Follow Us :              

Pebisnis Bukan Kelompok “Gembeng”

  29 January 2017  |   11:00:00  |   dibaca : 429 
Kategori :
Bagikan :


Pebisnis Bukan Kelompok “Gembeng”

29 January 2017 | 11:00:00 | dibaca : 429
Kategori :
Bagikan :

Foto : (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : (Humas Jateng)

Surakarta - "Yang hari ini masih berusaha tetapi merasa sulit siapa? Ngacung." Salah seorang pelaku UMKM asal Kartasura, Oni, segera mengacungkan jari ketika Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP mengajukan pertanyaan tersebut pada acara Solo Entrepreneur Days  di Aula The Sunan Hotel, Minggu (29/1).

 

Penjual makanan ringan "balung kethek" itu kemudian menceritakan unek-uneknya di hadapan 1.200-an pelaku UMKM lain.

 

"Saya jual makanan ringan namanya ‘balung kethek’. Itu singkong yang direbus, dirajang, dijemur, digoreng, kemudian dibumbui. Rasanya original dan manis pedas. Itu produk andalan saya," terang pria separuh baya saat mengawali curhatnya kepada Gubernur Ganjar Pranowo.

 

Selain balung kethek, dia juga menjual macaroni, ceriping, dan aneka kacang. Semua itu dipasarkan di warung wedangan. Per bulan, omset yang dihasilkan sekitar Rp 5 juta, dengan keuntungan 100 persen. Namun, untuk memperluas usahanya, Oni membutuhkan modal tambahan setidaknya Rp 100 juta. Dengan keyakinan tinggi, dia pun mengambil kredit di bank.

 

"Yakin, karena potensi di Kartasura saja ada 80 wedangan. Saya baru masuk ke 25 wedangan. Belum seluruhnya ter cover karena saya jalankan usaha seorang diri," jawab Oni.

 

Apa yang dilakukan Oni, mendapat apresiasi positif Gubernur Ganjar Pranowo. Jiwa entrepreneur semacam itu harus tumbuh dari para pelaku UMKM.

 

"Mas Oni punya potensi bisnis yang dia tahu dia bisa jalankan. Mas Oni jiwa entrepreneur-nya muncul. Bukan kelompok yang gembeng  (cengeng), yang minta belas kasihan," tutur mantan anggota DPR RI itu.

 

Ganjar menjelaskan pelaku UMKM harus memiliki pengetahuan dan skill. Untuk itu, dia meminta para pelaku UMKM melakukan self-assessment. Melalui penilaian mandiri tersebut, mereka ditantang untuk menjawab pertanyaan sudahkah mereka punya pengetahuan bisnis yang cukup di bidang yang mereka jalani.

 

"Kalau membuat balung kethek, dia harus bisa membuat inovasi rasa yang macam-macam. Cara pemasarannya juga bisa secara online. Manfaatkan social media," tegas Ganjar.

 

Sementara itu, akses modal dapat memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Di Bank Jateng misalnya, ada kredit Mitra-25 yang memberikan kredit dengan plafon maksimal Rp 25 juta tanpa agunan. Tak hanya akses modal, pendampingan harus diberikan kepada para pelaku UMKM, dan harus terukur.

 

"Pendamping itu mendampinginya harus terukur. Saya MoU dengan perguruan tinggi untuk pendampingan usaha. Syaratnya mereka harus jelas lulus kapan. Artinya, pada tahun ke berapa dia dinyatakan mampu mengembangkan usaha secara mandiri," ujarnya. (Humas Jateng)

 


Bagikan :

Surakarta - "Yang hari ini masih berusaha tetapi merasa sulit siapa? Ngacung." Salah seorang pelaku UMKM asal Kartasura, Oni, segera mengacungkan jari ketika Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP mengajukan pertanyaan tersebut pada acara Solo Entrepreneur Days  di Aula The Sunan Hotel, Minggu (29/1).

 

Penjual makanan ringan "balung kethek" itu kemudian menceritakan unek-uneknya di hadapan 1.200-an pelaku UMKM lain.

 

"Saya jual makanan ringan namanya ‘balung kethek’. Itu singkong yang direbus, dirajang, dijemur, digoreng, kemudian dibumbui. Rasanya original dan manis pedas. Itu produk andalan saya," terang pria separuh baya saat mengawali curhatnya kepada Gubernur Ganjar Pranowo.

 

Selain balung kethek, dia juga menjual macaroni, ceriping, dan aneka kacang. Semua itu dipasarkan di warung wedangan. Per bulan, omset yang dihasilkan sekitar Rp 5 juta, dengan keuntungan 100 persen. Namun, untuk memperluas usahanya, Oni membutuhkan modal tambahan setidaknya Rp 100 juta. Dengan keyakinan tinggi, dia pun mengambil kredit di bank.

 

"Yakin, karena potensi di Kartasura saja ada 80 wedangan. Saya baru masuk ke 25 wedangan. Belum seluruhnya ter cover karena saya jalankan usaha seorang diri," jawab Oni.

 

Apa yang dilakukan Oni, mendapat apresiasi positif Gubernur Ganjar Pranowo. Jiwa entrepreneur semacam itu harus tumbuh dari para pelaku UMKM.

 

"Mas Oni punya potensi bisnis yang dia tahu dia bisa jalankan. Mas Oni jiwa entrepreneur-nya muncul. Bukan kelompok yang gembeng  (cengeng), yang minta belas kasihan," tutur mantan anggota DPR RI itu.

 

Ganjar menjelaskan pelaku UMKM harus memiliki pengetahuan dan skill. Untuk itu, dia meminta para pelaku UMKM melakukan self-assessment. Melalui penilaian mandiri tersebut, mereka ditantang untuk menjawab pertanyaan sudahkah mereka punya pengetahuan bisnis yang cukup di bidang yang mereka jalani.

 

"Kalau membuat balung kethek, dia harus bisa membuat inovasi rasa yang macam-macam. Cara pemasarannya juga bisa secara online. Manfaatkan social media," tegas Ganjar.

 

Sementara itu, akses modal dapat memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Di Bank Jateng misalnya, ada kredit Mitra-25 yang memberikan kredit dengan plafon maksimal Rp 25 juta tanpa agunan. Tak hanya akses modal, pendampingan harus diberikan kepada para pelaku UMKM, dan harus terukur.

 

"Pendamping itu mendampinginya harus terukur. Saya MoU dengan perguruan tinggi untuk pendampingan usaha. Syaratnya mereka harus jelas lulus kapan. Artinya, pada tahun ke berapa dia dinyatakan mampu mengembangkan usaha secara mandiri," ujarnya. (Humas Jateng)

 


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu