Follow Us :              

Gus Yasin Sentil Mahasiswa Perantau Agar Tak Golput

  28 March 2019  |   08:00:00  |   dibaca : 539 
Kategori :
Bagikan :


Gus Yasin Sentil Mahasiswa Perantau Agar Tak Golput

28 March 2019 | 08:00:00 | dibaca : 539
Kategori :
Bagikan :

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

SEMARANG - Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen mengajak para mahasiswa menyalurkan hak pilihnya pada pemilu 17 April 2019 mendatang. Sebab, pemilu 2019 menjadi sejarah baru dalam kehidupan demokrasi di Indonesia lantaran untuk pertama kalinya Pemilu Legislatif diselenggarakan berbarengan dengan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.

"Ada perubahan. Kalau era reformasi aksi turun ke jalan, sekarang mahasiswa memberikan contoh kepada masyarakat untuk menentukan. Karena mereka ini dianggap menjadi kaum intelektual, maka sebagai kaum intelektual harus menyalurkan suaranya. Ora oleh golput (golongan putih/tidak memilih). Golput berarti tidak menyuruh negara kita maju," katanya.

Ajakan tersebut disampaikan Gus Yasin, sapaan akrab Wagub Jateng, saat menjadi pembicara dialog bertema "Milenial Cerdas Pemilu Sebagai Penjaga Perdamaian dalam Menyongsong Pesta Demokrasi" di Aula Kampus 1 Universitas Wahid Hasyim Semarang (Unwahas), Kamis (28/3/2019).

Putra ulama kharismatik KH Maimoen Zubair ini menyebutkan, partisipasi pemilih Jateng dari tahun ke tahun angkanya fluktuatif, tetapi cukup tinggi. Tercatat, pada Pileg 2014 sebesar 73,24 persen dan Pilpres 2014 sebesar 71,25 persen. Sedangkan Pilkada 2015 sebesar 68,54 persen, Pilkada 2017 sebesar 78,78 persen, dan Pilkada 2018 sebesar 73,19 persen.

Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU), lanjut dia, ternyata penyumbang golput terbesar dari kalangan mahasiswa. Biasanya para mahasiswa perantau saat hari H pencoblosan enggan pulang ke kampung halamannya masing-masing. Sebaliknya, ketika masih tinggal di perantauan, mahasiswa enggan mengurus surat keterangan pindah agar bisa mencoblos.

"Wayahe mulih, ora mulih (Waktunya pulang, tidak pulang). Ora gelem ngurus (Tidak mau mengurus) surat pindah nyoblos. Maka, 17 April nanti sebisa mungkin menyempatkan pulang kalau hak pilihnya di daerah masing-masing. Kalau sudah mengurus surat pindah ya datang ke TPS. Jangan disia-siakan. Pulang ketemu keluarga sekaligus ikut menentukan perubahan bangsa. Karena, kita sudah dewasa, kita yang menentukkan waktu kita, kita yang menentukan kehidupan kita," kata Gus Yasin.

 

Baca juga : Jelang Pemilu, Gus Yasin Ajak Santri dan Umat Saling Menyayangi dan Menghormati


Bagikan :

SEMARANG - Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen mengajak para mahasiswa menyalurkan hak pilihnya pada pemilu 17 April 2019 mendatang. Sebab, pemilu 2019 menjadi sejarah baru dalam kehidupan demokrasi di Indonesia lantaran untuk pertama kalinya Pemilu Legislatif diselenggarakan berbarengan dengan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.

"Ada perubahan. Kalau era reformasi aksi turun ke jalan, sekarang mahasiswa memberikan contoh kepada masyarakat untuk menentukan. Karena mereka ini dianggap menjadi kaum intelektual, maka sebagai kaum intelektual harus menyalurkan suaranya. Ora oleh golput (golongan putih/tidak memilih). Golput berarti tidak menyuruh negara kita maju," katanya.

Ajakan tersebut disampaikan Gus Yasin, sapaan akrab Wagub Jateng, saat menjadi pembicara dialog bertema "Milenial Cerdas Pemilu Sebagai Penjaga Perdamaian dalam Menyongsong Pesta Demokrasi" di Aula Kampus 1 Universitas Wahid Hasyim Semarang (Unwahas), Kamis (28/3/2019).

Putra ulama kharismatik KH Maimoen Zubair ini menyebutkan, partisipasi pemilih Jateng dari tahun ke tahun angkanya fluktuatif, tetapi cukup tinggi. Tercatat, pada Pileg 2014 sebesar 73,24 persen dan Pilpres 2014 sebesar 71,25 persen. Sedangkan Pilkada 2015 sebesar 68,54 persen, Pilkada 2017 sebesar 78,78 persen, dan Pilkada 2018 sebesar 73,19 persen.

Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU), lanjut dia, ternyata penyumbang golput terbesar dari kalangan mahasiswa. Biasanya para mahasiswa perantau saat hari H pencoblosan enggan pulang ke kampung halamannya masing-masing. Sebaliknya, ketika masih tinggal di perantauan, mahasiswa enggan mengurus surat keterangan pindah agar bisa mencoblos.

"Wayahe mulih, ora mulih (Waktunya pulang, tidak pulang). Ora gelem ngurus (Tidak mau mengurus) surat pindah nyoblos. Maka, 17 April nanti sebisa mungkin menyempatkan pulang kalau hak pilihnya di daerah masing-masing. Kalau sudah mengurus surat pindah ya datang ke TPS. Jangan disia-siakan. Pulang ketemu keluarga sekaligus ikut menentukan perubahan bangsa. Karena, kita sudah dewasa, kita yang menentukkan waktu kita, kita yang menentukan kehidupan kita," kata Gus Yasin.

 

Baca juga : Jelang Pemilu, Gus Yasin Ajak Santri dan Umat Saling Menyayangi dan Menghormati


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu