Follow Us :              

"Tamu Harap Lapor" Diminta Diaktifkan Lagi

  14 May 2018  |   14:00:00  |   dibaca : 479 
Kategori :
Bagikan :


"Tamu Harap Lapor" Diminta Diaktifkan Lagi

14 May 2018 | 14:00:00 | dibaca : 479
Kategori :
Bagikan :

Foto : (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : (Humas Jateng)

GROBOGAN- Aksi pengeboman di Surabaya dan Sidoarjo Jawa Timur, serta kerusuhan di Mako Brimob, membawa keprihatinan mendalam. Bupati Grobogan Sri Sumarni dan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono KS menyampaikan duka cita mendalam pada keluarga korban.

Ucapan belasungkawa disampaikan saat Sarasehan Pengembangan Agribisnis Terpadu  Berbasis Pesantren se Eks Keresidenan Pati, Senin (14/5) di Pondok Pesantren Nurul Hidayah, Desa Pahesan, Grobogan.

"Saya menyampaikan belasungkawa dan duka mendalam kepada keluarga korban. Semoga korban mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan, dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan keikhlasan," tutur Sri Sumarni. 

Sekda Sri Puryono menyampaikan hal senada. Dia juga berpesan agar pondok pesantren bisa menjadi benteng untuk mengantisipasi terjadinya tindakan terorisme. 

"Saya berharap bisa membentengi. Berikan pemahaman yang betul. Kalau sepotong-sepotong jatuhnya ekstremis dan radikal. Maka tugas pak kyai, pimpinan pondok pesantren, berikan ajaran yang betul-betul lengkap. Islam tidak mengajarkan kekerasan seperti itu," pintanya. 

Puryono juga berpandangan, terjadinya aksi terorisme karena sistem pemerintahan yang belum mengakar hingga tingkat desa. Sebagai contoh, tidak adanya kepedulian ketika ada tamu asing yang datang atau tinggal di lingkungan itu. 

"Tadi (di Jakarta) bertemu MenPan RB, dan Pangdam Aceh. Saya sampaikan, mengapa terjadi seperti ini? Karena sistem pemerintahan kita belum mengakar di desa.  Waktu saya kecil, kalau ada tamu asing lebih dari 10 jam, sudah jadi pertanyaan. Sekarang ini, apalagi di kota, sebrangan omah wae ora ngerti. Jebul kono tukang gawe bom, dagang narkoba," bebernya.

Budaya pemerintahan desa, yang sebenarnya sudah diwariskan nenek moyang, diminta Puryono, dihidupkan kembali. Budaya ini penting dibangun sebagai antisipasi serta memperkokoh persatuan dan kesatuan. Terlebih, penduduk di Indonesia jumlahnya semakin besar. 

"Gotong royong dimunculkan. Kepedulian dimunculkan. Ini penting dibangun. Pak presiden sudah menyampaikan, di Indonesia sudah 264 juta penduduk. Di Jawa Tengah sendiri 34 juta lebih. Ngawasi sithok-sithok kangelan. Tapi kalau pak kades bisa langsung. Pak lurah bisa langsung. Ponpes, juga pirsa. Jangan sampai terjadi," tutupnya

(Rita/Puji/Humas Jateng)

 

Baca Juga : Hilangkan Rasa Gengsi Terhadap Budaya Bangsa


Bagikan :

GROBOGAN- Aksi pengeboman di Surabaya dan Sidoarjo Jawa Timur, serta kerusuhan di Mako Brimob, membawa keprihatinan mendalam. Bupati Grobogan Sri Sumarni dan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono KS menyampaikan duka cita mendalam pada keluarga korban.

Ucapan belasungkawa disampaikan saat Sarasehan Pengembangan Agribisnis Terpadu  Berbasis Pesantren se Eks Keresidenan Pati, Senin (14/5) di Pondok Pesantren Nurul Hidayah, Desa Pahesan, Grobogan.

"Saya menyampaikan belasungkawa dan duka mendalam kepada keluarga korban. Semoga korban mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan, dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan keikhlasan," tutur Sri Sumarni. 

Sekda Sri Puryono menyampaikan hal senada. Dia juga berpesan agar pondok pesantren bisa menjadi benteng untuk mengantisipasi terjadinya tindakan terorisme. 

"Saya berharap bisa membentengi. Berikan pemahaman yang betul. Kalau sepotong-sepotong jatuhnya ekstremis dan radikal. Maka tugas pak kyai, pimpinan pondok pesantren, berikan ajaran yang betul-betul lengkap. Islam tidak mengajarkan kekerasan seperti itu," pintanya. 

Puryono juga berpandangan, terjadinya aksi terorisme karena sistem pemerintahan yang belum mengakar hingga tingkat desa. Sebagai contoh, tidak adanya kepedulian ketika ada tamu asing yang datang atau tinggal di lingkungan itu. 

"Tadi (di Jakarta) bertemu MenPan RB, dan Pangdam Aceh. Saya sampaikan, mengapa terjadi seperti ini? Karena sistem pemerintahan kita belum mengakar di desa.  Waktu saya kecil, kalau ada tamu asing lebih dari 10 jam, sudah jadi pertanyaan. Sekarang ini, apalagi di kota, sebrangan omah wae ora ngerti. Jebul kono tukang gawe bom, dagang narkoba," bebernya.

Budaya pemerintahan desa, yang sebenarnya sudah diwariskan nenek moyang, diminta Puryono, dihidupkan kembali. Budaya ini penting dibangun sebagai antisipasi serta memperkokoh persatuan dan kesatuan. Terlebih, penduduk di Indonesia jumlahnya semakin besar. 

"Gotong royong dimunculkan. Kepedulian dimunculkan. Ini penting dibangun. Pak presiden sudah menyampaikan, di Indonesia sudah 264 juta penduduk. Di Jawa Tengah sendiri 34 juta lebih. Ngawasi sithok-sithok kangelan. Tapi kalau pak kades bisa langsung. Pak lurah bisa langsung. Ponpes, juga pirsa. Jangan sampai terjadi," tutupnya

(Rita/Puji/Humas Jateng)

 

Baca Juga : Hilangkan Rasa Gengsi Terhadap Budaya Bangsa


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu