Follow Us :              

Jika Ada Brotoseno di Tiap Provinsi, Negara akan Sejahtera

  03 August 2019  |   19:30:00  |   dibaca : 3253 
Kategori :
Bagikan :


Jika Ada Brotoseno di Tiap Provinsi, Negara akan Sejahtera

03 August 2019 | 19:30:00 | dibaca : 3253
Kategori :
Bagikan :

Foto : Rinto (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Rinto (Humas Jateng)

SEMARANG - Iringan gamelan yang mengalun di sela-sela rintik hujan Sabtu malam (3/8/2019) itu membuat warga terhanyut menyaksikan pagelaran wayang di halaman RRI Semarang. Lakon "Dewa Ruci" yang mengisahkan tentang kegigihan Raden Brotoseno atau Werkudara dalam berguru dibawakan secara apik oleh dalang Ki Sunarso.

"Lakon Dewa Ruci itu sangat Islami, di mana Raden Brotoseno mencari ilmu tasawuf. Dia sudah mencapai ma'rifatullah. Artinya bahwa manusia kalau sudah mampu mengendalikan hawa nafsu akan bisa bertemu dengan Tuhannya," kata sang dalang yang juga berprofesi sebagai hakim PN Jakarta Pusat itu.

Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono yang hadir menyaksikan pagelaran wayang itu pun mengagumi karakter tokoh pewayangan Raden Brotoseno. Menurutnya, Raden Brotoseno adalah cerminan pribadi yang berintegritas dan patuh kepada sang guru serta sungguh-sungguh dalam menimba ilmu.

"Dewa Ruci itu memiliki piwulang luhur. Ketika seseorang memiliki komitmen yang tinggi, tegas, jujur, dan tekun, maka dia akan menemukan ilmu. Kalau di Indonesia ada Brotoseno 34 saja di masing-masing provinsi, saya kira negeri kita akan semakin aman dan sejahtera karena itu adalah panutan," ujarnya.

Mantan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah itu juga mengapresiasi pagelaran wayang yang mulai dihelat rutin oleh RRI Semarang. Dia berharap, pagelaran wayang tidak sebatas pertunjukan yang dapat dinikmati oleh masyarakat, namun juga memberikan teladan bagi mereka. Karena banyak nilai kehidupan yang dapat dipetik dari kisah pewayangan.

"Pagelaran wayang ini bukan sekedar tontonan, namun juga tuntunan. Kula menawi wonten pagelaran wayang menika hati menjadi semangat. Ini selaras dengan Trisakti Bung Karno, berkepribadian dalam kebudayaan, bahwa budaya adalah ruhnya bangsa,"  tegasnya.

Sri Puryono yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah itu ingin kesenian daerah dapat diajarkan sebagai ekstrakulikuler wajib di bangku sekolah. Selain sebagai wujud nyata upaya melestarikan kesenian daerah, para siswa sebagai generasi muda juga dapat mengenal dan mencintai budaya lokal sejak dini.

"Jangan hanya ngendikan nguri-uri, tetapi juga harus nguripi, ngurupi, tur ngepyakke. Saya harap kesenian daerah dan kearifan lokal menjadi mata pelajaran ekstra kulikuler wajib, seperti pramuka menjadi ekstra kulikuler yang wajib diikuti. Misalnya di Semarang dan Solo itu gudangnya wayang silakan, jangan sampai itu hilang. Masyarakat harus ada filter. Budaya asing boleh masuk, tapi harus disaring terlebih dahulu," harapnya.

 

Baca juga : Duet Sekda-Yati Pesek Meriahkan Kethoprak Kolosal HUT Klaten ke-215


Bagikan :

SEMARANG - Iringan gamelan yang mengalun di sela-sela rintik hujan Sabtu malam (3/8/2019) itu membuat warga terhanyut menyaksikan pagelaran wayang di halaman RRI Semarang. Lakon "Dewa Ruci" yang mengisahkan tentang kegigihan Raden Brotoseno atau Werkudara dalam berguru dibawakan secara apik oleh dalang Ki Sunarso.

"Lakon Dewa Ruci itu sangat Islami, di mana Raden Brotoseno mencari ilmu tasawuf. Dia sudah mencapai ma'rifatullah. Artinya bahwa manusia kalau sudah mampu mengendalikan hawa nafsu akan bisa bertemu dengan Tuhannya," kata sang dalang yang juga berprofesi sebagai hakim PN Jakarta Pusat itu.

Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono yang hadir menyaksikan pagelaran wayang itu pun mengagumi karakter tokoh pewayangan Raden Brotoseno. Menurutnya, Raden Brotoseno adalah cerminan pribadi yang berintegritas dan patuh kepada sang guru serta sungguh-sungguh dalam menimba ilmu.

"Dewa Ruci itu memiliki piwulang luhur. Ketika seseorang memiliki komitmen yang tinggi, tegas, jujur, dan tekun, maka dia akan menemukan ilmu. Kalau di Indonesia ada Brotoseno 34 saja di masing-masing provinsi, saya kira negeri kita akan semakin aman dan sejahtera karena itu adalah panutan," ujarnya.

Mantan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah itu juga mengapresiasi pagelaran wayang yang mulai dihelat rutin oleh RRI Semarang. Dia berharap, pagelaran wayang tidak sebatas pertunjukan yang dapat dinikmati oleh masyarakat, namun juga memberikan teladan bagi mereka. Karena banyak nilai kehidupan yang dapat dipetik dari kisah pewayangan.

"Pagelaran wayang ini bukan sekedar tontonan, namun juga tuntunan. Kula menawi wonten pagelaran wayang menika hati menjadi semangat. Ini selaras dengan Trisakti Bung Karno, berkepribadian dalam kebudayaan, bahwa budaya adalah ruhnya bangsa,"  tegasnya.

Sri Puryono yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah itu ingin kesenian daerah dapat diajarkan sebagai ekstrakulikuler wajib di bangku sekolah. Selain sebagai wujud nyata upaya melestarikan kesenian daerah, para siswa sebagai generasi muda juga dapat mengenal dan mencintai budaya lokal sejak dini.

"Jangan hanya ngendikan nguri-uri, tetapi juga harus nguripi, ngurupi, tur ngepyakke. Saya harap kesenian daerah dan kearifan lokal menjadi mata pelajaran ekstra kulikuler wajib, seperti pramuka menjadi ekstra kulikuler yang wajib diikuti. Misalnya di Semarang dan Solo itu gudangnya wayang silakan, jangan sampai itu hilang. Masyarakat harus ada filter. Budaya asing boleh masuk, tapi harus disaring terlebih dahulu," harapnya.

 

Baca juga : Duet Sekda-Yati Pesek Meriahkan Kethoprak Kolosal HUT Klaten ke-215


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu