Follow Us :              

Tak Sekadar Tahan Lapar dan Dahaga, Ketua PWM Jateng: Ramadan Bulan Perjuangan

  17 May 2019  |   19:30:00  |   dibaca : 603 
Kategori :
Bagikan :


Tak Sekadar Tahan Lapar dan Dahaga, Ketua PWM Jateng: Ramadan Bulan Perjuangan

17 May 2019 | 19:30:00 | dibaca : 603
Kategori :
Bagikan :

Foto : Handy (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Handy (Humas Jateng)

SEMARANG - Ramadan merupakan bulan penuh berkah, sekaligus bulan perjuangan. Umat Islam tidak hanya menahan lapar dan dahaga saat menunaikan ibadah puasa. Lebih dari itu, mesti berjuang untuk memerangi hawa nafsu masing-masing.

"Bulan Ramadan itu syahrul jihad (bulan untuk bersungguh-sungguh), bulan perjuangan, baik perang dalam arti fisik maupun nafsu. Dalam arti fisik, Perang Badar terjadi pada bulan Ramadan. Selain itu, bulan Ramadan merupakan perang terhadap hawa nafsu," terang Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jateng Drs H Tafsir MAg saat menyampaikan tausiyah pada acara tarawih keliling BAI Jateng di Kantor Bank Jateng Pemuda, Jumat malam (17/5/2019). Hadir pada acara tarawih keliling itu Sekretaris Daerah Provinsi Jateng Sri Puryono.

Tafsir menjelaskan, perjuangan Rasulullah yang pada kala itu memilih untuk mengisolasi diri dari pengaruh hal-hal duniawi di Gua Hiro. Perjuangan Nabi Muhammad kemudian berbuah manis ketika munculnya kesucian jiwa. "(Ibadah puasa) seperti sedang bertapa, tetapi bertapa yang inklusif karena kita tetap terlibat pada dinamika kehidupan sosial. Berbeda dengan nabi saat di Gua Hiro. Beliau mengisolasi diri dari keramaian menuju kesucian diri," lanjutnya.

Tafsir menambahkan, pada sepuluh hari terakhir Ramadan, lanjut dia, Rasulullah juga lebih memilih melakukan iktikaf di masjid dengan khusyuk beribadah. Perjuangan Rasulullah tersebut semestinya dapat diteladani oleh umat muslim agar Ramadan sebagai bulan penuh berkah ini tidak dilalui secara sia-sia.

"Rasulullah saat sepuluh hari terakhir juga mengisolasi diri dari gemerlapnya dunia dan melakukan iktikaf. Maka kita sepuluh hari terakhir seharusnya juga bisa fokus iktikaf di masjid. Kalau ditinjau dari budaya Jawa, puasa pun dimaknai sebagai tirakat, jalan menuju sedekat mungkin dengan Allah subhanahu wa taala," ungkapnya.

 

Baca juga : KH Amin Syukur: Hati Menentukan Moral dan Kesehatan


Bagikan :

SEMARANG - Ramadan merupakan bulan penuh berkah, sekaligus bulan perjuangan. Umat Islam tidak hanya menahan lapar dan dahaga saat menunaikan ibadah puasa. Lebih dari itu, mesti berjuang untuk memerangi hawa nafsu masing-masing.

"Bulan Ramadan itu syahrul jihad (bulan untuk bersungguh-sungguh), bulan perjuangan, baik perang dalam arti fisik maupun nafsu. Dalam arti fisik, Perang Badar terjadi pada bulan Ramadan. Selain itu, bulan Ramadan merupakan perang terhadap hawa nafsu," terang Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jateng Drs H Tafsir MAg saat menyampaikan tausiyah pada acara tarawih keliling BAI Jateng di Kantor Bank Jateng Pemuda, Jumat malam (17/5/2019). Hadir pada acara tarawih keliling itu Sekretaris Daerah Provinsi Jateng Sri Puryono.

Tafsir menjelaskan, perjuangan Rasulullah yang pada kala itu memilih untuk mengisolasi diri dari pengaruh hal-hal duniawi di Gua Hiro. Perjuangan Nabi Muhammad kemudian berbuah manis ketika munculnya kesucian jiwa. "(Ibadah puasa) seperti sedang bertapa, tetapi bertapa yang inklusif karena kita tetap terlibat pada dinamika kehidupan sosial. Berbeda dengan nabi saat di Gua Hiro. Beliau mengisolasi diri dari keramaian menuju kesucian diri," lanjutnya.

Tafsir menambahkan, pada sepuluh hari terakhir Ramadan, lanjut dia, Rasulullah juga lebih memilih melakukan iktikaf di masjid dengan khusyuk beribadah. Perjuangan Rasulullah tersebut semestinya dapat diteladani oleh umat muslim agar Ramadan sebagai bulan penuh berkah ini tidak dilalui secara sia-sia.

"Rasulullah saat sepuluh hari terakhir juga mengisolasi diri dari gemerlapnya dunia dan melakukan iktikaf. Maka kita sepuluh hari terakhir seharusnya juga bisa fokus iktikaf di masjid. Kalau ditinjau dari budaya Jawa, puasa pun dimaknai sebagai tirakat, jalan menuju sedekat mungkin dengan Allah subhanahu wa taala," ungkapnya.

 

Baca juga : KH Amin Syukur: Hati Menentukan Moral dan Kesehatan


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu