Follow Us :              

Pertukaran Pelajar, Siswa SMAN 5 Semarang Harus Bisa Main Gamelan

  11 October 2018  |   12:00:00  |   dibaca : 3184 
Kategori :
Bagikan :


Pertukaran Pelajar, Siswa SMAN 5 Semarang Harus Bisa Main Gamelan

11 October 2018 | 12:00:00 | dibaca : 3184
Kategori :
Bagikan :

Foto : Ebron (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Ebron (Humas Jateng)

SEMARANG - Heinrich-Heine-Gymnasium, Hamburg, Jerman jajaki kerja sama program pertukaran pelajar dengan SMA Negeri 5 Semarang. Sepuluh siswa Heinrich-Heine-Gymnasium akan belajar selama tiga minggu mendatang di SMA Negeri 5 Semarang dan diawali pada 9 Oktober lalu. Sementara itu, 19 siswa SMA Negeri 5 Semarang menempuh studi di Heinrich-Heine-Gymnasium pada 21 September hingga 13 Oktober.

"Akan ada banyak hal yang nantinya saya yakin akan didapatkan oleh para siswa dari dua negara," ujar Vice Principal Heinrich-Heine-Gymnasium, Hamburg, Katrin Dause, saat beramah-tamah dengan Wakil Gubernur Jawa Tengah H. Taj Yasin Maimoen di Ruang Rapat Lantai 2 Kantor Gubernur, Kamis (11/10/2018).

Katrin mengatakan, pengalaman pertukaran pelajar antara sekolah di Jerman dengan sekolah di Indonesia pada tahun-tahun sebelumnya menunjukkan bahwa ikatan luar biasa telah terbangun antara keduanya. Sehingga ada beberapa siswa dari Indonesia yang kembali bersekolah di Jerman dan mendapatkan sponsor dari keluarga-keluarga singgah.

"Untuk sekolah kami, ini adalah kesempatan pertama. Karena empat kesempatan sebelumnya untuk sekolah lain. Kami berharap program ini terus berlanjut dan kami dapat terus mengirimkan murid-murid kami ke Indonesia," harapnya.

Senada dengan Katrin, Kepala Sekolah SMA Negeri 5 Semarang Dr. Titi Priyatiningsih, M.Pd menegaskan, untuk meningkatkan kualitas pendidikan, para pelajar harus dibekali pengetahuan global, tanpa meninggalkan budaya dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. 

Untuk itu, selama kurun waktu empat bulan, pihaknya serius membekali 19 siswa SMA Negeri 5 Semarang sebelum mengikuti program. Setiap Sabtu dan Minggu, siswa rela tidak libur untuk mempersiapkan diri. Mereka belajar untuk fasih berkomunikasi bahasa Inggris hingga berlatih bermain gamelan dan menari. "Karena salah satu misinya adalah untuk mengenalkan budaya Indonesia,” ujarnya. 

Wakil Gubernur Jawa Tengah H. Taj Yasin Maimoen menyambut baik penjajakan kerjasama ini. Menurutnnya, banyak hal yang dapat dipelajari oleh siswa Heinrich-Heine-Gymnasium, Hamburg saat tinggal di Kota Atlas. Bukan hanya tentang mata pelajaran di sekolah, tetapi juga bagaimana kondusivitas kehidupan masyarakat, berbagai nilai dan norma, kekayaan seni budaya atau sumber daya alam Jateng dan Indonesia yang mempesona. 

Wagub Taj Yasin mengatakan, budaya Indonesia termasuk Jawa Tengah begitu majemuk, tetapi masyarakat dapat hidup berdampingan secara harmonis. Indonesia adalah negara yang sangat toleran dengan keberagaman suku, agama dan bahasa daerahnya. "Semoga betah dan nyaman dengan lingkungan dan cuaca di Kota Semarang yang cukup panas. Yang pasti, masyarakat Semarang dan Jateng pada umumnya merupakan masyarakat yang ramah," jelasnya.

Wagub Taj Yasin ingin, penjajakan kerja sama program pertukaran pelajar ini terus berlanjut. Seperti halnya, kerja sama di bidang pendidikan antara Jawa Tengah dengan Queensland yang sudah berlangsung hingga saat ini. "Kita akan menindaklanjuti dan semoga kerja sama antara Dinas Pendidikan dan Kebudayaan provinsi Jawa Tengah dengan Jerman ada MoU setiap tahunnya," ujarnya.

Siswa Heinrich-Heine-Gymnasium, Arne Matthias Erich Laudel menceritakan pengalaman uniknya selama tiga hari tinggal di Semarang. Pemuda berambut pirang itu menuturkan harus beradaptasi dengan suhu udara di Semarang yang terik.

"Ketika berangkat dari Hamburg, Jerman temperaturnya sekitar 20°C dan kadang-kadang di bawah 20°C, ketika sampai di Indonesia ternyata di atas 30°C. Jadi, kami merasa dingin di dalam pesawat karena hampir sama dengan suhu udara yang ada di Hamburg, tetapi ketika keluar dari pesawat dan memasuki lounge sudah mulai terasa panasnya," ujarnya disambut tawa hadirin.

Arne mengaku senang karena keluarga singgahnya di Semarang begitu hangat. Setibanya di bandara, ia disambut oleh segenap keluarga. "Kami diajak makan dan ngobrol sesampainya di rumah. Saya merasa bahwa saya tidak tiba di rumah orang asing, tetapi tiba di rumah keluarga saya sendiri," lanjutnya sembari tersenyum.

Sementara itu, Reyhan Rahardian, siswa SMA Negeri 5 Semarang mengaku senang mengikuti program ini. Reyhan yang mengaku pemalu dan kurang percaya diri dilatih oleh guru pendamping untuk terampil presentasi dengan bahasa Inggris yang fasih. Dirinya juga dituntut beradaptasi secara cepat, baik ketika tinggal bersama keluarga singgahnya di Hamburg maupun saat di sekolah bersama kawan-kawan baru. "Setelah melakukan program ini, saya ingin menjadi pribadi yang memiliki kepercayaan diri lebih baik untuk berbicara dan menginspirasi teman-teman sebaya," harapnya.

Orang tua siswa yang puteranya mengikuti program, Muh. Utomo berharap, program positif itu dapat terus berlanjut. Pasalnya, sang anak tidak hanya dibekali penguasaan bahasa Inggris dan budaya lokal, namun siswa juga dituntut mandiri dengan berjualan kuliner nusantara. 
(Arifa/Puji/Humas Jateng)

 

Baca juga : Pelajar Jerman Terkesan Pedasnya Masakan Indonesia


Bagikan :

SEMARANG - Heinrich-Heine-Gymnasium, Hamburg, Jerman jajaki kerja sama program pertukaran pelajar dengan SMA Negeri 5 Semarang. Sepuluh siswa Heinrich-Heine-Gymnasium akan belajar selama tiga minggu mendatang di SMA Negeri 5 Semarang dan diawali pada 9 Oktober lalu. Sementara itu, 19 siswa SMA Negeri 5 Semarang menempuh studi di Heinrich-Heine-Gymnasium pada 21 September hingga 13 Oktober.

"Akan ada banyak hal yang nantinya saya yakin akan didapatkan oleh para siswa dari dua negara," ujar Vice Principal Heinrich-Heine-Gymnasium, Hamburg, Katrin Dause, saat beramah-tamah dengan Wakil Gubernur Jawa Tengah H. Taj Yasin Maimoen di Ruang Rapat Lantai 2 Kantor Gubernur, Kamis (11/10/2018).

Katrin mengatakan, pengalaman pertukaran pelajar antara sekolah di Jerman dengan sekolah di Indonesia pada tahun-tahun sebelumnya menunjukkan bahwa ikatan luar biasa telah terbangun antara keduanya. Sehingga ada beberapa siswa dari Indonesia yang kembali bersekolah di Jerman dan mendapatkan sponsor dari keluarga-keluarga singgah.

"Untuk sekolah kami, ini adalah kesempatan pertama. Karena empat kesempatan sebelumnya untuk sekolah lain. Kami berharap program ini terus berlanjut dan kami dapat terus mengirimkan murid-murid kami ke Indonesia," harapnya.

Senada dengan Katrin, Kepala Sekolah SMA Negeri 5 Semarang Dr. Titi Priyatiningsih, M.Pd menegaskan, untuk meningkatkan kualitas pendidikan, para pelajar harus dibekali pengetahuan global, tanpa meninggalkan budaya dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. 

Untuk itu, selama kurun waktu empat bulan, pihaknya serius membekali 19 siswa SMA Negeri 5 Semarang sebelum mengikuti program. Setiap Sabtu dan Minggu, siswa rela tidak libur untuk mempersiapkan diri. Mereka belajar untuk fasih berkomunikasi bahasa Inggris hingga berlatih bermain gamelan dan menari. "Karena salah satu misinya adalah untuk mengenalkan budaya Indonesia,” ujarnya. 

Wakil Gubernur Jawa Tengah H. Taj Yasin Maimoen menyambut baik penjajakan kerjasama ini. Menurutnnya, banyak hal yang dapat dipelajari oleh siswa Heinrich-Heine-Gymnasium, Hamburg saat tinggal di Kota Atlas. Bukan hanya tentang mata pelajaran di sekolah, tetapi juga bagaimana kondusivitas kehidupan masyarakat, berbagai nilai dan norma, kekayaan seni budaya atau sumber daya alam Jateng dan Indonesia yang mempesona. 

Wagub Taj Yasin mengatakan, budaya Indonesia termasuk Jawa Tengah begitu majemuk, tetapi masyarakat dapat hidup berdampingan secara harmonis. Indonesia adalah negara yang sangat toleran dengan keberagaman suku, agama dan bahasa daerahnya. "Semoga betah dan nyaman dengan lingkungan dan cuaca di Kota Semarang yang cukup panas. Yang pasti, masyarakat Semarang dan Jateng pada umumnya merupakan masyarakat yang ramah," jelasnya.

Wagub Taj Yasin ingin, penjajakan kerja sama program pertukaran pelajar ini terus berlanjut. Seperti halnya, kerja sama di bidang pendidikan antara Jawa Tengah dengan Queensland yang sudah berlangsung hingga saat ini. "Kita akan menindaklanjuti dan semoga kerja sama antara Dinas Pendidikan dan Kebudayaan provinsi Jawa Tengah dengan Jerman ada MoU setiap tahunnya," ujarnya.

Siswa Heinrich-Heine-Gymnasium, Arne Matthias Erich Laudel menceritakan pengalaman uniknya selama tiga hari tinggal di Semarang. Pemuda berambut pirang itu menuturkan harus beradaptasi dengan suhu udara di Semarang yang terik.

"Ketika berangkat dari Hamburg, Jerman temperaturnya sekitar 20°C dan kadang-kadang di bawah 20°C, ketika sampai di Indonesia ternyata di atas 30°C. Jadi, kami merasa dingin di dalam pesawat karena hampir sama dengan suhu udara yang ada di Hamburg, tetapi ketika keluar dari pesawat dan memasuki lounge sudah mulai terasa panasnya," ujarnya disambut tawa hadirin.

Arne mengaku senang karena keluarga singgahnya di Semarang begitu hangat. Setibanya di bandara, ia disambut oleh segenap keluarga. "Kami diajak makan dan ngobrol sesampainya di rumah. Saya merasa bahwa saya tidak tiba di rumah orang asing, tetapi tiba di rumah keluarga saya sendiri," lanjutnya sembari tersenyum.

Sementara itu, Reyhan Rahardian, siswa SMA Negeri 5 Semarang mengaku senang mengikuti program ini. Reyhan yang mengaku pemalu dan kurang percaya diri dilatih oleh guru pendamping untuk terampil presentasi dengan bahasa Inggris yang fasih. Dirinya juga dituntut beradaptasi secara cepat, baik ketika tinggal bersama keluarga singgahnya di Hamburg maupun saat di sekolah bersama kawan-kawan baru. "Setelah melakukan program ini, saya ingin menjadi pribadi yang memiliki kepercayaan diri lebih baik untuk berbicara dan menginspirasi teman-teman sebaya," harapnya.

Orang tua siswa yang puteranya mengikuti program, Muh. Utomo berharap, program positif itu dapat terus berlanjut. Pasalnya, sang anak tidak hanya dibekali penguasaan bahasa Inggris dan budaya lokal, namun siswa juga dituntut mandiri dengan berjualan kuliner nusantara. 
(Arifa/Puji/Humas Jateng)

 

Baca juga : Pelajar Jerman Terkesan Pedasnya Masakan Indonesia


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu