Follow Us :              

Di Rembang Ada Pasar Kramat yang Transaksinya Unik

  01 May 2019  |   08:00:00  |   dibaca : 3525 
Kategori :
Bagikan :


Di Rembang Ada Pasar Kramat yang Transaksinya Unik

01 May 2019 | 08:00:00 | dibaca : 3525
Kategori :
Bagikan :

Foto : Handy (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Handy (Humas Jateng)

REMBANG - Jika di Temanggung, kita mengenal Pasar Papringan yang menjajakan kuliner tradisional dan untuk bertransaksi menggunakan uang kepingan dari bambu, di Kabupaten Rembang, tepatnya di Desa Nglojo, Kecamatan Sarang, ada pasar yang sama. Masyarakat menjajakan kuliner tradisional khas Rembang dan untuk bertransaksi, pengunjung harus menukar uang rupiahnya dengan kepingan kayu bertuliskan nominal angka tertentu.

Ya, Pasar Kramat Nglojo merupakan sebuah pasar wisata tradisional yang mempunyai konsep mengangkat tema budaya dan tradisi masyarakat lokal baik dalam segi kuliner, fashion, penyajian maupun transaksi dalam proses jual beli.

Nama Pasar Kramat diambil dari tempat lapang yang sejuk dan terdapat makam Mbah Maskur yang dianggap sebagai Tokoh pertama yang babat di desa Nglojo dengan sebutan nama Kramat. Pasar Kramat Desa Nglojo bertujuan untuk menyukseskan progam pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat desa agar mampu menciptakan kemapanan dan kemandirian ekonomi. 

Pasar Kramat dibuka secara resmi oleh Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen dan Bupati Rembang Abdul Hafidz, Rabu (1/5/2019) siang, ditandai dengan memecah tempayan menggunakan pedang besar dari kayu. Setelah itu, Wagub dan Bupati pun menukarkan uang rupiahnya untuk diganti kepingan kayu berbentuk bundar dan membeli tiwul, getuk goreng dan nogosari sambil menenteng keranjang bambu kecil. 

Setelah duduk di kursi depan panggung, bersama para camat dan kepala desa, Gus Yasin, sapaan akrab Taj Yasin Maimoen, pun menikmati jajanan dan sesekali meneguk air kelapa muda yang sudah disediakan panitia sambil menyaksikan pentas tari tradisional dan lomba pathol sarang, serta pentas seni Margaluyu. 30-an stan Program Keluarga Harapan (PKH) yang menyajikan kerajinan khas, juga turut meramaikan acara. 

Bupati Rembang Abdul Hafidz menjelaskan, dengan adanya pasar Kramat Nglojo, diharapkan masyarakat setempat bisa mempunyai penghasilan lebih dan bergandengan tangan dalam menata sistem ekonomi berbasis kekeluargaan dan harapannya Pasar Nglojo juga bertujuan agar generasi muda lebih mengenal dan mengamalkan tradisi lokal. 

"Model pasar seperti ini sedang tren di mana-mana. Di Rembang, juga sudah ada di Kecamatan Kaliori. Semoga, ini bisa mengangkat pertumbuhan ekonomi di Rembang dan mengentaskan kemiskinan. Apalagi, 450 penerima PKH di Sarang, Rembang sudah paripurna. Artinya, para penerima sudah berkecukupan, tidak lagi minta ke pemerintah," katanya. 

Gus Yasin menyatakan, di Kabupaten Rembang, untuk kedua kalinya PKH diwisuda. Hasil berkeliling kabupaten dan kota di Jateng, baru Rembang yang diwisuda. Ketika hal itu disampaikaan kepada Gubernur Ganjar Pranowo, dia pun memberikan apresiasi. "Banyak orang tidak mau dibilang sukses, karena bisa keluar dari garis kemiskinan. Karena hasil muter 35 kabupaten/kota. Hanya Kecamatan Sarang yang berani," tandasnya.

Pemprov Jateng pun melihat, masih banyak bantuan yang tidak tepat sasaran. Pasalnya, tidak ada yang berani jujur atau berani mengatakan yang hak meski itu pahit. Untuk mengembangkan ekonomi, imbuh Gus Yasin, masih dibutuhkan pelatihan dan kreativitas. Makanan tradisional karya warga pun bisa keluar daerah ketika metode penjualannya dilakukan via media sosial. 

Hasil kreativitas warga salah satunya, Gus Yasin mencontohkan warga Ponggok Klaten yang mengelola mata air menjadi obyek wisata viral dan menghasilkan uang Rp16 miliar dalam setahun.

 

Baca juga : Unik, Di Pasar Ini Transaksinya Pakai Uang Kepingan Bambu


Bagikan :

REMBANG - Jika di Temanggung, kita mengenal Pasar Papringan yang menjajakan kuliner tradisional dan untuk bertransaksi menggunakan uang kepingan dari bambu, di Kabupaten Rembang, tepatnya di Desa Nglojo, Kecamatan Sarang, ada pasar yang sama. Masyarakat menjajakan kuliner tradisional khas Rembang dan untuk bertransaksi, pengunjung harus menukar uang rupiahnya dengan kepingan kayu bertuliskan nominal angka tertentu.

Ya, Pasar Kramat Nglojo merupakan sebuah pasar wisata tradisional yang mempunyai konsep mengangkat tema budaya dan tradisi masyarakat lokal baik dalam segi kuliner, fashion, penyajian maupun transaksi dalam proses jual beli.

Nama Pasar Kramat diambil dari tempat lapang yang sejuk dan terdapat makam Mbah Maskur yang dianggap sebagai Tokoh pertama yang babat di desa Nglojo dengan sebutan nama Kramat. Pasar Kramat Desa Nglojo bertujuan untuk menyukseskan progam pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat desa agar mampu menciptakan kemapanan dan kemandirian ekonomi. 

Pasar Kramat dibuka secara resmi oleh Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen dan Bupati Rembang Abdul Hafidz, Rabu (1/5/2019) siang, ditandai dengan memecah tempayan menggunakan pedang besar dari kayu. Setelah itu, Wagub dan Bupati pun menukarkan uang rupiahnya untuk diganti kepingan kayu berbentuk bundar dan membeli tiwul, getuk goreng dan nogosari sambil menenteng keranjang bambu kecil. 

Setelah duduk di kursi depan panggung, bersama para camat dan kepala desa, Gus Yasin, sapaan akrab Taj Yasin Maimoen, pun menikmati jajanan dan sesekali meneguk air kelapa muda yang sudah disediakan panitia sambil menyaksikan pentas tari tradisional dan lomba pathol sarang, serta pentas seni Margaluyu. 30-an stan Program Keluarga Harapan (PKH) yang menyajikan kerajinan khas, juga turut meramaikan acara. 

Bupati Rembang Abdul Hafidz menjelaskan, dengan adanya pasar Kramat Nglojo, diharapkan masyarakat setempat bisa mempunyai penghasilan lebih dan bergandengan tangan dalam menata sistem ekonomi berbasis kekeluargaan dan harapannya Pasar Nglojo juga bertujuan agar generasi muda lebih mengenal dan mengamalkan tradisi lokal. 

"Model pasar seperti ini sedang tren di mana-mana. Di Rembang, juga sudah ada di Kecamatan Kaliori. Semoga, ini bisa mengangkat pertumbuhan ekonomi di Rembang dan mengentaskan kemiskinan. Apalagi, 450 penerima PKH di Sarang, Rembang sudah paripurna. Artinya, para penerima sudah berkecukupan, tidak lagi minta ke pemerintah," katanya. 

Gus Yasin menyatakan, di Kabupaten Rembang, untuk kedua kalinya PKH diwisuda. Hasil berkeliling kabupaten dan kota di Jateng, baru Rembang yang diwisuda. Ketika hal itu disampaikaan kepada Gubernur Ganjar Pranowo, dia pun memberikan apresiasi. "Banyak orang tidak mau dibilang sukses, karena bisa keluar dari garis kemiskinan. Karena hasil muter 35 kabupaten/kota. Hanya Kecamatan Sarang yang berani," tandasnya.

Pemprov Jateng pun melihat, masih banyak bantuan yang tidak tepat sasaran. Pasalnya, tidak ada yang berani jujur atau berani mengatakan yang hak meski itu pahit. Untuk mengembangkan ekonomi, imbuh Gus Yasin, masih dibutuhkan pelatihan dan kreativitas. Makanan tradisional karya warga pun bisa keluar daerah ketika metode penjualannya dilakukan via media sosial. 

Hasil kreativitas warga salah satunya, Gus Yasin mencontohkan warga Ponggok Klaten yang mengelola mata air menjadi obyek wisata viral dan menghasilkan uang Rp16 miliar dalam setahun.

 

Baca juga : Unik, Di Pasar Ini Transaksinya Pakai Uang Kepingan Bambu


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu