Follow Us :              

Akhir 2016, Jumlah WPA se-Jateng Capai 1950

  29 January 2017  |   00:00:00  |   dibaca : 376 
Kategori :
Bagikan :


Akhir 2016, Jumlah WPA se-Jateng Capai 1950

29 January 2017 | 00:00:00 | dibaca : 376
Kategori :
Bagikan :

Foto : (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : (Humas Jateng)

Karanganyar - Upaya promotif dan preventif untuk menekan jumlah penderita AIDS menjadi fokus perhatian Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), baik di tingkat kabupaten/kota maupun provinsi Jawa Tengah. Langkah serius KPA bahkan diwujudkan dengan gencar mengajak masyarakat berpartisipasi sebagai Warga Peduli AIDS (WPA). Sekretaris KPA Provinsi Jawa Tengah Drs Zainal Arifin MSi membeberkan, setidaknya ada 1950 orang WPA yang tersebar di 35 kabupaten/kota.

 

"1950 WPA sudah terbentuk untuk seluruh kabupaten/kota. Tugas WPA pertama mengidentifikasi orang-orang yang berisiko tinggi (terjangkit HIV). Apa itu sopir bus malam atau luar kota, buruh, atau salon. Itu didata kemudian diadvokasi, diberikan pemahaman untuk melakukan pemeriksaan HIV," bebernya saat menghadiri Pertemuan Sekretaris KPA Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah bersama Wakil Gubernur Jawa Tengah Drs H Heru Sudjatmoko MSi di Wisma Pringgosari Tawangmangu, Kamis malam (26/1).

 

Zainal menambahkan, tantangan terbesar WPA adalah mengajak orang-orang yang berisiko tinggi terjangkit HIV untuk memeriksakan diri ke Puskesmas. Setelah berhasil meyakinkan untuk memeriksakan diri, WPA bertugas menyarankan kepada orang yang terjangkit HIV minum antiretroviral untuk daya tahan tubuh.

 

“Kalau rutin setiap hari minum itu, kayak orang sehat. Tapi kalau tidak rutin bisa resisten. Turun daya tahan tubuhnya dan terkena penyakit ikutan yaitu AIDS," terangnya.

 

Tak hanya itu, sinergi antar KPA kini diperkuat dengan pembentukan forum koordinasi KPA eks karesidenan. Seperti di Solo Raya, Kedung Sepur, dan Pantura Barat.

 

"Forum koordinasi sebagai sarana sharing persoalan yang dihadapi daerah. Seperti ada ODHA yang meninggal, maka segera dibentuk tim untuk mengurus jenazahnya," tutur Zainal.

 

Wakil Gubernur Jawa Tengah Drs H Heru Sudjatmoko MSi menekankan, setiap KPA wajib memperhatikan keselamatan kaum perempuan dan anak-anak yang rentan tertular HIV.

 

"Ibu dan anak-anak perlu dilindungi dari HIV/AIDS. Sing wis kebacut, kita usahakan untuk diobati. Ini bukan pekerjaan ringan. Maka kita ajak yang lain," tegasnya.

 

Heru juga mengapresiasi kegigihan KPA untuk mengatasi persoalan HIV/AIDS tanpa mengharap popularitas atau bahkan gaji sekalipun.

 

"KPA ibarat berjalan di lorong sempit. Cari popularitas bukan di situ tempatnya. Bapak/Ibu ini barisan terdepan. Itu mulia. Terima kasih sekali atas keikhlasan Bapak/Ibu karena bekerja luar biasa tanpa mengharap gaji apa-apa," ujarnya tulus. (Humas Jateng)

 

 


Bagikan :

Karanganyar - Upaya promotif dan preventif untuk menekan jumlah penderita AIDS menjadi fokus perhatian Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), baik di tingkat kabupaten/kota maupun provinsi Jawa Tengah. Langkah serius KPA bahkan diwujudkan dengan gencar mengajak masyarakat berpartisipasi sebagai Warga Peduli AIDS (WPA). Sekretaris KPA Provinsi Jawa Tengah Drs Zainal Arifin MSi membeberkan, setidaknya ada 1950 orang WPA yang tersebar di 35 kabupaten/kota.

 

"1950 WPA sudah terbentuk untuk seluruh kabupaten/kota. Tugas WPA pertama mengidentifikasi orang-orang yang berisiko tinggi (terjangkit HIV). Apa itu sopir bus malam atau luar kota, buruh, atau salon. Itu didata kemudian diadvokasi, diberikan pemahaman untuk melakukan pemeriksaan HIV," bebernya saat menghadiri Pertemuan Sekretaris KPA Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah bersama Wakil Gubernur Jawa Tengah Drs H Heru Sudjatmoko MSi di Wisma Pringgosari Tawangmangu, Kamis malam (26/1).

 

Zainal menambahkan, tantangan terbesar WPA adalah mengajak orang-orang yang berisiko tinggi terjangkit HIV untuk memeriksakan diri ke Puskesmas. Setelah berhasil meyakinkan untuk memeriksakan diri, WPA bertugas menyarankan kepada orang yang terjangkit HIV minum antiretroviral untuk daya tahan tubuh.

 

“Kalau rutin setiap hari minum itu, kayak orang sehat. Tapi kalau tidak rutin bisa resisten. Turun daya tahan tubuhnya dan terkena penyakit ikutan yaitu AIDS," terangnya.

 

Tak hanya itu, sinergi antar KPA kini diperkuat dengan pembentukan forum koordinasi KPA eks karesidenan. Seperti di Solo Raya, Kedung Sepur, dan Pantura Barat.

 

"Forum koordinasi sebagai sarana sharing persoalan yang dihadapi daerah. Seperti ada ODHA yang meninggal, maka segera dibentuk tim untuk mengurus jenazahnya," tutur Zainal.

 

Wakil Gubernur Jawa Tengah Drs H Heru Sudjatmoko MSi menekankan, setiap KPA wajib memperhatikan keselamatan kaum perempuan dan anak-anak yang rentan tertular HIV.

 

"Ibu dan anak-anak perlu dilindungi dari HIV/AIDS. Sing wis kebacut, kita usahakan untuk diobati. Ini bukan pekerjaan ringan. Maka kita ajak yang lain," tegasnya.

 

Heru juga mengapresiasi kegigihan KPA untuk mengatasi persoalan HIV/AIDS tanpa mengharap popularitas atau bahkan gaji sekalipun.

 

"KPA ibarat berjalan di lorong sempit. Cari popularitas bukan di situ tempatnya. Bapak/Ibu ini barisan terdepan. Itu mulia. Terima kasih sekali atas keikhlasan Bapak/Ibu karena bekerja luar biasa tanpa mengharap gaji apa-apa," ujarnya tulus. (Humas Jateng)

 

 


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu