Follow Us :              

Semua Mata Pelajaran Bisa Disisipi Pendidikan Kebangsaan

  26 October 2018  |   16:00:00  |   dibaca : 334 
Kategori :
Bagikan :


Semua Mata Pelajaran Bisa Disisipi Pendidikan Kebangsaan

26 October 2018 | 16:00:00 | dibaca : 334
Kategori :
Bagikan :

Foto : Handy (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Handy (Humas Jateng)

SEMARANG - Pemerintah diharapkan dapat mendorong lembaga-lembaga pendidikan alternatif sebagai langkah menyukseskan pendidikan kebangsaan kepada anak.
Hal itu disampaikan sejumlah peserta Seminar Nasional Pendidikan Kebangsaan di Wisma Perdamaian Kota Semarang, Jumat (26/10/2018).

"Pendidikan kebangsaan di lingkungan sekolah sudah terbatas oleh kurikulum yang ada. Dari pengalaman sampai saat ini, pendidikan kebangsaan masih sangat minim diterapkan di lembaga-lembaga pendidikan formal," kata Yuli Setyowati, salah satu peserta.

Salah satu upaya yang dapat didorong oleh pemerintah adalah dengan menggerakkan pendidikan-pendidikan alternatif yang sudah ada di masyarakat.

"Kami ingin pendidikan alternatif ini dikembangkan, karena melalui pendidikan-pendidikan alternatif ini, nilai-nilai kebangsaan banyak diajarkan kepada anak-anak," ucap pengurus Sanggar Anak Akar ini.

Yuli juga mengusulkan agar penanaman nilai-nilai kebangsaan yang ada di sekolah-sekolah formal dapat ditingkatkan. Tidak harus menjadikan kurikulum, namun bagaimana praktik-praktik kebangsaan itu dapat diterapkan.

"Kalaupun dibuat kurikulum, saya berharap lebih menekankan pada praktik daripada teori. Misalnya di sanggar saya ada kelas sore, disana kami membebaskan anak berkreasi dengan kemampuan masing-masing, setelah itu kami memberikan masukan-masukan dari nilai-nilai yang ada misalnya pendidikan karakter, anti korupsi, kebangsaan dan lain sebagainya," tutupnya.

Seminar Nasional Pendidikan Kebangsaan diikuti puluhan peserta. Tidak hanya dari Jawa Tengah, namun peserta dari seluruh Indonesia hadir dalam kegiatan itu. Acara semakin spesial karena Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo hadir dalam kesempatan itu.

Setidaknya ada empat isu yang dibahas dalam seminar tersebut. Pertama terkait regulasi atau kebijakan pendidikan alternatif, ekosistem yang mendukung pendidikan alternatif, pendidikan kebangsaan sebagai kebudayaan dan internalisasi pendidikan kebangsaan kepada generasi muda.

Dalam arahanya, Ganjar mengapresiasi kegiatan Seminar Nasional Pendidikan Kebangsaan tersebut. Menurutnya, kegiatan semacam ini harus terus ditingkatkan di tengah kondisi bangsa saat ini.

"Kegiatan semacam ini memang harus terus ditingkatkan, saya memang sepakat jika pendidikan kebangsaan harus digalakkan tidak hanya di sekolah formal, tapi juga di sekolah-sekolah non formal," ucap Ganjar.

Dirinya juga sangat sepakat dengan usulan-usulan peserta diskusi, diantaranya terkait tidak grusa-grusu memasukkan pendidikan kebangsaan dalam kurikulum.

"Saya setuju, jangan semua dimasukkan dalam kurikulum. Makanya saya selalu meminta guru-guru di seluruh Jawa Tengah untuk kreatif, bagaimana memasukkan nilai-nilai kebangsaan, pendidikan karakter, antikorupsi dalam setiap pelajaran yang ada. Semua mata pelajaran bisa disisipi muatan pendidikan kebangsaan itu, tinggal gurunya mau kreatif atau tidak," tutupnya.
(Bowo/Puji/Humas Jateng)

 

Baca juga : Badko TPQ Jateng Akan Terapkan Kurikulum Kebangsaan Usia Dini


Bagikan :

SEMARANG - Pemerintah diharapkan dapat mendorong lembaga-lembaga pendidikan alternatif sebagai langkah menyukseskan pendidikan kebangsaan kepada anak.
Hal itu disampaikan sejumlah peserta Seminar Nasional Pendidikan Kebangsaan di Wisma Perdamaian Kota Semarang, Jumat (26/10/2018).

"Pendidikan kebangsaan di lingkungan sekolah sudah terbatas oleh kurikulum yang ada. Dari pengalaman sampai saat ini, pendidikan kebangsaan masih sangat minim diterapkan di lembaga-lembaga pendidikan formal," kata Yuli Setyowati, salah satu peserta.

Salah satu upaya yang dapat didorong oleh pemerintah adalah dengan menggerakkan pendidikan-pendidikan alternatif yang sudah ada di masyarakat.

"Kami ingin pendidikan alternatif ini dikembangkan, karena melalui pendidikan-pendidikan alternatif ini, nilai-nilai kebangsaan banyak diajarkan kepada anak-anak," ucap pengurus Sanggar Anak Akar ini.

Yuli juga mengusulkan agar penanaman nilai-nilai kebangsaan yang ada di sekolah-sekolah formal dapat ditingkatkan. Tidak harus menjadikan kurikulum, namun bagaimana praktik-praktik kebangsaan itu dapat diterapkan.

"Kalaupun dibuat kurikulum, saya berharap lebih menekankan pada praktik daripada teori. Misalnya di sanggar saya ada kelas sore, disana kami membebaskan anak berkreasi dengan kemampuan masing-masing, setelah itu kami memberikan masukan-masukan dari nilai-nilai yang ada misalnya pendidikan karakter, anti korupsi, kebangsaan dan lain sebagainya," tutupnya.

Seminar Nasional Pendidikan Kebangsaan diikuti puluhan peserta. Tidak hanya dari Jawa Tengah, namun peserta dari seluruh Indonesia hadir dalam kegiatan itu. Acara semakin spesial karena Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo hadir dalam kesempatan itu.

Setidaknya ada empat isu yang dibahas dalam seminar tersebut. Pertama terkait regulasi atau kebijakan pendidikan alternatif, ekosistem yang mendukung pendidikan alternatif, pendidikan kebangsaan sebagai kebudayaan dan internalisasi pendidikan kebangsaan kepada generasi muda.

Dalam arahanya, Ganjar mengapresiasi kegiatan Seminar Nasional Pendidikan Kebangsaan tersebut. Menurutnya, kegiatan semacam ini harus terus ditingkatkan di tengah kondisi bangsa saat ini.

"Kegiatan semacam ini memang harus terus ditingkatkan, saya memang sepakat jika pendidikan kebangsaan harus digalakkan tidak hanya di sekolah formal, tapi juga di sekolah-sekolah non formal," ucap Ganjar.

Dirinya juga sangat sepakat dengan usulan-usulan peserta diskusi, diantaranya terkait tidak grusa-grusu memasukkan pendidikan kebangsaan dalam kurikulum.

"Saya setuju, jangan semua dimasukkan dalam kurikulum. Makanya saya selalu meminta guru-guru di seluruh Jawa Tengah untuk kreatif, bagaimana memasukkan nilai-nilai kebangsaan, pendidikan karakter, antikorupsi dalam setiap pelajaran yang ada. Semua mata pelajaran bisa disisipi muatan pendidikan kebangsaan itu, tinggal gurunya mau kreatif atau tidak," tutupnya.
(Bowo/Puji/Humas Jateng)

 

Baca juga : Badko TPQ Jateng Akan Terapkan Kurikulum Kebangsaan Usia Dini


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu