Foto : (Humas Jateng)
Foto : (Humas Jateng)
Ungaran – Setelah melewati perjuangan panjang, keinginan Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu
Penyuluh Pertanian (THL TBPP) untuk menjadi CPNS terwujud. Menteri Pertanian RI Andi
Amran Sulaiman, berhasil mengupayakan 6.100 orang THL TBPP untuk diangkat sebagai
CPNS.
Saat acara Penyerahan Formasi dan Hasil Seleksi Kompetensi Dasar CPNS THL TBPP, di
Lapangan Bung Karno Desa Kalirejo Ungaran, Selasa (11/4), Andi membeberkan tidak mudah
bagi pihaknya menyampaikan kepada Presiden RI Ir H Joko Widodo untuk mengangkat ribuan
THL TBPP di tengah moratorium PNS.
“Setelah hampir dua tahun tidak impor beras, akhir tahun dipanggil khusus (Presiden). Presiden
mengkonfirmasi, apa benar kita sudah tidak impor beras? Saya jawab iya. Kami uraikan itu
bukan kerja menteri, tapi kerja PPL. Kemudian Presiden kembali memastikan, betul itu? Iya.
Kami cuma punya dua tangan, tidak mungkin kami semua yang mengerjakan. Tanpa PPL, kami
tidak bisa berbuat banyak. Setelah itu Pak Presiden mengambil keputusan, dan saya menemui
MenPAN-RB,” kenang Andi yang juga mantan PPL.
Keberhasilan meyakinkan Presiden untuk mengangkat THL TBPP menjadi CPNS juga berkat
kegigihan Komisi IV DPR RI. Untuk itu, dia mengingatkan agar THL TBPP memberi perhatian
yang lebih intens kepada para petani lantaran masih banyak yang hidup di bawah garis
kemiskinan. Mereka juga dituntut dapat mencapai target produksi beras yang ditetapkan Menteri
Pertanian.
“Tolong Pak Bupati atau yang mewakili, ada target. Kalau tidak salah, wilayah Jawa, menyerap
beras 200 ton sampai Juli dan luar Jawa 150 ton. Sanggup? Tidak ada basa basi. (Anda) boleh
dengar jejak Mentan di Kementan. Sudah 700 (orang) kita copot pejabat eselon 1 dan 2. Tidak
bisa mencapai target, dia jadi target,” tandasnya.
Andi pun meminta kepada para kepala daerah agar tidak memberikan Nomor Induk Pegawai
kalau tidak bisa mencapai target yang ditetapkan. Sebab, pihaknya sudah memenuhi tuntutan
mereka untuk menjadi CPNS.
“Perjuangan kami dua tahun. Jujur jantung kami berdebar kalau ketemu PPL. Ini pasti tanya SK
(CPNS). Sekarang kami yang menagih,” ujarnya.
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dr IR Herman Khaeron MSi menambahkan, status CPNS yang
kini disandang 6.100 orang THL TBPP bukan sekadar status. Di dalamnya ada semangat untuk
membangun pertanian. Sehingga, semangat itu yang kemudian harus diperjuangkan.
“Menurut saya upaya Mentan bukan saja mewujudkan swasembada pangan dan kedaulatan
pangan, tapi lebih dari itu. Seluruh instrumen dan entitas dibangun, termasuk bagaimana
mendorong THL TBPP agar pasukan organik yang setiap saat bersama petani ini, betul-betul
juga mendapat hasilnya. Dan PR besarnya tentu menyejahterankan petani,” tutur dia.
Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP menyambung, SK CPNS yang diterima THL
TBPP membuat nasib mereka menjadi jelas. Untuk itu, dia berpesan agar SK yang sudah
diterima dibuktikan dengan kerja nyata mereka dalam mengurus petani.
“Kalau nanti sudah PNS, tolong jangan banyak ngutang. Jangan gadaikan SK cepat-cepat. Urus
dulu petani dan keluargamu,” katanya singkat.
Setelah menerima SK PNS, tanggung jawab THL TBPP untuk menolong dan melindungi petani
akan lebih besar. Harus lebih sepenuh hati membantu petani dan wajib menegakkan integritas.
Kalau setelah menerima SK, justru petaninya tidak maju, produksi tidak meningkat, swasembada
dan daulat pangan tidak tercapai, Ganjar pun menyarankan agar Mentan menyampaikan ke
MenPAN-RB untuk mencabut SK-nya.
Ganjar menambahkan, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang baru sempat repot karena status
maupun kelembagaan penyuluh hilang. Namun, pemerintah menyadari bahwa keberadaan
penyuluh sangat penting untuk mendampingi petani. Karena itu, apapun wadahnya, bagaimana
pun cara pengelolaannya, pemerintah tetap memperjuangkan agar penyuluh tetap ada.
“Kemarin OPD baru sempat bikin riweh karena status, kelembagaan penyuluh banyak yang
hilang. Maka teman-teman kontak saya, hampir dari seluruh Indonesia. Bagaimana di Jateng?
Kita sebagai pemerintah tidak boleh hilang akal. Apa pun wadahnya, di mana pun mereka
ditaruh, bagaimana pun pun cara pengelolaannya, penyuluh harus tetap ada, karena merekalah
yang menemani petani, menyelesaikan problem yang dihadapi petani,” urainya.
Ungaran – Setelah melewati perjuangan panjang, keinginan Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu
Penyuluh Pertanian (THL TBPP) untuk menjadi CPNS terwujud. Menteri Pertanian RI Andi
Amran Sulaiman, berhasil mengupayakan 6.100 orang THL TBPP untuk diangkat sebagai
CPNS.
Saat acara Penyerahan Formasi dan Hasil Seleksi Kompetensi Dasar CPNS THL TBPP, di
Lapangan Bung Karno Desa Kalirejo Ungaran, Selasa (11/4), Andi membeberkan tidak mudah
bagi pihaknya menyampaikan kepada Presiden RI Ir H Joko Widodo untuk mengangkat ribuan
THL TBPP di tengah moratorium PNS.
“Setelah hampir dua tahun tidak impor beras, akhir tahun dipanggil khusus (Presiden). Presiden
mengkonfirmasi, apa benar kita sudah tidak impor beras? Saya jawab iya. Kami uraikan itu
bukan kerja menteri, tapi kerja PPL. Kemudian Presiden kembali memastikan, betul itu? Iya.
Kami cuma punya dua tangan, tidak mungkin kami semua yang mengerjakan. Tanpa PPL, kami
tidak bisa berbuat banyak. Setelah itu Pak Presiden mengambil keputusan, dan saya menemui
MenPAN-RB,” kenang Andi yang juga mantan PPL.
Keberhasilan meyakinkan Presiden untuk mengangkat THL TBPP menjadi CPNS juga berkat
kegigihan Komisi IV DPR RI. Untuk itu, dia mengingatkan agar THL TBPP memberi perhatian
yang lebih intens kepada para petani lantaran masih banyak yang hidup di bawah garis
kemiskinan. Mereka juga dituntut dapat mencapai target produksi beras yang ditetapkan Menteri
Pertanian.
“Tolong Pak Bupati atau yang mewakili, ada target. Kalau tidak salah, wilayah Jawa, menyerap
beras 200 ton sampai Juli dan luar Jawa 150 ton. Sanggup? Tidak ada basa basi. (Anda) boleh
dengar jejak Mentan di Kementan. Sudah 700 (orang) kita copot pejabat eselon 1 dan 2. Tidak
bisa mencapai target, dia jadi target,” tandasnya.
Andi pun meminta kepada para kepala daerah agar tidak memberikan Nomor Induk Pegawai
kalau tidak bisa mencapai target yang ditetapkan. Sebab, pihaknya sudah memenuhi tuntutan
mereka untuk menjadi CPNS.
“Perjuangan kami dua tahun. Jujur jantung kami berdebar kalau ketemu PPL. Ini pasti tanya SK
(CPNS). Sekarang kami yang menagih,” ujarnya.
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dr IR Herman Khaeron MSi menambahkan, status CPNS yang
kini disandang 6.100 orang THL TBPP bukan sekadar status. Di dalamnya ada semangat untuk
membangun pertanian. Sehingga, semangat itu yang kemudian harus diperjuangkan.
“Menurut saya upaya Mentan bukan saja mewujudkan swasembada pangan dan kedaulatan
pangan, tapi lebih dari itu. Seluruh instrumen dan entitas dibangun, termasuk bagaimana
mendorong THL TBPP agar pasukan organik yang setiap saat bersama petani ini, betul-betul
juga mendapat hasilnya. Dan PR besarnya tentu menyejahterankan petani,” tutur dia.
Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP menyambung, SK CPNS yang diterima THL
TBPP membuat nasib mereka menjadi jelas. Untuk itu, dia berpesan agar SK yang sudah
diterima dibuktikan dengan kerja nyata mereka dalam mengurus petani.
“Kalau nanti sudah PNS, tolong jangan banyak ngutang. Jangan gadaikan SK cepat-cepat. Urus
dulu petani dan keluargamu,” katanya singkat.
Setelah menerima SK PNS, tanggung jawab THL TBPP untuk menolong dan melindungi petani
akan lebih besar. Harus lebih sepenuh hati membantu petani dan wajib menegakkan integritas.
Kalau setelah menerima SK, justru petaninya tidak maju, produksi tidak meningkat, swasembada
dan daulat pangan tidak tercapai, Ganjar pun menyarankan agar Mentan menyampaikan ke
MenPAN-RB untuk mencabut SK-nya.
Ganjar menambahkan, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang baru sempat repot karena status
maupun kelembagaan penyuluh hilang. Namun, pemerintah menyadari bahwa keberadaan
penyuluh sangat penting untuk mendampingi petani. Karena itu, apapun wadahnya, bagaimana
pun cara pengelolaannya, pemerintah tetap memperjuangkan agar penyuluh tetap ada.
“Kemarin OPD baru sempat bikin riweh karena status, kelembagaan penyuluh banyak yang
hilang. Maka teman-teman kontak saya, hampir dari seluruh Indonesia. Bagaimana di Jateng?
Kita sebagai pemerintah tidak boleh hilang akal. Apa pun wadahnya, di mana pun mereka
ditaruh, bagaimana pun pun cara pengelolaannya, penyuluh harus tetap ada, karena merekalah
yang menemani petani, menyelesaikan problem yang dihadapi petani,” urainya.