Follow Us :              

Menyusuri Lukisan Gus Mus, Ganjar: Semuanya Bikin Greng

  26 January 2019  |   16:30:00  |   dibaca : 1889 
Kategori :
Bagikan :


Menyusuri Lukisan Gus Mus, Ganjar: Semuanya Bikin Greng

26 January 2019 | 16:30:00 | dibaca : 1889
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

MAGELANG - Di tengah ingar suasana politik dan kampanye pemilihan presiden, selalu saja muncul tokoh yang membuka kran kemanusiaan agar kita tetap menjaga kewarasan akal dan batin. Sebagai ruang pemeriksa keadaan, seni dianggap tepat untuk dihadirkan agar siapapun kembali menilik relung terdalamnya sebagai manusia. 

Siapa yang tidak kenal KH Mustofa Bisri, ulama yang seringkali diberi label sebagai budayawan. Bahkan karya-karyanya, baik itu puisi, cerpen maupun lukisannya tidak bisa dihilangkan dari jajaran seniman-seniman terkemuka negeri ini. Sudah puluhan tahun puisi maupun cerpennya memenuhi rubrik sastra koran nasional. Dua genre seni tersebut juga seolah menarik bakat lain kiai asal Rembang itu, melukis. Ruang-ruang pameran pun sering dihinggapi.

Sebagaimana puisinya, karya-karya pria yang karib disapa Gus Mus itu memang memiliki napas tersendiri, yang dia istilahkan sebagai balsem, membuat panas namun justru dicari saat sakit melanda. Harapan itu pula yang dilahirkan saat Gus Mus memamerkan sejumlah lukisannya di OHD Museum, Magelang. Seolah cerminan sikap Gus Mus, Manusia dan Kemanusiaan diangkat sebagai tema pameran yang berlangsung 26 Januari hingga 15 April 2019 itu. 

"Beliau resah dengan nuansa yang berkembang di Tanah Air, seolah-olah kita sebagai manusia sudah kehilangan sisi kemanusiaan dengan banyaknya hoaks dan saling menjelekkan," kata Oei Hong Djien, empunya OHD Museum. 

Sekitar 50 karya lukis dan instalasi yang dipamerkan semuanya merujuk pada tema. 50 karya tersebut dibagi dalam tiga cluster, Old Master, Kontemporer dan ruang Gus Mus. Old Master diisi karya pelukis pionir lukisan modern Tanah Air yang almarhum, dari Affandi hingga Hendra Gunawan. Ruang Kontemporer diisi lukisan dari Djoko Pekik hingga instalasi Butet Kartaredjasa dan Fransisca.

"Semoga ini menggugah masyarakat dan pemimpin agar bisa melihat kenyataan dari sisi lain. Dan inilah repertoar Gus Mus," urainya. 

Sabtu (26/1/2019) itu merupakan pembukaan pameran. Tokoh-tokoh beken Tanah Air turut menghadiri, Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, Menristek Dikti, M Nasir, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Mahfud MD, Kapolda Jateng, Pangdam IV Diponegoro hingga seniman ternama Nasirun, Djoko Susilo, Joko Pinurbo hingga Trianto Triwikromo. 

"Ini gagasan kita semua. Karena yang merasakan kegelisahan itu tidak hanya saya sendiri. Banyak manusia tercerabut kemanusiaannya. Mungkin karena dunia sudah terlalu tua. Manusia menjadi memprihatinkan. Agama yang mestinya mendekatkan kini justru menjauh. Saya pribadi bersyukur, pejabat mempunyai seni," kata Gus Mus.

Melihat sejumlah pejabat berkumpul dengan seniman, Gus Mus berangan-angan betapa gagahnya jika kebudayaan menjadi panglima politik Tanah Air. Terlebih telah lahir anggapan kebudayaan merupakan benteng terakhir bangsa, meski rapuh. 

"Sekali kali budaya sebagai panglima. Daripada kita menjadi manusia gagah tetapi tidak berdaya. Pilihan apapun pilihan anda, jangan tinggalkan kemanusian anda. Tetap menjadi manusia," ujarnya. 

Perpaduan antara karya, ruang serta pemilik museum membuat daya magis tersendiri gelaran pameran itu. Sosok Oei Hong Djien, yang biasa dikenal OHD sendiri cukup populer di kalangan pelukis sebagai kolektor lukisan-lukisan elit. Tak heran, dengan selera seninya yang tinggi sekaligus gaya bergaulnya yang ceplas-ceplos membuat banyak orang terpana, Gubernur Ganjar Pranowo salah satunya. 

"Orang yang masuk museum ini akan banyak belajar, OHD orang yang sangat serius pada hobinya ini sehingga dia bisa bercerita satu persatu filosofi karya yang ada hingga cerita turunannya," katanya. 

Museum ini, bagi Ganjar, sudah mengajak orang untuk mengasah otak dan hatinya dengan menikmati karya yang sangat ekspresif. Ganjar yang menyusuri satu per satu lukisan di tiga cluster itu berkali-kali terdecak kagum, terlebih setelah mengerti nilai filosofis per karya dari OHD. 

"Semuanya bikin greng. Akalnya akan dilatih sehingga memorinya akan lengkap, visual dapat, pikirannya akan mampu mengurai makna-makna. Tiba-tiba di ruang Gus Mus tadi OHD berkisah cerita yang sangat menarik dengan diksi yang sangat tinggi sehingga menyihir banyak orang. Di antara keindahan di dalamnya pasti ada coretan-coretan," tutupnya.

 

Baca juga : Tumpengan Merah Putih, Pererat Keguyuban dan Kepedulian


Bagikan :

MAGELANG - Di tengah ingar suasana politik dan kampanye pemilihan presiden, selalu saja muncul tokoh yang membuka kran kemanusiaan agar kita tetap menjaga kewarasan akal dan batin. Sebagai ruang pemeriksa keadaan, seni dianggap tepat untuk dihadirkan agar siapapun kembali menilik relung terdalamnya sebagai manusia. 

Siapa yang tidak kenal KH Mustofa Bisri, ulama yang seringkali diberi label sebagai budayawan. Bahkan karya-karyanya, baik itu puisi, cerpen maupun lukisannya tidak bisa dihilangkan dari jajaran seniman-seniman terkemuka negeri ini. Sudah puluhan tahun puisi maupun cerpennya memenuhi rubrik sastra koran nasional. Dua genre seni tersebut juga seolah menarik bakat lain kiai asal Rembang itu, melukis. Ruang-ruang pameran pun sering dihinggapi.

Sebagaimana puisinya, karya-karya pria yang karib disapa Gus Mus itu memang memiliki napas tersendiri, yang dia istilahkan sebagai balsem, membuat panas namun justru dicari saat sakit melanda. Harapan itu pula yang dilahirkan saat Gus Mus memamerkan sejumlah lukisannya di OHD Museum, Magelang. Seolah cerminan sikap Gus Mus, Manusia dan Kemanusiaan diangkat sebagai tema pameran yang berlangsung 26 Januari hingga 15 April 2019 itu. 

"Beliau resah dengan nuansa yang berkembang di Tanah Air, seolah-olah kita sebagai manusia sudah kehilangan sisi kemanusiaan dengan banyaknya hoaks dan saling menjelekkan," kata Oei Hong Djien, empunya OHD Museum. 

Sekitar 50 karya lukis dan instalasi yang dipamerkan semuanya merujuk pada tema. 50 karya tersebut dibagi dalam tiga cluster, Old Master, Kontemporer dan ruang Gus Mus. Old Master diisi karya pelukis pionir lukisan modern Tanah Air yang almarhum, dari Affandi hingga Hendra Gunawan. Ruang Kontemporer diisi lukisan dari Djoko Pekik hingga instalasi Butet Kartaredjasa dan Fransisca.

"Semoga ini menggugah masyarakat dan pemimpin agar bisa melihat kenyataan dari sisi lain. Dan inilah repertoar Gus Mus," urainya. 

Sabtu (26/1/2019) itu merupakan pembukaan pameran. Tokoh-tokoh beken Tanah Air turut menghadiri, Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, Menristek Dikti, M Nasir, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Mahfud MD, Kapolda Jateng, Pangdam IV Diponegoro hingga seniman ternama Nasirun, Djoko Susilo, Joko Pinurbo hingga Trianto Triwikromo. 

"Ini gagasan kita semua. Karena yang merasakan kegelisahan itu tidak hanya saya sendiri. Banyak manusia tercerabut kemanusiaannya. Mungkin karena dunia sudah terlalu tua. Manusia menjadi memprihatinkan. Agama yang mestinya mendekatkan kini justru menjauh. Saya pribadi bersyukur, pejabat mempunyai seni," kata Gus Mus.

Melihat sejumlah pejabat berkumpul dengan seniman, Gus Mus berangan-angan betapa gagahnya jika kebudayaan menjadi panglima politik Tanah Air. Terlebih telah lahir anggapan kebudayaan merupakan benteng terakhir bangsa, meski rapuh. 

"Sekali kali budaya sebagai panglima. Daripada kita menjadi manusia gagah tetapi tidak berdaya. Pilihan apapun pilihan anda, jangan tinggalkan kemanusian anda. Tetap menjadi manusia," ujarnya. 

Perpaduan antara karya, ruang serta pemilik museum membuat daya magis tersendiri gelaran pameran itu. Sosok Oei Hong Djien, yang biasa dikenal OHD sendiri cukup populer di kalangan pelukis sebagai kolektor lukisan-lukisan elit. Tak heran, dengan selera seninya yang tinggi sekaligus gaya bergaulnya yang ceplas-ceplos membuat banyak orang terpana, Gubernur Ganjar Pranowo salah satunya. 

"Orang yang masuk museum ini akan banyak belajar, OHD orang yang sangat serius pada hobinya ini sehingga dia bisa bercerita satu persatu filosofi karya yang ada hingga cerita turunannya," katanya. 

Museum ini, bagi Ganjar, sudah mengajak orang untuk mengasah otak dan hatinya dengan menikmati karya yang sangat ekspresif. Ganjar yang menyusuri satu per satu lukisan di tiga cluster itu berkali-kali terdecak kagum, terlebih setelah mengerti nilai filosofis per karya dari OHD. 

"Semuanya bikin greng. Akalnya akan dilatih sehingga memorinya akan lengkap, visual dapat, pikirannya akan mampu mengurai makna-makna. Tiba-tiba di ruang Gus Mus tadi OHD berkisah cerita yang sangat menarik dengan diksi yang sangat tinggi sehingga menyihir banyak orang. Di antara keindahan di dalamnya pasti ada coretan-coretan," tutupnya.

 

Baca juga : Tumpengan Merah Putih, Pererat Keguyuban dan Kepedulian


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu