Follow Us :              

Seperti Keris dan Batik, Ganjar: Jamu Harus Jadi Warisan Budaya Dunia

  22 April 2019  |   11:30:00  |   dibaca : 615 
Kategori :
Bagikan :


Seperti Keris dan Batik, Ganjar: Jamu Harus Jadi Warisan Budaya Dunia

22 April 2019 | 11:30:00 | dibaca : 615
Kategori :
Bagikan :

Foto : Handy (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Handy (Humas Jateng)

SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ingin agar jamu tradisional menjadi warisan budaya tak benda dunia. Meski pada kesempatan pendaftaran pertama gagal, Ganjar ingin agar Jamu didaftarkan kembali sebagai warisan budaya dunia. Hal itu disampaikan Ganjar saat menemui perwakilan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional (GP Jamu) Jawa Tengah, Senin (22/4/2019).

"Meski beberapa waktu lalu gagal, namun tidak boleh berhenti. Kami akan mendorong terus agar jamu menjadi warisan budaya dunia seperti halnya keris, batik dan lainnya. Nanti akan kami bantu sekuat tenaga untuk mewujudkan cita-cita itu," ucapnya.

Untuk mewujudkan hal itu, kata dia, para pengusaha jamu harus bisa menunjukkan bahwa jamu memiliki manfaat untuk kesehatan. Selain soal sejarah jamu, manfaat jamu juga harus ditunjukkan, khususnya dalam dunia herbal.

"Syukur-syukur bisa masuk herbal medicine atau kemudian berinovasi menjadi bahan-bahan konsumsi minuman dan makanan yang enak berbahan jamu," tukasnya.

Sejak dahulu, lanjut Ganjar, stigma masyarakat tentang jamu adalah pahit. Yang harus dilakukan pengusaha jamu adalah melakukan inovasi membuat jamu yang enak.

"Seperti sekarang sudah banyak produk inovasi jamu, misalnya permen, es krim, kue yang berbahan jamu. Inovasi-inovasi semacam ini harus dilakukan agar kita bisa menunjukkan kepada dunia bahwa selain memiliki sejarah budaya tinggi, jamu juga memiliki khasiat sehingga layak menjadi warisan budaya dunia," pungkasnya.

Sementara itu, Ditektur Eksekutif GP Jamu Jateng Stefanus Handoyo Saputro mengatakan, memang pada usulan pertama pada tahun 2018 lalu, jamu dicoret dari warisan budaya dunia. Pencoretan itu dikarenakan pendaftaran yang dilakukan dengan terburu-buru dan tanpa persiapan.

"Untuk itu, sekarang sudah kami lakukan persiapan-persiapan dan sudah kami usulkan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng," kata dia.

Stefanus menerangkan, status warisan budaya dunia kepada jamu menurutnya sangat penting. Sebab, jamu memang warisan leluhur yang telah ratusan tahun ada di Indonesia. "Sejak zaman keraton hingga sekarang, jamu masih eksis di tengah masyarakat," paparnya.

Jateng, lanjut Stefanus, adalah provinsi dengan industri jamu terbesar di Indonesia. Di provinsi ini, ada tujuh industri ekstrak jamu, 17 industri obat tradisional, 76 usaha kecil obat tradisional dan lebih dari 200 usaha mikro obat tradisional.

"Itu yang terdaftar di kami, sebenarnya masih banyak. Maka tepat jika Jawa Tengah adalah pelopor kebangkitan dan kejayaan jamu tradisional di Indonesia," tutupnya.

 

Baca juga : Tiga Pilar Bersinergi Perangi Obat, Kosmetik dan Makanan Berbahaya


Bagikan :

SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ingin agar jamu tradisional menjadi warisan budaya tak benda dunia. Meski pada kesempatan pendaftaran pertama gagal, Ganjar ingin agar Jamu didaftarkan kembali sebagai warisan budaya dunia. Hal itu disampaikan Ganjar saat menemui perwakilan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional (GP Jamu) Jawa Tengah, Senin (22/4/2019).

"Meski beberapa waktu lalu gagal, namun tidak boleh berhenti. Kami akan mendorong terus agar jamu menjadi warisan budaya dunia seperti halnya keris, batik dan lainnya. Nanti akan kami bantu sekuat tenaga untuk mewujudkan cita-cita itu," ucapnya.

Untuk mewujudkan hal itu, kata dia, para pengusaha jamu harus bisa menunjukkan bahwa jamu memiliki manfaat untuk kesehatan. Selain soal sejarah jamu, manfaat jamu juga harus ditunjukkan, khususnya dalam dunia herbal.

"Syukur-syukur bisa masuk herbal medicine atau kemudian berinovasi menjadi bahan-bahan konsumsi minuman dan makanan yang enak berbahan jamu," tukasnya.

Sejak dahulu, lanjut Ganjar, stigma masyarakat tentang jamu adalah pahit. Yang harus dilakukan pengusaha jamu adalah melakukan inovasi membuat jamu yang enak.

"Seperti sekarang sudah banyak produk inovasi jamu, misalnya permen, es krim, kue yang berbahan jamu. Inovasi-inovasi semacam ini harus dilakukan agar kita bisa menunjukkan kepada dunia bahwa selain memiliki sejarah budaya tinggi, jamu juga memiliki khasiat sehingga layak menjadi warisan budaya dunia," pungkasnya.

Sementara itu, Ditektur Eksekutif GP Jamu Jateng Stefanus Handoyo Saputro mengatakan, memang pada usulan pertama pada tahun 2018 lalu, jamu dicoret dari warisan budaya dunia. Pencoretan itu dikarenakan pendaftaran yang dilakukan dengan terburu-buru dan tanpa persiapan.

"Untuk itu, sekarang sudah kami lakukan persiapan-persiapan dan sudah kami usulkan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng," kata dia.

Stefanus menerangkan, status warisan budaya dunia kepada jamu menurutnya sangat penting. Sebab, jamu memang warisan leluhur yang telah ratusan tahun ada di Indonesia. "Sejak zaman keraton hingga sekarang, jamu masih eksis di tengah masyarakat," paparnya.

Jateng, lanjut Stefanus, adalah provinsi dengan industri jamu terbesar di Indonesia. Di provinsi ini, ada tujuh industri ekstrak jamu, 17 industri obat tradisional, 76 usaha kecil obat tradisional dan lebih dari 200 usaha mikro obat tradisional.

"Itu yang terdaftar di kami, sebenarnya masih banyak. Maka tepat jika Jawa Tengah adalah pelopor kebangkitan dan kejayaan jamu tradisional di Indonesia," tutupnya.

 

Baca juga : Tiga Pilar Bersinergi Perangi Obat, Kosmetik dan Makanan Berbahaya


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu