Follow Us :              

Pemilu 2019, Mbah Moen Berpesan Masyarakat Tetap Damai

  01 February 2019  |   16:30:00  |   dibaca : 690 
Kategori :
Bagikan :


Pemilu 2019, Mbah Moen Berpesan Masyarakat Tetap Damai

01 February 2019 | 16:30:00 | dibaca : 690
Kategori :
Bagikan :

Foto : Istimewa (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Istimewa (Humas Jateng)

REMBANG - Ulama kharismatik KH Maimoen Zubair meminta masyarakat tetap mengedepankan perdamaian meskipun berbeda pandangan politik. Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Anwar Rembang itu berharap pelaksanaan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden serta Pemilihan Legislatif 2019 berjalan lancar dan penuh kedamaian.

Hal itu disampaikan Mbah Moen, sapaan akrab KH Maimoen Zubair, saat acara "Sarang Berzikir Untuk Indonesia Maju" di Ponpes Al-Anwar, Sarang, Rembang, Jumat (1/2/019) petang. Pada acara zikir itu, hadir pula Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo beserta Ibu Negara Iriana, sejumlah menteri, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan tamu undangan lainnya. "Baik sebelum Pemilu maupun setelah Pemilu, saya harap suasana tetap damai. Pilihlah yang baik, menurut keyakinan masing-masing," ujar Mbah Moen.

Mbah Moen juga mengatakan bahwa mencalonkan diri menjadi pemimpin itu hukumnya wajib. Sebab kalau tidak ada yang mencalonkan, maka pemerintahan akan kosong. "Mendirikan negara itu suatu kewajiban. Untuk itu, kepada Pak Jokowi dan Pak Prabowo, mencalonkan diri menjadi presiden itu pahalanya besar. Baik nantinya jadi atau tidak, tetap mendapat pahala," tuturnya.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo meminta semua masyarakat untuk sadar, bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar. Bangsa yang memiliki 260 juta penduduk dan tinggal di 17.000 pulau ini jangan sampai terpecah belah hanya karena beda pilihan dalam politik.

"Mari kita terus jaga persatuan, persaudaraan, kerukunan, ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathoniyah. Jangan sampai karena perbedaan dalam politik, membuat kita seolah bukan saudara," ucapnya.

Padahal, lanjut Jokowi, Pemilu di Indonesia selalu diselenggarakan lima tahun sekali. Namun, sampai sekarang masih banyak yang lupa terhadap etika, tata krama, sopan santun dan budi pekerti dalam berpolitik. Tidak perlu saling fitnah, saling mencela, mengejek, nyinyir, menghina dan sebagainya. "Saya tekankan, itu bukan nilai-nilai keindonesiaan, itu bukan nilai-nilai Islam," tegasnya.

Untuk itu, mantan Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta tersebut berpesan kepada masyarakat agar menghindari hal-hal buruk dalam berpolitik. Apalagi di dunia maya, media sosial yang saat ini menjadi ajang saling fitnah dan mencela. "Sekali lagi itu bukan etika berpolitik, itu bukan adab berpolitik yang baik, itu tidak ada dalam nilai sopan santun," paparnya.

(Bowo/Himawan/Humas Jateng)

 

Baca juga : Santri Diharap Implementasikan Cara Berpolitik yang Santun


Bagikan :

REMBANG - Ulama kharismatik KH Maimoen Zubair meminta masyarakat tetap mengedepankan perdamaian meskipun berbeda pandangan politik. Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Anwar Rembang itu berharap pelaksanaan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden serta Pemilihan Legislatif 2019 berjalan lancar dan penuh kedamaian.

Hal itu disampaikan Mbah Moen, sapaan akrab KH Maimoen Zubair, saat acara "Sarang Berzikir Untuk Indonesia Maju" di Ponpes Al-Anwar, Sarang, Rembang, Jumat (1/2/019) petang. Pada acara zikir itu, hadir pula Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo beserta Ibu Negara Iriana, sejumlah menteri, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan tamu undangan lainnya. "Baik sebelum Pemilu maupun setelah Pemilu, saya harap suasana tetap damai. Pilihlah yang baik, menurut keyakinan masing-masing," ujar Mbah Moen.

Mbah Moen juga mengatakan bahwa mencalonkan diri menjadi pemimpin itu hukumnya wajib. Sebab kalau tidak ada yang mencalonkan, maka pemerintahan akan kosong. "Mendirikan negara itu suatu kewajiban. Untuk itu, kepada Pak Jokowi dan Pak Prabowo, mencalonkan diri menjadi presiden itu pahalanya besar. Baik nantinya jadi atau tidak, tetap mendapat pahala," tuturnya.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo meminta semua masyarakat untuk sadar, bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar. Bangsa yang memiliki 260 juta penduduk dan tinggal di 17.000 pulau ini jangan sampai terpecah belah hanya karena beda pilihan dalam politik.

"Mari kita terus jaga persatuan, persaudaraan, kerukunan, ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathoniyah. Jangan sampai karena perbedaan dalam politik, membuat kita seolah bukan saudara," ucapnya.

Padahal, lanjut Jokowi, Pemilu di Indonesia selalu diselenggarakan lima tahun sekali. Namun, sampai sekarang masih banyak yang lupa terhadap etika, tata krama, sopan santun dan budi pekerti dalam berpolitik. Tidak perlu saling fitnah, saling mencela, mengejek, nyinyir, menghina dan sebagainya. "Saya tekankan, itu bukan nilai-nilai keindonesiaan, itu bukan nilai-nilai Islam," tegasnya.

Untuk itu, mantan Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta tersebut berpesan kepada masyarakat agar menghindari hal-hal buruk dalam berpolitik. Apalagi di dunia maya, media sosial yang saat ini menjadi ajang saling fitnah dan mencela. "Sekali lagi itu bukan etika berpolitik, itu bukan adab berpolitik yang baik, itu tidak ada dalam nilai sopan santun," paparnya.

(Bowo/Himawan/Humas Jateng)

 

Baca juga : Santri Diharap Implementasikan Cara Berpolitik yang Santun


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu