebanyakan dalang, pagelaran wayang kulit Jumat Kliwon di TBRS ini merupakan pementasan bergengsi," ujar dalang kelahiran Blora yang pertama kali pentas di TBRS pada tahun 2014 silam.

Menurut pemilik sanggar seni Cakraningrat di Kelurahan Leteh, Rembang ini, tidak setiap dalang berani menyabetkan wayang kulit di gedung pertemuan yang terletak di Jalan Sriwijaya Nomor 29 itu. Sebab, para penontonnya sudah sangat paham teknik-teknik hingga lakon yang ditampilkan pada salah satu warisan adiluhung Indonesia ini.

"Tidak sembarang dalang berani pentas di sini. Karena tampil di sini memang butuh keberanian. Penontonnya itu penggemar wayang semua. Kalau bilang jelek ya jelek, bagus ya bagus. Sangat kritis," ujar ayah empat orang anak ini saat ditemui sebelum pementasan.

Seperti pada pementasan Jumat (28/2/2019) malam. Dalang yang akrab disapa Sigid itu mementaskan lakon berjudul "Sang Swatomo." Menceritakan aksi balas dendam Swatomo atau Aswatama kepada keluarga Pandawa atas kematian ayahnya, Begawan Drona, dalam perang Bharatyudhai di Kuruksetra.

"Pada dasarnya balas dendam itu enggak baik. Apalagi di tengah tahun politik yang sedang panas-panasnya saat ini. Ibaratnya, dari kubu sana menyerang berita yang enggak benar, ya kubu sini enggak usah membalas. Diamkan saja, nanti nasibnya justru seperti Swatomo yang tewas saat balas dendam. Kan justru merugikan diri sendiri," katanya, dalam pementasan yang disaksikan langsung oleh Sekretaris Daerah Jateng sekaligus Ketua Umum Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Provinsi Jateng Sri Puryono.

Ya, pagelaran wayang kulit Jumat Kliwon yang digelar Teater Lingkar itu telah menginjak usia 27 tahun. Banyak pedalang kondang seperti Ki Manteb Sudarsono, Warseno Slank, dan almarhum Ki Enthus Susmono pernah tampil di kegiatan rutin sejak tahun 1992 ini.

Hal itu diungkapkan oleh pendiri Teater Lingkar, Suhartono Padmo Sumarto. "Terima kasih atas kehadiran Pak Sri Puryono. Karena pagelaran rutin Jumat Kliwon ini sudah berjalan rutin selama 27 tahun. Sedangkan malam ini merupakan pagelaran ke-276 sekaligus menyambut HUT ke-39 Teater Lingkar. Maka, abang-ireng (baik-buruknya) pertunjukan malam ini tergantung Mas Sigid," ujar pria paruh baya yang biasa dipanggil Mas Ton ini.

 

Baca juga : Dalang Harus Jaga Marwah, Bukan Justru Macak Jadi Wayang


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu