Follow Us :              

Kesiapan Jateng Hadapi Kekeringan

  03 July 2018  |   14:00:00  |   dibaca : 601 
Kategori :
Bagikan :


Kesiapan Jateng Hadapi Kekeringan

03 July 2018 | 14:00:00 | dibaca : 601
Kategori :
Bagikan :

Foto : (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : (Humas Jateng)

SEMARANG - Sejak Mei lalu, Jawa Tengah mulai memasuki musim kemarau. Saat ini, beberapa daerah di Jawa Tengah sudah merasakan dampaknya dan dilanda kekeringan.

Saat Rakor Kesiapan Menghadapi Ancaman Bencana Kekeringan 2018, Selasa (3/7/2018) Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengemukakan, pihaknya secara rutin menerima informasi cuaca dari BMKG. 

Berdasarkan informasi itu, diperoleh data ada daerah-daerah yang mengalami kekeringan dengan kategori cukup panjang, antara 11 sampai 20 hari. Bahkan ada yang sangat panjang, antara 31 sampai lebih dari 60 hari. Daerah yang mengalami kekeringan hingga 60 hari terjadi di Bangsri Kabupaten Jepara. Daerah lain yang dalam pengawasan adalah Kabupaten Wonogiri, Rembang, Klaten dan Grobogan. Peristiwa yang terjadi setiap tahun ini sudah disiapkan antisipasinya.

"Dari kita kurang lebih ada 2.000 tangki yang kita siapkan untuk mendistribusikan air. Pokoknya yang sifatnya darurat kita sudah siap," tuturnya kepada awak media usai rapat di Kantor BPBD.

Khusus untuk keperluan pengadaan air bersih, pihaknya sudah menyediakan anggaran Rp600 juta. Sementara total anggaran penanggulangan bencana Pemprov Jateng sebesar Rp40 miliar.

"Dari anggaran Rp40 miliar, sudah terserap 30 persennya. Mesti ora entek. Padahal sudah kita standby kan terus menerus. Maka kadang saya minta kepada kabupaten/kota yang belum bisa menangani bencana, mungkin dari anggaran (pemkab/pemkot) belum bisa, saya minta kekno aku, agar (di provinsi) bisa terserap," paparnya

Kepala Pelaksana Harian BPBD Jateng Sarwa Pramana menyambung, saat ini pihaknya sudah menyiapkan langkah strategis untuk membuat sumur dan pipanisasi di daerah-daerah rawan kekeringan, menggunakan anggaran dari BNPB. Sebab, apabila upaya yang dilakukan hanya dropping air bersih, tidak akan pernah mengurangi luasan wilayah yang terdampak kekeringan.

"Kami prioritaskan nanti kalau (anggaran) dari (BNPB) turun digunakan untuk pembuatan sumur dan pipanisasi," ungkap dia
(Rita/Puji/Humas Jateng)

 

Baca juga : Perlu Keroyokan Atasi Pemulihan Pascabencana


Bagikan :

SEMARANG - Sejak Mei lalu, Jawa Tengah mulai memasuki musim kemarau. Saat ini, beberapa daerah di Jawa Tengah sudah merasakan dampaknya dan dilanda kekeringan.

Saat Rakor Kesiapan Menghadapi Ancaman Bencana Kekeringan 2018, Selasa (3/7/2018) Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengemukakan, pihaknya secara rutin menerima informasi cuaca dari BMKG. 

Berdasarkan informasi itu, diperoleh data ada daerah-daerah yang mengalami kekeringan dengan kategori cukup panjang, antara 11 sampai 20 hari. Bahkan ada yang sangat panjang, antara 31 sampai lebih dari 60 hari. Daerah yang mengalami kekeringan hingga 60 hari terjadi di Bangsri Kabupaten Jepara. Daerah lain yang dalam pengawasan adalah Kabupaten Wonogiri, Rembang, Klaten dan Grobogan. Peristiwa yang terjadi setiap tahun ini sudah disiapkan antisipasinya.

"Dari kita kurang lebih ada 2.000 tangki yang kita siapkan untuk mendistribusikan air. Pokoknya yang sifatnya darurat kita sudah siap," tuturnya kepada awak media usai rapat di Kantor BPBD.

Khusus untuk keperluan pengadaan air bersih, pihaknya sudah menyediakan anggaran Rp600 juta. Sementara total anggaran penanggulangan bencana Pemprov Jateng sebesar Rp40 miliar.

"Dari anggaran Rp40 miliar, sudah terserap 30 persennya. Mesti ora entek. Padahal sudah kita standby kan terus menerus. Maka kadang saya minta kepada kabupaten/kota yang belum bisa menangani bencana, mungkin dari anggaran (pemkab/pemkot) belum bisa, saya minta kekno aku, agar (di provinsi) bisa terserap," paparnya

Kepala Pelaksana Harian BPBD Jateng Sarwa Pramana menyambung, saat ini pihaknya sudah menyiapkan langkah strategis untuk membuat sumur dan pipanisasi di daerah-daerah rawan kekeringan, menggunakan anggaran dari BNPB. Sebab, apabila upaya yang dilakukan hanya dropping air bersih, tidak akan pernah mengurangi luasan wilayah yang terdampak kekeringan.

"Kami prioritaskan nanti kalau (anggaran) dari (BNPB) turun digunakan untuk pembuatan sumur dan pipanisasi," ungkap dia
(Rita/Puji/Humas Jateng)

 

Baca juga : Perlu Keroyokan Atasi Pemulihan Pascabencana


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu