Follow Us :              

Tak Hanya Soal Ekonomi, Ini Filosofi Festival Tungguk Tembakau

  02 August 2018  |   11:00:00  |   dibaca : 1221 
Kategori :
Bagikan :


Tak Hanya Soal Ekonomi, Ini Filosofi Festival Tungguk Tembakau

02 August 2018 | 11:00:00 | dibaca : 1221
Kategori :
Bagikan :

Foto : (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : (Humas Jateng)

BOYOLALI - Menandai masa panen tembakau, Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP memetik 12 helai daun tembakau pada Festival Tungguk Tembakau di Desa Senden Kecamatan Selo Boyolali, Kamis (2/8/2018). Sebanyak 12 helai daun yang dipetik melambangkan hari kedua belas pada panen perdana tahun ini.

Sebelum memetik tembakau, kegiatan diawali dengan kirab gunungan nasi, tembakau dan hasil bumi yang dipanggul para petani menuju Makam Gunungsari di atas bukit. Jalan yang menanjak dan tinggi, tidak menyurutkan niat mereka untuk melaksanakan prosesi yang sudah menjadi tradisi turun menurun itu.

Tiba di puncak, gubernur melakukan prosesi potong tumpeng disertai dengan doa. Selanjutnya, warga beramai - ramai makan bersama dari gunungan nasi yang dibawa. Usai makan, dilakukan prosesi petik daun tembakau.

Prosesi berikutnya adalah membawa kembali gunungan turun menuju panggung utama Festival Tungguk Tembakau. Kirab diikuti ratusan warga dan sejumlah kelompok kesenian.

Menurut Ganjar, ada filosofi cukup panjang  yang melatarbelakangi Festival Tungguk Tembakau. Para petani ingin menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang diterimanya. Selain itu mereka juga ingin melestarikan sisi budayanya.

"Jadi ternyata petani tembakau tidak hanya bicara soal ekonomi, tapi juga kulturalnya. Bahkan ada heritagenya" ujar dia

Pada panen tembakau tahun ini, Ganjar menilai petani tembakau di Selo Boyolali tengah bersuka cita. Meski pada 1 Juni lalu sempat terjadi erupsi merapi, dan semua area terkena debu, tak lama sesudahnya turun hujan dua kali. Sehingga, hasil panennya bagus. Ditambah lagi, harga jualnya juga baik. Per kilo daun tembakau dihargai Rp 9.000 - Rp 10.000. 

"Itu membersihkan debu, seperti disiram dan dibersihkan oleh Tuhan. Jadi kegiatan ini adalah cara bersyukur kepada Tuhan, dan ada doa yang dipanjatkan agar panen selalu bagus," tuturnya.

Meski baru dua kali Festival Tungguk Tembakau dilaksanakan dalam skala tingkat kecamatan, namun festival yang kental dengan nuansa seni budaya ini mampu menarik minat wisatawan asing untuk datang. Salah satunya dari mahasiswa yang tergabung dalam International Youth Javanese Cultural Camp. Mereka antara lain berasal dari Malaysia, Bangladesh, dan Timor-timor. Kedatangan mereka untuk memelajari seni budaya yang berkembang di Jateng.

Sebelumnya, Gubernur Ganjar Pranowo melepas kegiatan jalan sehat warga Desa Suroteleng. Start jalan sehat dari Balai Desa Suroteleng. Saat melepas kegiatan tersebut, gubernur berpesan agar warga tidak BAB sembarangan. Untuk menjaga kesehatan, mereka wajib BAB di jamban. Selain itu, warga diminta peduli dengan ibu hamil, untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi serta berpartisipasi ikut KB.

(Rita/Puji/Humas Jateng)

 

Baca juga : Petani Tembakau Berharap Permendag 84/2017 Segera Diaplikasikan


Bagikan :

BOYOLALI - Menandai masa panen tembakau, Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP memetik 12 helai daun tembakau pada Festival Tungguk Tembakau di Desa Senden Kecamatan Selo Boyolali, Kamis (2/8/2018). Sebanyak 12 helai daun yang dipetik melambangkan hari kedua belas pada panen perdana tahun ini.

Sebelum memetik tembakau, kegiatan diawali dengan kirab gunungan nasi, tembakau dan hasil bumi yang dipanggul para petani menuju Makam Gunungsari di atas bukit. Jalan yang menanjak dan tinggi, tidak menyurutkan niat mereka untuk melaksanakan prosesi yang sudah menjadi tradisi turun menurun itu.

Tiba di puncak, gubernur melakukan prosesi potong tumpeng disertai dengan doa. Selanjutnya, warga beramai - ramai makan bersama dari gunungan nasi yang dibawa. Usai makan, dilakukan prosesi petik daun tembakau.

Prosesi berikutnya adalah membawa kembali gunungan turun menuju panggung utama Festival Tungguk Tembakau. Kirab diikuti ratusan warga dan sejumlah kelompok kesenian.

Menurut Ganjar, ada filosofi cukup panjang  yang melatarbelakangi Festival Tungguk Tembakau. Para petani ingin menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang diterimanya. Selain itu mereka juga ingin melestarikan sisi budayanya.

"Jadi ternyata petani tembakau tidak hanya bicara soal ekonomi, tapi juga kulturalnya. Bahkan ada heritagenya" ujar dia

Pada panen tembakau tahun ini, Ganjar menilai petani tembakau di Selo Boyolali tengah bersuka cita. Meski pada 1 Juni lalu sempat terjadi erupsi merapi, dan semua area terkena debu, tak lama sesudahnya turun hujan dua kali. Sehingga, hasil panennya bagus. Ditambah lagi, harga jualnya juga baik. Per kilo daun tembakau dihargai Rp 9.000 - Rp 10.000. 

"Itu membersihkan debu, seperti disiram dan dibersihkan oleh Tuhan. Jadi kegiatan ini adalah cara bersyukur kepada Tuhan, dan ada doa yang dipanjatkan agar panen selalu bagus," tuturnya.

Meski baru dua kali Festival Tungguk Tembakau dilaksanakan dalam skala tingkat kecamatan, namun festival yang kental dengan nuansa seni budaya ini mampu menarik minat wisatawan asing untuk datang. Salah satunya dari mahasiswa yang tergabung dalam International Youth Javanese Cultural Camp. Mereka antara lain berasal dari Malaysia, Bangladesh, dan Timor-timor. Kedatangan mereka untuk memelajari seni budaya yang berkembang di Jateng.

Sebelumnya, Gubernur Ganjar Pranowo melepas kegiatan jalan sehat warga Desa Suroteleng. Start jalan sehat dari Balai Desa Suroteleng. Saat melepas kegiatan tersebut, gubernur berpesan agar warga tidak BAB sembarangan. Untuk menjaga kesehatan, mereka wajib BAB di jamban. Selain itu, warga diminta peduli dengan ibu hamil, untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi serta berpartisipasi ikut KB.

(Rita/Puji/Humas Jateng)

 

Baca juga : Petani Tembakau Berharap Permendag 84/2017 Segera Diaplikasikan


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu