Follow Us :              

Ada Plastik Berbahan Dasar Singkong, Ini Istimewanya

  09 August 2018  |   10:00:00  |   dibaca : 831 
Kategori :
Bagikan :


Ada Plastik Berbahan Dasar Singkong, Ini Istimewanya

09 August 2018 | 10:00:00 | dibaca : 831
Kategori :
Bagikan :

Foto : (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : (Humas Jateng)

JEPARA - Singkong ternyata tak hanya bisa disulap menjadi berbagai kudapan lezat. Tapi, singkong bisa juga menjadi media untuk menyelamatkan lingkungan dari menumpuknya sampah plastik yang sulit terurai selama ini.

Ya, plastik berbahan baku singkong sekitar dua tahun terakhir sudah mulai diproduksi pabrikan Sinar Jaya Plastindo. Pabrik itu ada di Desa Parangjoro Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah. Saat mengikuti pameran pada Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tingkat Jawa Tengah di Pantai Bandengan, Kamis (9/8/2018), Direktur Sinar Jaya Plastindo Whelly Sujono menuturkan, sebelum diproduksi massal, pihaknya sudah melakukan riset selama 5 tahun. Setelah meriset dari berbagai sisi, antara lain ketersediaan bahan baku dan keamanannya, akhirnya pihaknya memproduksi plastik berbahan baku singkong.

Untuk mendapatkan bahan baku, pabrik memilih bekerja sama dengan petani. Pihaknya tidak membuat perkebunan singkong sendiri, dengan tujuan membantu petani. Dalam proses pengolahan, singkong terlebih dahulu dijadikan tepung. Setelah itu dicampur dengan biji plastik. Komposisinya 80 persen singkong dan 20 persen biji plastik. Selanjutnya diproduksi menjadi kantong plastik berukuran kurang lebih 30 cm X 15 cm dan kantong sampah. Harga kantong plastik isi 50 pcs Rp 25.000 dan kantong sampah per pcs Rp 5.400

"Harganya memang lebih mahal dibanding yang oxium. Dengan isi yang sama, kantong plastik oxium harganya Rp 8.500. Namun kami tetap punya pangsa pasar, seperti di hotel dan restoran," tuturnya.

Saat ini, per bulan pihaknya baru memroduksi kurang dari 10 ton. Namun bila permintaan pasar semakin besar, dia siap memroduksi hingga 100 ton. Keistimewaan plastik dari singkong ini dapat terurai hanya dalam waktu enam bulan. Di samping itu, bebas dari segala bahan berbahaya. Sehingga, ketika terurai dan termakan hewan, tetap aman.

"Teknologinya ini 100 persen Indonesia. Produk kami juga mendapat sertifikat dari World CSR Day and World Sustainability," tuturnya.

Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP mengapresiasi inovasi tersebut. Apalagi, dalam catatannya, di Jawa Tengah per hari menghasilkan 15.671 ton sampah. Dalam setahun,  menumpuk 5.719.915 ton sampah. Komposisinya terdiri 63,3 persen sampah organik, 36,34 persen sampah anorganik, dan bahan beracun berbahaya (B3) 0,29 persen.

"Untuk sampah plastik yang dihasilkan di Jawa Tengah rata-rata berkisar 17,7 persen dan nampaknya ada perubahan pola konsumsi masyarakat yang menunjukkan tren peningkatan," katanya.

Meningkatnya penggunaan plastik, tak hanya di Indonesia tapi juga negara-negara lain. Sampahnya menimbulkan persolan yang tidak remeh. Salah satu contohnya, kini binatang bahkan tidak bisa membedakan antara makanan dan plastik. Sehingga plastik pun dimakan. Adanya inovasi plastik dari singkong, menjadi salah satu cara mengatasi persoalan sampah plastik selama ini. 

"Kemarin saya dibully soal tiwul. Ternyata hari ini singkong dibuat tepung cassava, jadi macam-macam, jadi plastik dan hasil akhirnya adalah kantong sampah yang mudah terurai. Kita makin kreatif. Keren," tuturnya

Untuk menggaungkan Jawa Tengah bebas sampah, imbuhnya, Ganjar berencana menggalakkan gerakan pungut sampah setiap Jum'at pagi setelah senam, mulai besok. Di awal pelaksanaan, cukup di lingkungan kantor. Berikutnya bisa di titik - titik public space yang sudah ditetapkan.

"Niki ide sing kula pengen teng Jateng. Mulai sesuk kerja bakti ben tanggungjawab. Mangke resik-resik kali, terminal, pokoke nggen public space. Deklarasi penting, tapi aksi luwih penting ben dadi gerakan sing serius," tandasnya.

(Rita/Puji/Humas Jateng)

 

Baca juga : Inginkan Semua Sekolah Tiru Konservasi Ala Unnes


Bagikan :

JEPARA - Singkong ternyata tak hanya bisa disulap menjadi berbagai kudapan lezat. Tapi, singkong bisa juga menjadi media untuk menyelamatkan lingkungan dari menumpuknya sampah plastik yang sulit terurai selama ini.

Ya, plastik berbahan baku singkong sekitar dua tahun terakhir sudah mulai diproduksi pabrikan Sinar Jaya Plastindo. Pabrik itu ada di Desa Parangjoro Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah. Saat mengikuti pameran pada Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tingkat Jawa Tengah di Pantai Bandengan, Kamis (9/8/2018), Direktur Sinar Jaya Plastindo Whelly Sujono menuturkan, sebelum diproduksi massal, pihaknya sudah melakukan riset selama 5 tahun. Setelah meriset dari berbagai sisi, antara lain ketersediaan bahan baku dan keamanannya, akhirnya pihaknya memproduksi plastik berbahan baku singkong.

Untuk mendapatkan bahan baku, pabrik memilih bekerja sama dengan petani. Pihaknya tidak membuat perkebunan singkong sendiri, dengan tujuan membantu petani. Dalam proses pengolahan, singkong terlebih dahulu dijadikan tepung. Setelah itu dicampur dengan biji plastik. Komposisinya 80 persen singkong dan 20 persen biji plastik. Selanjutnya diproduksi menjadi kantong plastik berukuran kurang lebih 30 cm X 15 cm dan kantong sampah. Harga kantong plastik isi 50 pcs Rp 25.000 dan kantong sampah per pcs Rp 5.400

"Harganya memang lebih mahal dibanding yang oxium. Dengan isi yang sama, kantong plastik oxium harganya Rp 8.500. Namun kami tetap punya pangsa pasar, seperti di hotel dan restoran," tuturnya.

Saat ini, per bulan pihaknya baru memroduksi kurang dari 10 ton. Namun bila permintaan pasar semakin besar, dia siap memroduksi hingga 100 ton. Keistimewaan plastik dari singkong ini dapat terurai hanya dalam waktu enam bulan. Di samping itu, bebas dari segala bahan berbahaya. Sehingga, ketika terurai dan termakan hewan, tetap aman.

"Teknologinya ini 100 persen Indonesia. Produk kami juga mendapat sertifikat dari World CSR Day and World Sustainability," tuturnya.

Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP mengapresiasi inovasi tersebut. Apalagi, dalam catatannya, di Jawa Tengah per hari menghasilkan 15.671 ton sampah. Dalam setahun,  menumpuk 5.719.915 ton sampah. Komposisinya terdiri 63,3 persen sampah organik, 36,34 persen sampah anorganik, dan bahan beracun berbahaya (B3) 0,29 persen.

"Untuk sampah plastik yang dihasilkan di Jawa Tengah rata-rata berkisar 17,7 persen dan nampaknya ada perubahan pola konsumsi masyarakat yang menunjukkan tren peningkatan," katanya.

Meningkatnya penggunaan plastik, tak hanya di Indonesia tapi juga negara-negara lain. Sampahnya menimbulkan persolan yang tidak remeh. Salah satu contohnya, kini binatang bahkan tidak bisa membedakan antara makanan dan plastik. Sehingga plastik pun dimakan. Adanya inovasi plastik dari singkong, menjadi salah satu cara mengatasi persoalan sampah plastik selama ini. 

"Kemarin saya dibully soal tiwul. Ternyata hari ini singkong dibuat tepung cassava, jadi macam-macam, jadi plastik dan hasil akhirnya adalah kantong sampah yang mudah terurai. Kita makin kreatif. Keren," tuturnya

Untuk menggaungkan Jawa Tengah bebas sampah, imbuhnya, Ganjar berencana menggalakkan gerakan pungut sampah setiap Jum'at pagi setelah senam, mulai besok. Di awal pelaksanaan, cukup di lingkungan kantor. Berikutnya bisa di titik - titik public space yang sudah ditetapkan.

"Niki ide sing kula pengen teng Jateng. Mulai sesuk kerja bakti ben tanggungjawab. Mangke resik-resik kali, terminal, pokoke nggen public space. Deklarasi penting, tapi aksi luwih penting ben dadi gerakan sing serius," tandasnya.

(Rita/Puji/Humas Jateng)

 

Baca juga : Inginkan Semua Sekolah Tiru Konservasi Ala Unnes


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu