Follow Us :              

Jangan Pelit Tularkan Ilmu

  05 November 2018  |   13:00:00  |   dibaca : 174 
Kategori :
Bagikan :


Jangan Pelit Tularkan Ilmu

05 November 2018 | 13:00:00 | dibaca : 174
Kategori :
Bagikan :

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

SEMARANG - Ukuran keberhasilan pendidikan dan pelatihan kepemimpinan (Diklatpim) bukan sekadar ditentukan dari selesai pelaksanaannya, melainkan sejauh mana proyek perubahan tersebut mampu diterapkan secara baik dan membawa energi positif di lingkungan kerja masing-masing. 

"Seluruh peserta Diklatpim jangan pelit, tularkan ilmunya kepada rekan-rekan di lingkungan kerja sehingga tercipta inovasi-inovasi agar mampu memberikan layanan terbaik kepada masyarakat," ujar Wakil Gubernur Jawa Tengah H Taj Yasin Maimoen usai memberikan pengarahan pada upacara penutupan Diklatpim Tingkat II Angkatan XIX Provinsi Jateng 2018, di Gedung Sasana Widya Manggala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah (BPSDMD) Jateng, Senin (5/11/2018).

Hadir dalam kegiatan tersebut Deputi Kebijakan LAN Dr Muhamad Taufiq DEA, Plt Kapus Pengembangan Kompetensi Kepamongprajaan dan Manajemen Kepemimpinan Dra Erliani Budi Lestari, MSi, Walikota Tegal Drs Nursholeh, serta Plt Kepala BPSDMD Provinsi Jawa Tengah Riena Retnaningrum SH.

Taj Yasin mengatakan, peserta Diklatpim II angkatan 19 yang berjumlah 51 orang  itu, harus mengetahui bahwa sebagai pemimpin kelak akan ditanyai pertanggungjawaban kepemimpinanya. Karenanya harus memberi contoh baik kepada masyarakat bahwa memimpin di adalah untuk mengabdikan diri kepada masyarakat.

"Ini yang penting. Saya berharap kepada masyarakat untuk peserta Diklatpim ayo kita bareng-bareng melaksanakan niat untuk berkiprah memajukan masyarakat dan negara," katanya.
    
Sementara itu, Gubernur Jateng H Ganjar Pranowo SH MIP dalam sambutan tertulis yang dibacakan Wakil Gubernur meminta seluruh peserta Diklatpim harus siap menjadi aktor perubahan. Namanya aktor maka harus siap tampil di depan untuk memberi warna dan mengatasi persoalan yang menghambat produktivitas kerja birokrasi.

Sebagai pemimpin, lanjutnya, harus bisa memberikan teladan bagi yang dipimpinnya. Dari kepemimpinan yang kuat, dan berintegritas akan mampu melahirkan sistem yang baik, dan jejaring kuat yang penuh dedikasi dan loyalitas tinggi terhadap pelaksanaan tugas dan pengabdian untuk masyarakat, bangsa dan negara. 

"Memang aturan harus ditegakkan. Saya 100%, bahkan 1000% setuju. Tapi kemudian tidak harus membuat kaku tetapi tetap bisa luwes dalam berkreasi untuk mempercepat pelayanan publik yang mudah," tandasnya.

Ada inovasi-inovasi agar mampu memberikan layanan terbaik kepada masyarakat. Itu harus diapresiasi dan didukung penuh. Atau kemudian dalam meraih predikat WTP, semua bersemangat untuk bergerak meraihnya. Tentu ini juga luar biasa dan harus diapresiasi. 

"Seorang pemimpin juga harus menjadi seorang pembelajar. Belajar melihat kebelakang untuk menjadi seorang yang tahu diri atas segala kekurangan, dan menatap kedepan untuk membawa perubahan. Jadi pemimpin itu mesti adaptif pada perubahan," imbuhnya.

Deputi Kebijakan LAN Muhamad Taufiq mengapresiasi BPSDM Jateng atas berbagai inovasi dan kreativitasnya yang dimotori oleh para widyaiswara. Selain itu juga apresiasi terhadap inisiatif Gubernur Jateng H Ganjar Pranowo mengenai sistem corporate university yang direspon cepat dan ditindaklanjuti oleh BPSDMD. 

Ia mengatakan, setiap kabupaten dan kota wajib mengalokasikan anggaran untuk pengembangan sumberdaya manusia telah ditindaklanjuti dengan strategi  pembelajaran yang berbeda. Artinya tidak hanya pada sekadar diklat namun juga simulasi dan lainnya. 

"Diklat bukan satu-satunya cara efektif untuk mengembangkan kompetensi tetapi merupakan bagian dari skenario pembelajaran," katanya.

Menurutnya presentasi paling besar adalah pembelajaran di tempat kerja. Sehingga corporate university itu bukan BPSDMD menjadi corporate university tetapi sebagai operatornya atau koordinator proses pembelajaran yang ada di tempat kerja. Presentasi diklat bisa dikatakan hanya 10 persen, sedangkan lainnya akan dilakukan di tempat kerja masing masing. 

"Inilah yang disebut sistem corporate university. Para peserta Diklatpim II angkatan 19 ini punya tanggungjawab sesuai dengan standar kompetensi setiap pimpinan adalah mengembangkan diri dan orang lain," bebernya.

Tanggungjawab para pimpinan tidak pintar sendiri tetapi pandai bersama sama. Inilah suatu momentum di sini tidak selesai tugas pembelajarannya tetapi merupakan bagian dari jangka pendeknya. Sedangkan jangka menengah dan panjangnya membikin yang lain cerdas, mengembangkan kompetensi staf dan stakeholder, mengedukasi bagaimana membangun pemerintahan yang melayani dan berkinerja tinggi.
(Marni/Puji/Humas Jateng)

 

Baca juga : Kalau Mau Disogok, Ingatlah Pertanyaan Saya Hari Ini..."


Bagikan :

SEMARANG - Ukuran keberhasilan pendidikan dan pelatihan kepemimpinan (Diklatpim) bukan sekadar ditentukan dari selesai pelaksanaannya, melainkan sejauh mana proyek perubahan tersebut mampu diterapkan secara baik dan membawa energi positif di lingkungan kerja masing-masing. 

"Seluruh peserta Diklatpim jangan pelit, tularkan ilmunya kepada rekan-rekan di lingkungan kerja sehingga tercipta inovasi-inovasi agar mampu memberikan layanan terbaik kepada masyarakat," ujar Wakil Gubernur Jawa Tengah H Taj Yasin Maimoen usai memberikan pengarahan pada upacara penutupan Diklatpim Tingkat II Angkatan XIX Provinsi Jateng 2018, di Gedung Sasana Widya Manggala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah (BPSDMD) Jateng, Senin (5/11/2018).

Hadir dalam kegiatan tersebut Deputi Kebijakan LAN Dr Muhamad Taufiq DEA, Plt Kapus Pengembangan Kompetensi Kepamongprajaan dan Manajemen Kepemimpinan Dra Erliani Budi Lestari, MSi, Walikota Tegal Drs Nursholeh, serta Plt Kepala BPSDMD Provinsi Jawa Tengah Riena Retnaningrum SH.

Taj Yasin mengatakan, peserta Diklatpim II angkatan 19 yang berjumlah 51 orang  itu, harus mengetahui bahwa sebagai pemimpin kelak akan ditanyai pertanggungjawaban kepemimpinanya. Karenanya harus memberi contoh baik kepada masyarakat bahwa memimpin di adalah untuk mengabdikan diri kepada masyarakat.

"Ini yang penting. Saya berharap kepada masyarakat untuk peserta Diklatpim ayo kita bareng-bareng melaksanakan niat untuk berkiprah memajukan masyarakat dan negara," katanya.
    
Sementara itu, Gubernur Jateng H Ganjar Pranowo SH MIP dalam sambutan tertulis yang dibacakan Wakil Gubernur meminta seluruh peserta Diklatpim harus siap menjadi aktor perubahan. Namanya aktor maka harus siap tampil di depan untuk memberi warna dan mengatasi persoalan yang menghambat produktivitas kerja birokrasi.

Sebagai pemimpin, lanjutnya, harus bisa memberikan teladan bagi yang dipimpinnya. Dari kepemimpinan yang kuat, dan berintegritas akan mampu melahirkan sistem yang baik, dan jejaring kuat yang penuh dedikasi dan loyalitas tinggi terhadap pelaksanaan tugas dan pengabdian untuk masyarakat, bangsa dan negara. 

"Memang aturan harus ditegakkan. Saya 100%, bahkan 1000% setuju. Tapi kemudian tidak harus membuat kaku tetapi tetap bisa luwes dalam berkreasi untuk mempercepat pelayanan publik yang mudah," tandasnya.

Ada inovasi-inovasi agar mampu memberikan layanan terbaik kepada masyarakat. Itu harus diapresiasi dan didukung penuh. Atau kemudian dalam meraih predikat WTP, semua bersemangat untuk bergerak meraihnya. Tentu ini juga luar biasa dan harus diapresiasi. 

"Seorang pemimpin juga harus menjadi seorang pembelajar. Belajar melihat kebelakang untuk menjadi seorang yang tahu diri atas segala kekurangan, dan menatap kedepan untuk membawa perubahan. Jadi pemimpin itu mesti adaptif pada perubahan," imbuhnya.

Deputi Kebijakan LAN Muhamad Taufiq mengapresiasi BPSDM Jateng atas berbagai inovasi dan kreativitasnya yang dimotori oleh para widyaiswara. Selain itu juga apresiasi terhadap inisiatif Gubernur Jateng H Ganjar Pranowo mengenai sistem corporate university yang direspon cepat dan ditindaklanjuti oleh BPSDMD. 

Ia mengatakan, setiap kabupaten dan kota wajib mengalokasikan anggaran untuk pengembangan sumberdaya manusia telah ditindaklanjuti dengan strategi  pembelajaran yang berbeda. Artinya tidak hanya pada sekadar diklat namun juga simulasi dan lainnya. 

"Diklat bukan satu-satunya cara efektif untuk mengembangkan kompetensi tetapi merupakan bagian dari skenario pembelajaran," katanya.

Menurutnya presentasi paling besar adalah pembelajaran di tempat kerja. Sehingga corporate university itu bukan BPSDMD menjadi corporate university tetapi sebagai operatornya atau koordinator proses pembelajaran yang ada di tempat kerja. Presentasi diklat bisa dikatakan hanya 10 persen, sedangkan lainnya akan dilakukan di tempat kerja masing masing. 

"Inilah yang disebut sistem corporate university. Para peserta Diklatpim II angkatan 19 ini punya tanggungjawab sesuai dengan standar kompetensi setiap pimpinan adalah mengembangkan diri dan orang lain," bebernya.

Tanggungjawab para pimpinan tidak pintar sendiri tetapi pandai bersama sama. Inilah suatu momentum di sini tidak selesai tugas pembelajarannya tetapi merupakan bagian dari jangka pendeknya. Sedangkan jangka menengah dan panjangnya membikin yang lain cerdas, mengembangkan kompetensi staf dan stakeholder, mengedukasi bagaimana membangun pemerintahan yang melayani dan berkinerja tinggi.
(Marni/Puji/Humas Jateng)

 

Baca juga : Kalau Mau Disogok, Ingatlah Pertanyaan Saya Hari Ini..."


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu