Follow Us :              

Rawat Ekosistem Sungai, Setiap Pengantin Baru di Kampung Ini Wajib Tebar Ikan

  16 February 2019  |   16:00:00  |   dibaca : 1333 
Kategori :
Bagikan :


Rawat Ekosistem Sungai, Setiap Pengantin Baru di Kampung Ini Wajib Tebar Ikan

16 February 2019 | 16:00:00 | dibaca : 1333
Kategori :
Bagikan :

Foto : Sigit (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Sigit (Humas Jateng)

KLATEN - Sejumlah pria dengan berbekal alat pancing duduk-duduk di tepi bantaran Kali Lunyu di Kampung Sidorejo, Klaten Tengah. Mereka tak menghiraukan panasnya terik matahari yang tepat di atas kepala di siang hari. "Lagi menunggu pasangan pengantin baru yang hendak menebar benih ikan," ucap salah seorang pemancing di tepi sungai dengan lebar sekitar 3 meter itu, baru-baru ini. 

Selang beberapa menit kemudian, pasangan pengantin yang ditunggu akhirnya datang juga. Diantar menaiki becak, pengantin baru yang masih mengenakan pakaian tradisional Jawa usai melangsungkan akad nikah dan menggelar resepsi itu langsung mencuri perhatian para pemancing. "Ayo mas segera disebar ikannya," celetuk pemancing lainnya yang sudah tak sabar menunggu. 

Turun dari becak didampingi rombongan keluarga mempelai, pasangan Wahudin, 27, dan Desi Karmila Rusanti, 25, lantas melangkahkan kaki ke jembatan kecil yang  membentang tepat di atas Kali Lunyu. Di sisi lain, sebuah boks berisi ribuan bibit ikan berbagai ukuran disiapkan. Di dalamnya terdapat ikan nila, bawal, hingga lele yang telah dinantikan para pemancing. Tanpa diaba-aba, pasutri baru ini kemudian menuangkan isi boks ke dalam sungai. 

Itulah prosesi tebar benih ikan bagi pasangan pengantin baru yang berasal dari Kampung Sidorejo. Kendati tidak ada aturan tertulis, namun sudah menjadi tradisi dua tahun terakhir ini, bahwa pengantin baru wajib melakukan penebaran benih ikan di  Kali Lunyu. Apalagi sang mempelai perempuan berasal dari kampung setempat dan ayahnya merupakan pegiat Komunitas Peduli Sungai Kali Lunyu.

"Jujur saja, tadi saya agak sedikit gugup saat menyebar ikan. Tetapi saya bangga bisa ikut melestarikan ekosistem yang ada di Kali Lunyu. Apalagi ini merupakan tradisi di Kampung Sidorejo, domisili istri saya. Harapannya, tradisi menyebar benih ikan ini bisa dilanjutkan calon pengantin-pengantin baru berikutnya agar kebersihan dan ekosistem sungai semakin terjaga," ucap Wahudin, warga Desa Ngering, Kecamatan Jogonalan, Klaten. 

Pengakuan serupa juga disampaikan oleh mempelai perempuan, Desi. Meski beberapa kali sempat menyaksikan tradisi tersebut, perempuan yang saat berpacaran menjalani long distance relationship (LDR) lantaran Wahudin bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia ini tetap merasa berdebar-debar saat menebar benih ikan ke Kali Lunyu. 

"Kami menebar satu kuintal ikan jenis air tawar. Saya harap tradisi seperti ini akan tetap dilestarikan sehingga mendorong masyarakat untuk lebih peduli terhadap kondisi sungai kita,” katanya seraya memamerkan sertifikat dari Komunitas Peduli Sungai Kali Lunyu sebagai simbol telah melakukan aksi penebaran ikan. 

Ketua RW 011 Kampung Sidorejo, Siswanto menceritakan, ikhwal pasangan pengantin baru menebarkan benih ikan bermula dari terbentuknya Sekolah Sungai Komunitas Peduli Sungai Kali Lunyu pada November 2016 silam. Hal itu kemudian ditindaklanjuti dengan gotong-royong membersihkan dan mempercantik sungai tiap hari Minggu. Banyaknya ikan yang telah ditebar, membuat Kali Lunyu menjadi salah satu lokasi favorit memancing ikan bagi warga. 

"Wahudin dan Desi ini pasangan pengantin yang ketujuh menjalankan tradisi sebar ikan di Kali Lunyu. Jadi, tidak ada kesepakatan tertulis bahwa yang akan menikah harus menebar ikan, tetapi sukarela dari warga. Termasuk jumlah benih ikan yang disebar. Karena dengan menebar benih ikan di Kali Lunyu akan mengembalikan ekosistem sungai agar kembali bersih. Sebab, dulu- dulunya setiap banjir pasti ada kiriman sampah," katanya.

 

Baca juga : Sakura di Cemoro Kandang Mekar, Ganjar Antusias Ingin Lihat Langsung


Bagikan :

KLATEN - Sejumlah pria dengan berbekal alat pancing duduk-duduk di tepi bantaran Kali Lunyu di Kampung Sidorejo, Klaten Tengah. Mereka tak menghiraukan panasnya terik matahari yang tepat di atas kepala di siang hari. "Lagi menunggu pasangan pengantin baru yang hendak menebar benih ikan," ucap salah seorang pemancing di tepi sungai dengan lebar sekitar 3 meter itu, baru-baru ini. 

Selang beberapa menit kemudian, pasangan pengantin yang ditunggu akhirnya datang juga. Diantar menaiki becak, pengantin baru yang masih mengenakan pakaian tradisional Jawa usai melangsungkan akad nikah dan menggelar resepsi itu langsung mencuri perhatian para pemancing. "Ayo mas segera disebar ikannya," celetuk pemancing lainnya yang sudah tak sabar menunggu. 

Turun dari becak didampingi rombongan keluarga mempelai, pasangan Wahudin, 27, dan Desi Karmila Rusanti, 25, lantas melangkahkan kaki ke jembatan kecil yang  membentang tepat di atas Kali Lunyu. Di sisi lain, sebuah boks berisi ribuan bibit ikan berbagai ukuran disiapkan. Di dalamnya terdapat ikan nila, bawal, hingga lele yang telah dinantikan para pemancing. Tanpa diaba-aba, pasutri baru ini kemudian menuangkan isi boks ke dalam sungai. 

Itulah prosesi tebar benih ikan bagi pasangan pengantin baru yang berasal dari Kampung Sidorejo. Kendati tidak ada aturan tertulis, namun sudah menjadi tradisi dua tahun terakhir ini, bahwa pengantin baru wajib melakukan penebaran benih ikan di  Kali Lunyu. Apalagi sang mempelai perempuan berasal dari kampung setempat dan ayahnya merupakan pegiat Komunitas Peduli Sungai Kali Lunyu.

"Jujur saja, tadi saya agak sedikit gugup saat menyebar ikan. Tetapi saya bangga bisa ikut melestarikan ekosistem yang ada di Kali Lunyu. Apalagi ini merupakan tradisi di Kampung Sidorejo, domisili istri saya. Harapannya, tradisi menyebar benih ikan ini bisa dilanjutkan calon pengantin-pengantin baru berikutnya agar kebersihan dan ekosistem sungai semakin terjaga," ucap Wahudin, warga Desa Ngering, Kecamatan Jogonalan, Klaten. 

Pengakuan serupa juga disampaikan oleh mempelai perempuan, Desi. Meski beberapa kali sempat menyaksikan tradisi tersebut, perempuan yang saat berpacaran menjalani long distance relationship (LDR) lantaran Wahudin bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia ini tetap merasa berdebar-debar saat menebar benih ikan ke Kali Lunyu. 

"Kami menebar satu kuintal ikan jenis air tawar. Saya harap tradisi seperti ini akan tetap dilestarikan sehingga mendorong masyarakat untuk lebih peduli terhadap kondisi sungai kita,” katanya seraya memamerkan sertifikat dari Komunitas Peduli Sungai Kali Lunyu sebagai simbol telah melakukan aksi penebaran ikan. 

Ketua RW 011 Kampung Sidorejo, Siswanto menceritakan, ikhwal pasangan pengantin baru menebarkan benih ikan bermula dari terbentuknya Sekolah Sungai Komunitas Peduli Sungai Kali Lunyu pada November 2016 silam. Hal itu kemudian ditindaklanjuti dengan gotong-royong membersihkan dan mempercantik sungai tiap hari Minggu. Banyaknya ikan yang telah ditebar, membuat Kali Lunyu menjadi salah satu lokasi favorit memancing ikan bagi warga. 

"Wahudin dan Desi ini pasangan pengantin yang ketujuh menjalankan tradisi sebar ikan di Kali Lunyu. Jadi, tidak ada kesepakatan tertulis bahwa yang akan menikah harus menebar ikan, tetapi sukarela dari warga. Termasuk jumlah benih ikan yang disebar. Karena dengan menebar benih ikan di Kali Lunyu akan mengembalikan ekosistem sungai agar kembali bersih. Sebab, dulu- dulunya setiap banjir pasti ada kiriman sampah," katanya.

 

Baca juga : Sakura di Cemoro Kandang Mekar, Ganjar Antusias Ingin Lihat Langsung


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu