Follow Us :              

Penting Menjaga Persaudaraan untuk Persatuan Bangsa

  19 August 2019  |   13:00:00  |   dibaca : 3602 
Kategori :
Bagikan :


Penting Menjaga Persaudaraan untuk Persatuan Bangsa

19 August 2019 | 13:00:00 | dibaca : 3602
Kategori :
Bagikan :

Foto : Rinto (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Rinto (Humas Jateng)

SEMARANG - "Crah agawe bubrah rukun agawe santosa kabeh wis padha apal. Nanging nyatane benthik serik isih dilirik tukar padu kerep keprungu. Lara ati ing saben ari bada penemu tundhone nesu, lha rukune endi?

Sepenggal puisi berbahasa Jawa atau geguritan berjudul "Ngrumat Paseduluran" yang ditulis Sekretaris Daerah Jawa Tengah Sri Puryono KS, tersebut tidak hanya sebatas karya sastra Jawa, namun kalimat yang terangkai indah tersebut juga sarat makna tentang pentingnya menjaga persatuan bangsa dan nilai-nilai kebangsaan.

Geguritan yang dibacakan Sekda pada "Wedangan Semarak HUT ke-74 Republik Indonesia" Senin (19/8/2019) itu, mengandung arti bahwa semua harus menjaga kerukunan dan persaudaran untuk persatuan Indonesia yang bhineka. Apalagi pada era seperti sekarang, semua harus bergandengan tangan, saling menghormati, tidak saling bertikai, dan selalu bersyukur atas kemerdekaan yang telah dicapai.

Selain Sekda Jateng, hadir pula sejumlah narasumber dalam dialog di Stasiun TVRI Jawa Tengah tersebut, mantan Wakil Gubernur Jawa Tengah Heru Sudjatmoko, Ketua DPRD Jateng Rukma Setyabudi, pengamat sosial Hardono, dan praktisi Yuwanto dengan moderator budayawan asli Jateng, Prie GS.

"Menjaga persatuan bangsa merupakan tugas kita semua. Termasuk para generasi muda Indonesia harus dapat menjadi generasi bangsa yang berkualitas. Karenanya saat memberikan kuliah umum kepada para mahasiswa di perguruan tinggi, pertama yang saya ajarkan adalah nilai-nilai kebangsaan dan wawasan kebangsaan," bebernya.

Terkait dengan perayaan HUT ke-74 RI, mantan Kepala Dinas Kehutanan Jawa Tengah itu, berharap rakyat Indonesia, terutama masyarakat Jateng semakin meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa, terlebih di era digitalisasi seperti sekarang. Ujaran kebencian, paham radikalisme, konten-konten video berisi hal-hal yang berpotensi memecah belah bangsa sangat mudah didapat melalui handphone 

"Tetapi saya sangat senang, perayaan tahun ini saya melihat diberbagai tempat masyarakat merayakannya dengan penuh semangat, rasa memiliki Indonesia luar biasa meningkat, rasa melindungi dan membela negara juga meningkat," katanya.

Senada disampaikan Sekda Sri Puryono, mantan Wakil Gubernur Jawa Tengah Heru Sudjatmoko menyebutkan, dalam pembukaan UUD 1945, terkandung nilai-nilai filosofi tentang perjuangan para pendahulu bangsa demi kemerdekaan Indonesia. Tidak hanya terbebas dari penjajah, karena setelah merdeka maka ada cita-cita berikutnya yang harus diwujudkan bersama, yaitu bersatu, berdaulat, adil, dan mamur. 

'Jika dirunut, setelah berjuang dan meraih kemerdekaan maka selanjutnya bersatu, kemudian terus berjuang untuk mencapai masyarakat adil dan makmur. Semua itu 'underannya' atau berpusat pada sumberdaya manusia yang berkualitas dan mempunyai kesadaran sebagai warga negara Indonesia yang bersama-sama berjuang untuk mewujudkan cita-cita bangsa," bebernya.

Sedangkan pada alenia keempat, lanjut dia, terdapat empat misi bangsa Indonesia. Yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan segenap tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidulan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Semua sepakat menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang visi dan misinya berlandaskan Pancasila.

"Demikian pula pemerintah dalam menetapkan kebijakan harus cerdas dan harus mencerdaskan masyarakat. Contohnya kebijakan Pemprov Jateng tentang mengenakan pakaian adat setiap hari Kamis. Kebijakan itu selain untuk nguri-nguri kebudayaan daerah sekaligus meningkarkan UMKM," bebernya.

 

Baca juga : 'Juru Kunci' Naskah Yang Ditulis Dengan Penuh Perjuangan


Bagikan :

SEMARANG - "Crah agawe bubrah rukun agawe santosa kabeh wis padha apal. Nanging nyatane benthik serik isih dilirik tukar padu kerep keprungu. Lara ati ing saben ari bada penemu tundhone nesu, lha rukune endi?

Sepenggal puisi berbahasa Jawa atau geguritan berjudul "Ngrumat Paseduluran" yang ditulis Sekretaris Daerah Jawa Tengah Sri Puryono KS, tersebut tidak hanya sebatas karya sastra Jawa, namun kalimat yang terangkai indah tersebut juga sarat makna tentang pentingnya menjaga persatuan bangsa dan nilai-nilai kebangsaan.

Geguritan yang dibacakan Sekda pada "Wedangan Semarak HUT ke-74 Republik Indonesia" Senin (19/8/2019) itu, mengandung arti bahwa semua harus menjaga kerukunan dan persaudaran untuk persatuan Indonesia yang bhineka. Apalagi pada era seperti sekarang, semua harus bergandengan tangan, saling menghormati, tidak saling bertikai, dan selalu bersyukur atas kemerdekaan yang telah dicapai.

Selain Sekda Jateng, hadir pula sejumlah narasumber dalam dialog di Stasiun TVRI Jawa Tengah tersebut, mantan Wakil Gubernur Jawa Tengah Heru Sudjatmoko, Ketua DPRD Jateng Rukma Setyabudi, pengamat sosial Hardono, dan praktisi Yuwanto dengan moderator budayawan asli Jateng, Prie GS.

"Menjaga persatuan bangsa merupakan tugas kita semua. Termasuk para generasi muda Indonesia harus dapat menjadi generasi bangsa yang berkualitas. Karenanya saat memberikan kuliah umum kepada para mahasiswa di perguruan tinggi, pertama yang saya ajarkan adalah nilai-nilai kebangsaan dan wawasan kebangsaan," bebernya.

Terkait dengan perayaan HUT ke-74 RI, mantan Kepala Dinas Kehutanan Jawa Tengah itu, berharap rakyat Indonesia, terutama masyarakat Jateng semakin meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa, terlebih di era digitalisasi seperti sekarang. Ujaran kebencian, paham radikalisme, konten-konten video berisi hal-hal yang berpotensi memecah belah bangsa sangat mudah didapat melalui handphone 

"Tetapi saya sangat senang, perayaan tahun ini saya melihat diberbagai tempat masyarakat merayakannya dengan penuh semangat, rasa memiliki Indonesia luar biasa meningkat, rasa melindungi dan membela negara juga meningkat," katanya.

Senada disampaikan Sekda Sri Puryono, mantan Wakil Gubernur Jawa Tengah Heru Sudjatmoko menyebutkan, dalam pembukaan UUD 1945, terkandung nilai-nilai filosofi tentang perjuangan para pendahulu bangsa demi kemerdekaan Indonesia. Tidak hanya terbebas dari penjajah, karena setelah merdeka maka ada cita-cita berikutnya yang harus diwujudkan bersama, yaitu bersatu, berdaulat, adil, dan mamur. 

'Jika dirunut, setelah berjuang dan meraih kemerdekaan maka selanjutnya bersatu, kemudian terus berjuang untuk mencapai masyarakat adil dan makmur. Semua itu 'underannya' atau berpusat pada sumberdaya manusia yang berkualitas dan mempunyai kesadaran sebagai warga negara Indonesia yang bersama-sama berjuang untuk mewujudkan cita-cita bangsa," bebernya.

Sedangkan pada alenia keempat, lanjut dia, terdapat empat misi bangsa Indonesia. Yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan segenap tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidulan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Semua sepakat menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang visi dan misinya berlandaskan Pancasila.

"Demikian pula pemerintah dalam menetapkan kebijakan harus cerdas dan harus mencerdaskan masyarakat. Contohnya kebijakan Pemprov Jateng tentang mengenakan pakaian adat setiap hari Kamis. Kebijakan itu selain untuk nguri-nguri kebudayaan daerah sekaligus meningkarkan UMKM," bebernya.

 

Baca juga : 'Juru Kunci' Naskah Yang Ditulis Dengan Penuh Perjuangan


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu