Follow Us :              

Imlek Tak Hanya Milik Tionghoa

  27 January 2017  |   16:00:00  |   dibaca : 387 
Kategori :
Bagikan :


Imlek Tak Hanya Milik Tionghoa

27 January 2017 | 16:00:00 | dibaca : 387
Kategori :
Bagikan :

Foto : (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : (Humas Jateng)

Rembang – Perayaan Tahun Baru China atau lebih dikenal dengan istilah Imlek diharapkan menjadi momen merawat Indonesia. Sebab, Perayaan Imlek sekarang ini tidak lagi milik etnis Tionghoa melainkan menjadi pesta rakyat seluruh masyarakat di Indonesia dari berbagai etnis, baik Tionghoa, Arab hingga pribumi.

“Perayaan Tahun Baru imlek ini ada satu harapan besar dari masyarakat, dari warga bangsa agar kita semua tetap mampu merawat Indonesia. Ini jauh lebih penting, ini menurut saya menjadi PR kita semua sampai kapan pun, sampai akhir hayat, sampai Indonesia berkibar lebih jaya dan lebih jaya lagi,” kata Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP, saat Perayaan Imlek 2568 di Gedung Balai Perdamaian Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jumat (27/1) malam.

Menurut Ganjar, Lasem menjadi sebuah cerminan bagaimana merawat Indonesia dengan baik. Meski terdapat banyak etnis di satu kawasan, masyarakat di tempat tersebut dapat hidup rukun karena menjunjung tinggi kebersamaan dan persaudaraan. Hal semacam itu akan menjadikan Indonesia bangsa yang besar dan kuat.

Melalui kebersamaan dan persaudaraan tersebut terjadi akulturasi budaya yang mempunyai nilai yang tinggi, yakni batik Lasem yang merupakan perpaduan antara unsur santri Arab, Pribumi, dan Tionghoa. Sejarah Lasem yang luar biasa tersebut harus dilestarikan sampai kapan pun.

"Batik Lasem itu perpaduan kultural di mana masyarakat tidak bisa protes dan konkret. Ada unsur agama santrinya tercermin dalam guratan batik, ada unsur chinanya tercermin biasanya berupa naga, dan ada Jawa yang santri Arab,” ujarnya.

Untuk mengembalikan spirit kejayaan Lasem dimasa lalu sebagai sebuah heritage kota tua, gubernur merencanakan event sport and tourism melalui rally sepeda yang bertemakan heritage to heritage. Melalui kegiatan tersebut diharapkan dapat menjual seluruh heritage yang ada di Jawa Tengah kepada wisatawan, baik lokal maupun asing. Namun Ganjar berharap pemerintah daerah bersama masyarakat juga berkontribusi melalui penyelenggaraan event-event besar secara rutin, seperti festival batik Lasem.

“Kita akan membuat sebuah rally sepeda dan itu akan menjelajah Jawa Tengah. Saya mulai tertarik untuk mengusulkan nanti temanya adalah dari heritage ke heritage. Jadi ada old town, old city  yang kemudian bisa kita jual” tuturnya.

Sementara itu, Bupati Rembang Abdul Hafidz mengatakan untuk menjadikan Lasem sebagai destinasi wisata unggulan pihaknya dibantu oleh masyarakat sudah mulai berbenah. Lasem akan dijadikan sebagai kota wisata yang didalamnya terdapat perpaduan budaya antara etnis Tionghoa, Arab, dan santri.

“Kawan-kawan dari pemerintah maupun dari masyarakat sudah melakukan perintah Pak Gubernur. Ini sudah kelihatan yang dulu kawasan ini ada truk yang nyuci di sini, parkir sembarangan, sekarang sudah tidak. Yang dulu jalannya belum tertata baik sekarang sudah tertata. Yang dulu semua pemilik rumah tua ini mau menjual karena Pak Gubernur sudah wanti-wanti ternyata berhenti semua,” katanya.

Hafidz berharap gubernur dapat ikut mengembangkan Lasem agar konsep kota tua pecinan yang memiliki beragam budaya itu dapat segera terwujud. (Humas Jateng)

 


Bagikan :

Rembang – Perayaan Tahun Baru China atau lebih dikenal dengan istilah Imlek diharapkan menjadi momen merawat Indonesia. Sebab, Perayaan Imlek sekarang ini tidak lagi milik etnis Tionghoa melainkan menjadi pesta rakyat seluruh masyarakat di Indonesia dari berbagai etnis, baik Tionghoa, Arab hingga pribumi.

“Perayaan Tahun Baru imlek ini ada satu harapan besar dari masyarakat, dari warga bangsa agar kita semua tetap mampu merawat Indonesia. Ini jauh lebih penting, ini menurut saya menjadi PR kita semua sampai kapan pun, sampai akhir hayat, sampai Indonesia berkibar lebih jaya dan lebih jaya lagi,” kata Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP, saat Perayaan Imlek 2568 di Gedung Balai Perdamaian Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jumat (27/1) malam.

Menurut Ganjar, Lasem menjadi sebuah cerminan bagaimana merawat Indonesia dengan baik. Meski terdapat banyak etnis di satu kawasan, masyarakat di tempat tersebut dapat hidup rukun karena menjunjung tinggi kebersamaan dan persaudaraan. Hal semacam itu akan menjadikan Indonesia bangsa yang besar dan kuat.

Melalui kebersamaan dan persaudaraan tersebut terjadi akulturasi budaya yang mempunyai nilai yang tinggi, yakni batik Lasem yang merupakan perpaduan antara unsur santri Arab, Pribumi, dan Tionghoa. Sejarah Lasem yang luar biasa tersebut harus dilestarikan sampai kapan pun.

"Batik Lasem itu perpaduan kultural di mana masyarakat tidak bisa protes dan konkret. Ada unsur agama santrinya tercermin dalam guratan batik, ada unsur chinanya tercermin biasanya berupa naga, dan ada Jawa yang santri Arab,” ujarnya.

Untuk mengembalikan spirit kejayaan Lasem dimasa lalu sebagai sebuah heritage kota tua, gubernur merencanakan event sport and tourism melalui rally sepeda yang bertemakan heritage to heritage. Melalui kegiatan tersebut diharapkan dapat menjual seluruh heritage yang ada di Jawa Tengah kepada wisatawan, baik lokal maupun asing. Namun Ganjar berharap pemerintah daerah bersama masyarakat juga berkontribusi melalui penyelenggaraan event-event besar secara rutin, seperti festival batik Lasem.

“Kita akan membuat sebuah rally sepeda dan itu akan menjelajah Jawa Tengah. Saya mulai tertarik untuk mengusulkan nanti temanya adalah dari heritage ke heritage. Jadi ada old town, old city  yang kemudian bisa kita jual” tuturnya.

Sementara itu, Bupati Rembang Abdul Hafidz mengatakan untuk menjadikan Lasem sebagai destinasi wisata unggulan pihaknya dibantu oleh masyarakat sudah mulai berbenah. Lasem akan dijadikan sebagai kota wisata yang didalamnya terdapat perpaduan budaya antara etnis Tionghoa, Arab, dan santri.

“Kawan-kawan dari pemerintah maupun dari masyarakat sudah melakukan perintah Pak Gubernur. Ini sudah kelihatan yang dulu kawasan ini ada truk yang nyuci di sini, parkir sembarangan, sekarang sudah tidak. Yang dulu jalannya belum tertata baik sekarang sudah tertata. Yang dulu semua pemilik rumah tua ini mau menjual karena Pak Gubernur sudah wanti-wanti ternyata berhenti semua,” katanya.

Hafidz berharap gubernur dapat ikut mengembangkan Lasem agar konsep kota tua pecinan yang memiliki beragam budaya itu dapat segera terwujud. (Humas Jateng)

 


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu