Follow Us :              

Forum TJSLP Dorong Program CSR Tepat Sasaran

  23 January 2019  |   08:30:00  |   dibaca : 744 
Kategori :
Bagikan :


Forum TJSLP Dorong Program CSR Tepat Sasaran

23 January 2019 | 08:30:00 | dibaca : 744
Kategori :
Bagikan :

Foto : Ebron (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Ebron (Humas Jateng)

SEMARANG - Keprihatinan terhadap abrasi yang terjadi di Pantai Maron mendorong PT Phapros memberikan edukasi dan pemberdayaan bagi puluhan petani tambak yang tinggal di sekitarnya. Awalnya, para petani tambak beranggapan bahwa pohon bakau adalah musuh bagi mereka karena ikan, kepiting, udang akan sulit memasuki lingkungan tambak. Berbekal edukasi yang mulai dilakukan pada tahun 2011, para petani tambak mencoba mengenal potensi pohon bakau yang tumbuh di sekitar mereka. 

"Maron Mangrove Edupark diawali dari keprihatinan kita terhadap abrasi. Kita bekerjasama dengan Lanumad Ahmad Yani untuk mencegah abrasi dengan menanam mangrove. Kemudian kita melakukan social mapping dan menemukan bahwa di sana banyak petani tambak yang penghasilannya berkurang karena reklamasi. Setelah itu, kita lakukan pendekatan dan edukasi karena sebelumnya pikiran mereka itu dengan adanya mangrove ikan, kepiting, udang nggak datang," ujar Pembina CSR PT Phapros Diah Istantri saat menghadiri Rapat Koordinasi Forum Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan (TJSLP) Provinsi Jawa Tengah di Kantor Bappeda Provinsi Jateng, Rabu (23/1/2019).

PT Phapros kemudian mengundang pakar pohon bakau dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang untuk membantu mengedukasi para petani tambak. Dengan pendekatan yang ditempuh dan edukasi yang diberikan itu, para petani tambak pun tertarik menanam bibit pohon bakau sejak saat itu. Berkat keseriusan tersebut, para petani tambak yang semula berkurang penghasilannya karena terdampak reklamasi akhirnya bangkit.

"Tiga tahun ternyata mangrove sudah setinggi 3-4 meter. Dirut PT Phapros dan Pusdik kemudian punya ide untuk membangun edupark, tidak sekadar tempat wisata, tapi lebih kepada edukasi. Akhirnya petani tambak itu sendiri yang membangun lahan 1,5 hektare Maron Mangrove Edupark menjadi objek edukasi dan wisata dan mulai beroperasi pada tahun 2016," bebernya.

Diah menambahkan, setelah didirikan, PT Phapros pun membantu para petani tambak mempromosikan wisata Maron Mangrove Edupark. Mereka mengundang sekolah-sekolah untuk melakukan program luar kelas di Maron Mangrove Edupark, sehingga pengunjungnya lambat laun semakin bertambah.

"Kita tidak menarik tiket masuk, tetapi setiap pengunjung yang datang kita minta untuk melalukan penanaman dengan membeli bibit. Tiketnya itu adalah bibit untuk kemudian mereka tanam. Jadi kita mengedukasi mereka untuk menjaga lingkungan secara sustainable (berkelanjutan)," lanjutnya.

Selain memberikan edukasi tentang potensi pohon bakau, PT Phapros juga menggandeng Yayasan Ikamat dalam mengedukasi istri para petani tambak yang umumnya ibu rumah tangga biasa untuk mengolah jajanan berbahan baku mangrove. Salah satunya peyek mangrove. PT Phapros berencana bekerja sama dengan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil, dan Menengah Provinsi Jateng untuk memberikan pelatihan desain kemasan peyek mangrove tersebut.

"Ini nge-link, karena produk mereka dibawa ke Maron Mangrove Edupark. Pada saat ada pengunjung nanti kita sajikan untuk mereka beli. Ini menambah kesibukan ibu rumah tangga yang tinggal di sana dan mendapatkan penghasilan tambahan. Untuk saat ini, pemasarannya memang masih di sekitar Semarang. Kendalanya pada kemasan karena peyek mangrove yang mudah hancur," paparnya.

Diah berharap, salah satu wujud program tanggung jawab sosial PT Phapros tersebut dapat diaplikasikan di daerah lainnya di Jateng. Melalui Rakor Forum TJSLP, dia juga ingin agar perusahaan dapat mengimplementasikan program tanggung jawab sosial secara tepat sasaran sesuai dengan data yang dimiliki oleh instansi pemerintah. Sehingga masyarakat Jateng pun dapat lebih sejahtera.

"Program pemerintah apa saja mohon disampaikan kepada perusahaan. Karena tiap perusahaan konsentrasinya (program tanggung jawab sosial) berbeda-beda. Diharapkan, implementasi program CSR (Corporate Social Responsibility) bisa selaras dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan lebih tepat sasaran," harapnya.

Sekretaris Daerah Provinsi Jateng Sri Puryono menyambut baik salah satu program tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh PT Phapros. Menurutnya, program tanggung jawab sosial tersebut tidak hanya mendukung pelestarian lingkungan, namun juga sejalan dengan upaya pemerintah daerah untuk mengembangkan Bandara Ahmad Yani yang berkonsep hijau (green airport).

Ketua Forum TJSLP itu menegaskan, upaya memajukan pembangunan daerah harus dilaksanakan secara sinergi antara pemerintah, dunia usaha, akademisi, masyarakat, dan media agar tepat sasaran dan kesejahteraan masyarakat dapat meningkat. "Harus ada kemitraan antara pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dalam mendukung pelaksanaan pembangunan yang terkoordinasi, komprehensif, fleksibel, akuntabel dan terpadu. Semangat gotong-royong ini yang sangat penting," jelasnya.

Tak hanya PT Phapros, imbuhnya, perusahaan lainnya seperti Sritex juga telah melakukan sejumlah program tanggung jawab sosial di Kabupaten Sukoharjo. Seperti pemberdayaan komunitas difabel agar mereka dapat bekerja di Sritex, pengembangan pertanian organik, dan pembangunan kampung jahit dengan melibatkan para ibu setempat agar mereka memiliki keterampilan dan pendapatan tambahan.
 

Baca juga : Gus Yasin Minta Perusahaan di Jateng Serius Bantu Atasi Kemiskinan


Bagikan :

SEMARANG - Keprihatinan terhadap abrasi yang terjadi di Pantai Maron mendorong PT Phapros memberikan edukasi dan pemberdayaan bagi puluhan petani tambak yang tinggal di sekitarnya. Awalnya, para petani tambak beranggapan bahwa pohon bakau adalah musuh bagi mereka karena ikan, kepiting, udang akan sulit memasuki lingkungan tambak. Berbekal edukasi yang mulai dilakukan pada tahun 2011, para petani tambak mencoba mengenal potensi pohon bakau yang tumbuh di sekitar mereka. 

"Maron Mangrove Edupark diawali dari keprihatinan kita terhadap abrasi. Kita bekerjasama dengan Lanumad Ahmad Yani untuk mencegah abrasi dengan menanam mangrove. Kemudian kita melakukan social mapping dan menemukan bahwa di sana banyak petani tambak yang penghasilannya berkurang karena reklamasi. Setelah itu, kita lakukan pendekatan dan edukasi karena sebelumnya pikiran mereka itu dengan adanya mangrove ikan, kepiting, udang nggak datang," ujar Pembina CSR PT Phapros Diah Istantri saat menghadiri Rapat Koordinasi Forum Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan (TJSLP) Provinsi Jawa Tengah di Kantor Bappeda Provinsi Jateng, Rabu (23/1/2019).

PT Phapros kemudian mengundang pakar pohon bakau dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang untuk membantu mengedukasi para petani tambak. Dengan pendekatan yang ditempuh dan edukasi yang diberikan itu, para petani tambak pun tertarik menanam bibit pohon bakau sejak saat itu. Berkat keseriusan tersebut, para petani tambak yang semula berkurang penghasilannya karena terdampak reklamasi akhirnya bangkit.

"Tiga tahun ternyata mangrove sudah setinggi 3-4 meter. Dirut PT Phapros dan Pusdik kemudian punya ide untuk membangun edupark, tidak sekadar tempat wisata, tapi lebih kepada edukasi. Akhirnya petani tambak itu sendiri yang membangun lahan 1,5 hektare Maron Mangrove Edupark menjadi objek edukasi dan wisata dan mulai beroperasi pada tahun 2016," bebernya.

Diah menambahkan, setelah didirikan, PT Phapros pun membantu para petani tambak mempromosikan wisata Maron Mangrove Edupark. Mereka mengundang sekolah-sekolah untuk melakukan program luar kelas di Maron Mangrove Edupark, sehingga pengunjungnya lambat laun semakin bertambah.

"Kita tidak menarik tiket masuk, tetapi setiap pengunjung yang datang kita minta untuk melalukan penanaman dengan membeli bibit. Tiketnya itu adalah bibit untuk kemudian mereka tanam. Jadi kita mengedukasi mereka untuk menjaga lingkungan secara sustainable (berkelanjutan)," lanjutnya.

Selain memberikan edukasi tentang potensi pohon bakau, PT Phapros juga menggandeng Yayasan Ikamat dalam mengedukasi istri para petani tambak yang umumnya ibu rumah tangga biasa untuk mengolah jajanan berbahan baku mangrove. Salah satunya peyek mangrove. PT Phapros berencana bekerja sama dengan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil, dan Menengah Provinsi Jateng untuk memberikan pelatihan desain kemasan peyek mangrove tersebut.

"Ini nge-link, karena produk mereka dibawa ke Maron Mangrove Edupark. Pada saat ada pengunjung nanti kita sajikan untuk mereka beli. Ini menambah kesibukan ibu rumah tangga yang tinggal di sana dan mendapatkan penghasilan tambahan. Untuk saat ini, pemasarannya memang masih di sekitar Semarang. Kendalanya pada kemasan karena peyek mangrove yang mudah hancur," paparnya.

Diah berharap, salah satu wujud program tanggung jawab sosial PT Phapros tersebut dapat diaplikasikan di daerah lainnya di Jateng. Melalui Rakor Forum TJSLP, dia juga ingin agar perusahaan dapat mengimplementasikan program tanggung jawab sosial secara tepat sasaran sesuai dengan data yang dimiliki oleh instansi pemerintah. Sehingga masyarakat Jateng pun dapat lebih sejahtera.

"Program pemerintah apa saja mohon disampaikan kepada perusahaan. Karena tiap perusahaan konsentrasinya (program tanggung jawab sosial) berbeda-beda. Diharapkan, implementasi program CSR (Corporate Social Responsibility) bisa selaras dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan lebih tepat sasaran," harapnya.

Sekretaris Daerah Provinsi Jateng Sri Puryono menyambut baik salah satu program tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh PT Phapros. Menurutnya, program tanggung jawab sosial tersebut tidak hanya mendukung pelestarian lingkungan, namun juga sejalan dengan upaya pemerintah daerah untuk mengembangkan Bandara Ahmad Yani yang berkonsep hijau (green airport).

Ketua Forum TJSLP itu menegaskan, upaya memajukan pembangunan daerah harus dilaksanakan secara sinergi antara pemerintah, dunia usaha, akademisi, masyarakat, dan media agar tepat sasaran dan kesejahteraan masyarakat dapat meningkat. "Harus ada kemitraan antara pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dalam mendukung pelaksanaan pembangunan yang terkoordinasi, komprehensif, fleksibel, akuntabel dan terpadu. Semangat gotong-royong ini yang sangat penting," jelasnya.

Tak hanya PT Phapros, imbuhnya, perusahaan lainnya seperti Sritex juga telah melakukan sejumlah program tanggung jawab sosial di Kabupaten Sukoharjo. Seperti pemberdayaan komunitas difabel agar mereka dapat bekerja di Sritex, pengembangan pertanian organik, dan pembangunan kampung jahit dengan melibatkan para ibu setempat agar mereka memiliki keterampilan dan pendapatan tambahan.
 

Baca juga : Gus Yasin Minta Perusahaan di Jateng Serius Bantu Atasi Kemiskinan


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu