Follow Us :              

Jangan Putus Asa Dengan Bencana

  02 August 2018  |   10:00:00  |   dibaca : 347 
Kategori :
Bagikan :


Jangan Putus Asa Dengan Bencana

02 August 2018 | 10:00:00 | dibaca : 347
Kategori :
Bagikan :

Foto : (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : (Humas Jateng)

PURBALINGGA - Bencana alam tidak dapat ditolak, namun dapat diminimalisasi dampaknya. Oleh sebab itu, masyarakat yang bermukim di daerah rawan bencana alam wajib memiliki pengetahuan tentang mitigasi bencana. Sehingga mereka dapat mengantisipasi bencana alam yang bisa terjadi kapan pun dan menekan jumlah korban.

"Daerah kita dikenal sebagai daerah rawan bencana. Kalau kita tidak waspada dan tidak punya pengetahuan yang cukup, bisa saja menjadi bencana besar dengan banyak korban. Tetapi kalau kita punya ilmunya, maka kalaupun terjadi bencana, kita masih bisa menekan jumlah korban jiwa dan harta benda," terang Wakil Gubernur Jawa Tengah Drs. H. Heru Sudjatmoko, M.Si saat Sosialisasi Daerah Rawan Bencana Bagi Pemangku Kepentingan Penanggulangan Bencana Kabupaten Purbalingga di Pendapa Kabupaten Purbalingga, Kamis (2/8/2018).

Heru menegaskan, masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana tidak boleh putus asa menghadapi fakta tentang lingkungannya. Namun, mereka juga tidak boleh bersikap biasa saja dan mengabaikan potensi bencana alam di sekelilingnya.

"Kita tidak boleh pesimis dan putus asa. Tapi kita juga tidak boleh berpikir ayem-ayem saja seolah bencana ini sudah biasa. Yang terpenting adalah bangun terus sumber daya manusianya agar menjadi masyarakat yang tangguh bencana. Karena negara yang maju adalah negara yang SDM-nya berkualitas," tegasnya.

Pihaknya mencontohkan, Jepang adalah salah satu negara rawan bencana alam. Gempa bumi seringkali mereka hadapi, namun tidak membuat Jepang terpuruk. Masyarakat Jepang terbukti tangguh bencana. Bahkan, Jepang tetap menjadi negara unggul di Asia.

"Ada contoh yang baik, yaitu Jepang yang dikenal sebagai negara penuh dengan bencana gempa bumi. Tapi Jepang tetap menjadi negara unggul, bahkan paling maju di asia," tuturnya.

Senada dengan wakil gubernur, Plt Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi, SE BEcon menekankan masyarakat Purbalingga harus senantiasa meningkatkan kesadaran dan kemampuan tentang mitigasi bencana. Pasalnya Kabupaten Purbalingga menduduki peringkat 17 se-Jawa Tengah sebagai kabupaten rawan bencana berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Beberapa potensi bencana alam di Kabupaten Purbalingga meliputi tanah longsor, gunung berapi, banjir, hingga puting beliung.

"Artinya, potensi bencana di Kabupaten Purbalingga masih tinggi. Secara geografis, Kabupaten Purbalingga dikelilingi oleh dataran tinggi, di bawah kaki Gunung Slamet. Kabupaten Purbalingga juga mempunyai sungai-sungai besar," ungkapnya.

Dyah membeberkan, per 2 Juni 2018 ada sekitar 51 bencana yang terjadi di Kabupaten Purbalingga, antara lain 16 kejadian tanah longsor, 19 kebakaran, 10 angin kencang, dan enam banjir.

"Saat ini kita juga sudah memasuki musim kemarau. Sehingga di beberapa titik kecamatan ada potensi desa-desa yang kekurangan air bersih. Pemerintah tidak tinggal diam, melalui BPBD kita terus memberikan distribusi air bersih kepada desa-desa yang membutuhkan," jelasnya.

Plh Kalahar BPBD Provinsi Jawa Tengah Sarwa Pramana SH MSi mengimbau masyarakat Purbalingga untuk tidak apatis terhadap aktivitas vulkanik Gunung Slamet. Terdapat 1.861 KK yang menduduki daerah dekat dengan Gunung Slamet. 

"Salah satu gunung api di sini adalah Gunung Slamet. Kami harap masyarakat Purbalingga tidak apatis terhadap Gunung Slamet. Karena Gunung Sinabung yang 200 tahun lebih akhirnya meletus juga. Gunung Slamet juga pernah terjadi erupsi tetapi Alhamdulillah bisa turun kembali," ujarnya. 
(Arifa/Puji/Humas Jateng)

 

Baca juga Butuh Kekompakan Tangani Bencana


Bagikan :

PURBALINGGA - Bencana alam tidak dapat ditolak, namun dapat diminimalisasi dampaknya. Oleh sebab itu, masyarakat yang bermukim di daerah rawan bencana alam wajib memiliki pengetahuan tentang mitigasi bencana. Sehingga mereka dapat mengantisipasi bencana alam yang bisa terjadi kapan pun dan menekan jumlah korban.

"Daerah kita dikenal sebagai daerah rawan bencana. Kalau kita tidak waspada dan tidak punya pengetahuan yang cukup, bisa saja menjadi bencana besar dengan banyak korban. Tetapi kalau kita punya ilmunya, maka kalaupun terjadi bencana, kita masih bisa menekan jumlah korban jiwa dan harta benda," terang Wakil Gubernur Jawa Tengah Drs. H. Heru Sudjatmoko, M.Si saat Sosialisasi Daerah Rawan Bencana Bagi Pemangku Kepentingan Penanggulangan Bencana Kabupaten Purbalingga di Pendapa Kabupaten Purbalingga, Kamis (2/8/2018).

Heru menegaskan, masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana tidak boleh putus asa menghadapi fakta tentang lingkungannya. Namun, mereka juga tidak boleh bersikap biasa saja dan mengabaikan potensi bencana alam di sekelilingnya.

"Kita tidak boleh pesimis dan putus asa. Tapi kita juga tidak boleh berpikir ayem-ayem saja seolah bencana ini sudah biasa. Yang terpenting adalah bangun terus sumber daya manusianya agar menjadi masyarakat yang tangguh bencana. Karena negara yang maju adalah negara yang SDM-nya berkualitas," tegasnya.

Pihaknya mencontohkan, Jepang adalah salah satu negara rawan bencana alam. Gempa bumi seringkali mereka hadapi, namun tidak membuat Jepang terpuruk. Masyarakat Jepang terbukti tangguh bencana. Bahkan, Jepang tetap menjadi negara unggul di Asia.

"Ada contoh yang baik, yaitu Jepang yang dikenal sebagai negara penuh dengan bencana gempa bumi. Tapi Jepang tetap menjadi negara unggul, bahkan paling maju di asia," tuturnya.

Senada dengan wakil gubernur, Plt Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi, SE BEcon menekankan masyarakat Purbalingga harus senantiasa meningkatkan kesadaran dan kemampuan tentang mitigasi bencana. Pasalnya Kabupaten Purbalingga menduduki peringkat 17 se-Jawa Tengah sebagai kabupaten rawan bencana berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Beberapa potensi bencana alam di Kabupaten Purbalingga meliputi tanah longsor, gunung berapi, banjir, hingga puting beliung.

"Artinya, potensi bencana di Kabupaten Purbalingga masih tinggi. Secara geografis, Kabupaten Purbalingga dikelilingi oleh dataran tinggi, di bawah kaki Gunung Slamet. Kabupaten Purbalingga juga mempunyai sungai-sungai besar," ungkapnya.

Dyah membeberkan, per 2 Juni 2018 ada sekitar 51 bencana yang terjadi di Kabupaten Purbalingga, antara lain 16 kejadian tanah longsor, 19 kebakaran, 10 angin kencang, dan enam banjir.

"Saat ini kita juga sudah memasuki musim kemarau. Sehingga di beberapa titik kecamatan ada potensi desa-desa yang kekurangan air bersih. Pemerintah tidak tinggal diam, melalui BPBD kita terus memberikan distribusi air bersih kepada desa-desa yang membutuhkan," jelasnya.

Plh Kalahar BPBD Provinsi Jawa Tengah Sarwa Pramana SH MSi mengimbau masyarakat Purbalingga untuk tidak apatis terhadap aktivitas vulkanik Gunung Slamet. Terdapat 1.861 KK yang menduduki daerah dekat dengan Gunung Slamet. 

"Salah satu gunung api di sini adalah Gunung Slamet. Kami harap masyarakat Purbalingga tidak apatis terhadap Gunung Slamet. Karena Gunung Sinabung yang 200 tahun lebih akhirnya meletus juga. Gunung Slamet juga pernah terjadi erupsi tetapi Alhamdulillah bisa turun kembali," ujarnya. 
(Arifa/Puji/Humas Jateng)

 

Baca juga Butuh Kekompakan Tangani Bencana


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu