Follow Us :              

Bersama Gus Yasin, Meneguk Segarnya Es Legen Sulang

  08 April 2019  |   11:55:00  |   dibaca : 3846 
Kategori :
Bagikan :


Bersama Gus Yasin, Meneguk Segarnya Es Legen Sulang

08 April 2019 | 11:55:00 | dibaca : 3846
Kategori :
Bagikan :

Foto : istimewa (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : istimewa (Humas Jateng)

REMBANG - Senin (8/4/2019), matahari tepat berada di atas ubun-ubun kepala. Jam tangan pun menujukkan angka 11.55WIB. Ketika melintasi Jalan Raya Rembang-Blora, tepatnya di Desa Bogorame, Kecamatan Sulang, mobil Toyota Innova Venturer berplat nomor H2 yang ditumpangi Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen pun berjalan pelan.

Kemudian, sang sopir menepikan mobil itu ke depan kios yang menjual minuman khas Rembang, legen dan buah siwalan. "Lama sekali saya tidak minum legen. Minuman ini, selain menyegarkan, juga mengobati mag, tipus, dan sariawan," tutur Gus Yasin, sapaan akrab Taj Yasin Maimoen. 

Menurut politisi partai berlambang kakbah itu, menikmati es legen akan terasa lebih lengkap sambil makan buah siwalan ketika cuaca panas.

Pemilik kios, Wahyuningsih, 36, yang juga ibu dua anak itu dengan cekatan menuang legen yang dikemas botol ke dalam gelas dan memberinya es batu. Lalu, dia serahkan ke Gus Yasin.

Dia pun kembali menuang legen ke beberapa gelas dan menyerahkannya kepada tim yang turut mendampingi Gus Yasin usai bersilaturahmi dengan guru ngaji se-Kabupaten Rembang, di Pendopo Rumah Dinas Bupati Rembang. "Alhamdulillah, nyessss," ujar Gus Yasin.

Wahyuningsih yang berjualan sejak dirinya berumur 18 tahun bersama ibunya itu menjelaskan, untuk satu gelas legen, dia patok dengan harga Rp3.000. Sedangkan buah siwalan per bungkus yang berisi enam potong siwalan, dihargai Rp15 ribu.

Menurut dia, siwalan dan legen yang dia jual merupakan hasil bumi dari Rembang wilayah selatan. Di daerah itu banyak ditemui pohon siwalan, baik di pekarangan rumah warga ataupun di kebun-kebun.

Tidak semua pohon siwalan atau orang Rembang menyebutnya “bogor,” bisa menghasilkan buah siwalan dan aren sekaligus. Hanya pohon aren “laki-laki” yang bisa menghasilkan legen, namun tak bisa menghasilkan siwalan, begitu sebaliknya.

Untuk membedakannya, yakni dilihat dari kuncup bunga atau manggar. “Bila bogor siwalan itu belum keluar manggar atau bunganya, maka kita juga tak akan tahu, apakah nanti pohon tersebut akan panen siwalan atau air legen,” terangnya.

Dikatakan, jika manggar itu keluar dengan bentuk bola tennis, maka pohon siwalan atau menggar tersebut disebut pohon “perempuan.” Dan itu nantinya berbuah siwalan.

Sementara jika manggar bentuknya panjang bulat seperti singkong, pohon itu disebut “laki-laki” dan hanya menghasilkan legen saja.

“Air legen itu dihasilkan dari pohon yang mengeluarkan manggar berbentuk lonjong bulat seperti singkong. Atau biasa disebut orang dengan sebutan pohon laki-laki. Sedangkan buah siwalan itu dihasilkan dari pohon yang mempunyai manggar berbentuk bulat-bulat seperti bola tenis. Kalau dilihat dan diamati, pohon siwalan dan legen itu sama. Namun yang membedakan yakni jenis manggarnya,” jelasnya.

Untuk setiap pohon, hanya bisa dipanen satu kali dalam satu tahun. Biasanya panen dilakukan saat musim kemarau atau bulan Juli hingga Agustus. Dia menambahkan, panen buah siwalan atau air legen juga bisa dijadikan patokan untuk menggelar sedekah bumi di wilayah tertentu.

“Misalkan saja, ini bulan Apit (penanggalan Jawa). Biasanya orang Jawa akan menggelar sedekah bumi. Namun bila siwalan ini belum panen, maka kita tidak akan menggelar sedekah bumi. Dan ditunda sebelum datangnya panen siwalan atau legen. Sehingga rata-rata bila menggelar sedekah bumi tergantung dari hasil panen siwalan tersebut,” paparnya.

Usai meneguk kesegaran es legen bersama Gus Yasin, rombongan pun meluncur ke Pondok Pesantren Al Hikmah yang ada di Desa Ngadipurwo, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora untuk bersilaturahmi dengan guru ngaji se-Kabupaten Blora.

 

Baca juga : Menikmati Nasi Penggel yang Tak Bikin "Mangkel"


Bagikan :

REMBANG - Senin (8/4/2019), matahari tepat berada di atas ubun-ubun kepala. Jam tangan pun menujukkan angka 11.55WIB. Ketika melintasi Jalan Raya Rembang-Blora, tepatnya di Desa Bogorame, Kecamatan Sulang, mobil Toyota Innova Venturer berplat nomor H2 yang ditumpangi Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen pun berjalan pelan.

Kemudian, sang sopir menepikan mobil itu ke depan kios yang menjual minuman khas Rembang, legen dan buah siwalan. "Lama sekali saya tidak minum legen. Minuman ini, selain menyegarkan, juga mengobati mag, tipus, dan sariawan," tutur Gus Yasin, sapaan akrab Taj Yasin Maimoen. 

Menurut politisi partai berlambang kakbah itu, menikmati es legen akan terasa lebih lengkap sambil makan buah siwalan ketika cuaca panas.

Pemilik kios, Wahyuningsih, 36, yang juga ibu dua anak itu dengan cekatan menuang legen yang dikemas botol ke dalam gelas dan memberinya es batu. Lalu, dia serahkan ke Gus Yasin.

Dia pun kembali menuang legen ke beberapa gelas dan menyerahkannya kepada tim yang turut mendampingi Gus Yasin usai bersilaturahmi dengan guru ngaji se-Kabupaten Rembang, di Pendopo Rumah Dinas Bupati Rembang. "Alhamdulillah, nyessss," ujar Gus Yasin.

Wahyuningsih yang berjualan sejak dirinya berumur 18 tahun bersama ibunya itu menjelaskan, untuk satu gelas legen, dia patok dengan harga Rp3.000. Sedangkan buah siwalan per bungkus yang berisi enam potong siwalan, dihargai Rp15 ribu.

Menurut dia, siwalan dan legen yang dia jual merupakan hasil bumi dari Rembang wilayah selatan. Di daerah itu banyak ditemui pohon siwalan, baik di pekarangan rumah warga ataupun di kebun-kebun.

Tidak semua pohon siwalan atau orang Rembang menyebutnya “bogor,” bisa menghasilkan buah siwalan dan aren sekaligus. Hanya pohon aren “laki-laki” yang bisa menghasilkan legen, namun tak bisa menghasilkan siwalan, begitu sebaliknya.

Untuk membedakannya, yakni dilihat dari kuncup bunga atau manggar. “Bila bogor siwalan itu belum keluar manggar atau bunganya, maka kita juga tak akan tahu, apakah nanti pohon tersebut akan panen siwalan atau air legen,” terangnya.

Dikatakan, jika manggar itu keluar dengan bentuk bola tennis, maka pohon siwalan atau menggar tersebut disebut pohon “perempuan.” Dan itu nantinya berbuah siwalan.

Sementara jika manggar bentuknya panjang bulat seperti singkong, pohon itu disebut “laki-laki” dan hanya menghasilkan legen saja.

“Air legen itu dihasilkan dari pohon yang mengeluarkan manggar berbentuk lonjong bulat seperti singkong. Atau biasa disebut orang dengan sebutan pohon laki-laki. Sedangkan buah siwalan itu dihasilkan dari pohon yang mempunyai manggar berbentuk bulat-bulat seperti bola tenis. Kalau dilihat dan diamati, pohon siwalan dan legen itu sama. Namun yang membedakan yakni jenis manggarnya,” jelasnya.

Untuk setiap pohon, hanya bisa dipanen satu kali dalam satu tahun. Biasanya panen dilakukan saat musim kemarau atau bulan Juli hingga Agustus. Dia menambahkan, panen buah siwalan atau air legen juga bisa dijadikan patokan untuk menggelar sedekah bumi di wilayah tertentu.

“Misalkan saja, ini bulan Apit (penanggalan Jawa). Biasanya orang Jawa akan menggelar sedekah bumi. Namun bila siwalan ini belum panen, maka kita tidak akan menggelar sedekah bumi. Dan ditunda sebelum datangnya panen siwalan atau legen. Sehingga rata-rata bila menggelar sedekah bumi tergantung dari hasil panen siwalan tersebut,” paparnya.

Usai meneguk kesegaran es legen bersama Gus Yasin, rombongan pun meluncur ke Pondok Pesantren Al Hikmah yang ada di Desa Ngadipurwo, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora untuk bersilaturahmi dengan guru ngaji se-Kabupaten Blora.

 

Baca juga : Menikmati Nasi Penggel yang Tak Bikin "Mangkel"


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu