Follow Us :              

Tak Jauh dari Masjidil Haram, Jamaah Haji Jateng Bakal Ngumpul Satu Maktab

  14 June 2019  |   13:30:00  |   dibaca : 2791 
Kategori :
Bagikan :


Tak Jauh dari Masjidil Haram, Jamaah Haji Jateng Bakal Ngumpul Satu Maktab

14 June 2019 | 13:30:00 | dibaca : 2791
Kategori :
Bagikan :

Foto : Vivi (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Vivi (Humas Jateng)

SOLO - Para  jamaah haji dari Jawa Tengah tahun 1440 H ini bakal menikmati berbagai kenyamanan selama menjalankan ibadah haji di Tanah Suci. Selain akan terkumpul dalam satu maktab atau pemondokan, para jamaah juga bakal menikmati kuliner khas daerah sejak pemberangkatan sampai pemulangan.

Dirjen penyelenggaraan Haji dan Umrah, Prof.DR. Nizar, M.Ag mengatakan, hal tersebut terjadi setelah pihaknya memutuskan membuat sistem zonasi per wilayah untuk penentuan maktab. Pada musim haji sebelumnya, maktab diundi berdasar kloter penerbangan. 

"Selama ini kan yang banyak jadi persoalan jamaah adalah tersasar. Banyak sekali itu, dari Masjidil Haram mau pulang ke maktab tersasar, karena ketinggalan bus. Belum lagi kalau lupa dari maktab mana. Maka akhirnya diputuskan maktab dibagi zonasi per wilayah. Untuk Jawa Tengah maktabnya di Jarwal," katanya dalam pelantikan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Solo di Sunan Hotel, Solo, Jumat (14/6/2019).

Nizar juga mengatakan untuk letak maktab Jarwal memang dekat dengan Masjidil Haram, yakni sekitar 900 meter hingga 2 km dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Tentunya itu menjadi kesempatan emas bagi jamaah haji asal Jateng agar bisa menjalankan ibadah dengan khusyuk dan penuh kesabaran. "Di Jarwal ini juga ada hotel yang berkapasitas 16 ribu. Meskipun di wilayah Jarwal untuk hotel atau maktabnya sedikit, tidak baru dan agak sedikit minimalis," ujarnya. 

Selain zonasi maktab, inovasi yang dilakukan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji adalah penyediaan kuliner untuk para jamaah selama ibadah. Nizar mengatakan, seluruh sajian berdasarkan cita rasa Nusantara. Gudeg, pecel, rendang, sate dan lainnya. 

"Ini untuk mengatasi jamaah kekurangan gizi. Karena kalau kita sediakan sajian khas Timur Tengah, lidah kita ini kurang cocok dan akhirnya para jamaah enggan makan. Tidak heran beberapa tahun lalu terjadi banyak jamaah kekurangan gizi, ya karena makanannya tidak cocok dengan lidah," terangnya. 

Tahun ini, dari total 231.000 kuota jamaah haji Indonesia, sekitar 30 ribu berasal dari Jateng dan terkumpul dalam Embarkasi Solo. Secara keseluruhan, jamaah yang ditampung dalam 96 kloter itu akan menjalani dalam dua fase, fase pemberangkatan dan pemulangan. Untuk fase pemberangkatan, akan ada dua gelombang. Gelombang pertama dilakukan pada 7 Juli-19 Juli 2019, Gelombang kedua 20 Juli-5 Agustus. Sementara untuk fase pemulangan, gelombang pertama melalui Jeddah, 7-19 Agustus. Kedua melalui Madinah pada 30 Agustus-15 September. 

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo merasa plong mendengar berbagai inovasi yang dilakukan Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh itu. Persiapan pemondokan dan kuliner, menurut Ganjar bukanlah hal sepele karena menentukan kualitas hidup jamaah selama berada di Tanah Suci. 

"Mendengar Inovasi tadi, saya ndlongop tadi. Negara kita ini sangat islami, apa yang tidak diurus? Yo wes ngene wae. Bertamu di Tanah Suci biar benar-benar bisa khusyuk. Minimal bisa membuat saudara kita ayem, bisa ngumpul. Ada kemantapan, suasana kearifan lokal yang membuat mereka nyaman sehingga ibadahnya tidak akan terganggu. Mudahkanlah saudara kita beribadah," ujarnya. 

Ganjar lantas mengisahkan pengalaman pertamanya menjalankan ibadah haji. Dari sebelum pemberangkatan, diantar sanak saudara, hingga bagaimana rasanya menginjak Tanah Suci dan melihat wujud Kakbah untuk pertama kali seumur hidup. "Getaran batinnya itu berbeda. Melihat Kakbah kita langsung gemetar dan langsung nangis. Semoga kita diberi kekuatan untuk memudahkan dan memperlancar saudara kita yang beribadah," ungkapnya.

 

Baca juga : Siap Layani Jamaah Haji, 254 TPHD dan TKHD Jateng Ikuti Pembekalan


Bagikan :

SOLO - Para  jamaah haji dari Jawa Tengah tahun 1440 H ini bakal menikmati berbagai kenyamanan selama menjalankan ibadah haji di Tanah Suci. Selain akan terkumpul dalam satu maktab atau pemondokan, para jamaah juga bakal menikmati kuliner khas daerah sejak pemberangkatan sampai pemulangan.

Dirjen penyelenggaraan Haji dan Umrah, Prof.DR. Nizar, M.Ag mengatakan, hal tersebut terjadi setelah pihaknya memutuskan membuat sistem zonasi per wilayah untuk penentuan maktab. Pada musim haji sebelumnya, maktab diundi berdasar kloter penerbangan. 

"Selama ini kan yang banyak jadi persoalan jamaah adalah tersasar. Banyak sekali itu, dari Masjidil Haram mau pulang ke maktab tersasar, karena ketinggalan bus. Belum lagi kalau lupa dari maktab mana. Maka akhirnya diputuskan maktab dibagi zonasi per wilayah. Untuk Jawa Tengah maktabnya di Jarwal," katanya dalam pelantikan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Solo di Sunan Hotel, Solo, Jumat (14/6/2019).

Nizar juga mengatakan untuk letak maktab Jarwal memang dekat dengan Masjidil Haram, yakni sekitar 900 meter hingga 2 km dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Tentunya itu menjadi kesempatan emas bagi jamaah haji asal Jateng agar bisa menjalankan ibadah dengan khusyuk dan penuh kesabaran. "Di Jarwal ini juga ada hotel yang berkapasitas 16 ribu. Meskipun di wilayah Jarwal untuk hotel atau maktabnya sedikit, tidak baru dan agak sedikit minimalis," ujarnya. 

Selain zonasi maktab, inovasi yang dilakukan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji adalah penyediaan kuliner untuk para jamaah selama ibadah. Nizar mengatakan, seluruh sajian berdasarkan cita rasa Nusantara. Gudeg, pecel, rendang, sate dan lainnya. 

"Ini untuk mengatasi jamaah kekurangan gizi. Karena kalau kita sediakan sajian khas Timur Tengah, lidah kita ini kurang cocok dan akhirnya para jamaah enggan makan. Tidak heran beberapa tahun lalu terjadi banyak jamaah kekurangan gizi, ya karena makanannya tidak cocok dengan lidah," terangnya. 

Tahun ini, dari total 231.000 kuota jamaah haji Indonesia, sekitar 30 ribu berasal dari Jateng dan terkumpul dalam Embarkasi Solo. Secara keseluruhan, jamaah yang ditampung dalam 96 kloter itu akan menjalani dalam dua fase, fase pemberangkatan dan pemulangan. Untuk fase pemberangkatan, akan ada dua gelombang. Gelombang pertama dilakukan pada 7 Juli-19 Juli 2019, Gelombang kedua 20 Juli-5 Agustus. Sementara untuk fase pemulangan, gelombang pertama melalui Jeddah, 7-19 Agustus. Kedua melalui Madinah pada 30 Agustus-15 September. 

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo merasa plong mendengar berbagai inovasi yang dilakukan Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh itu. Persiapan pemondokan dan kuliner, menurut Ganjar bukanlah hal sepele karena menentukan kualitas hidup jamaah selama berada di Tanah Suci. 

"Mendengar Inovasi tadi, saya ndlongop tadi. Negara kita ini sangat islami, apa yang tidak diurus? Yo wes ngene wae. Bertamu di Tanah Suci biar benar-benar bisa khusyuk. Minimal bisa membuat saudara kita ayem, bisa ngumpul. Ada kemantapan, suasana kearifan lokal yang membuat mereka nyaman sehingga ibadahnya tidak akan terganggu. Mudahkanlah saudara kita beribadah," ujarnya. 

Ganjar lantas mengisahkan pengalaman pertamanya menjalankan ibadah haji. Dari sebelum pemberangkatan, diantar sanak saudara, hingga bagaimana rasanya menginjak Tanah Suci dan melihat wujud Kakbah untuk pertama kali seumur hidup. "Getaran batinnya itu berbeda. Melihat Kakbah kita langsung gemetar dan langsung nangis. Semoga kita diberi kekuatan untuk memudahkan dan memperlancar saudara kita yang beribadah," ungkapnya.

 

Baca juga : Siap Layani Jamaah Haji, 254 TPHD dan TKHD Jateng Ikuti Pembekalan


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu