Follow Us :              

Komisi Pendidikan JMQH Titik Beratkan Perbaikan Bacaan Qur'an

  05 March 2022  |   07:00:00  |   dibaca : 1538 
Kategori :
Bagikan :


Komisi Pendidikan JMQH Titik Beratkan Perbaikan Bacaan Qur'an

05 March 2022 | 07:00:00 | dibaca : 1538
Kategori :
Bagikan :

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

BOYOLALI - Banyak umat muslim yang membaca Al - Qur'an. Tetapi, belum tentu bacaannya sudah tartil atau perlahan - lahan dan jelas. 

Saat memberikan arahan Komisi Pendidikan pada Musyawarah Nasional ke-2 Jami'iyyah Mudarasatil Qur'an Lil Hafizhat (JMQH), Sabtu (05/03/2022) di Asrama Haji Donohudan, Istri Wakil Gubernur Jawa Tengah Nawal Arafah Yasin yang juga pengurus pusat JMQH menuturkan, banyaknya umat muslim, khususnya kalangan perempuan yang belum tartil dalam membaca Al-Qur'an menjadi perhatian JMQH.

Sebab, membaca dengan tartil berarti membaca sesuai hukum tajwid. Mengapa membaca Al-Qur'an dengan tartil penting? Karena ketika salah membaca, akan salah pula artinya. Agar bisa membaca Al Qur'an dengan tartil, maka seorang muslim harus memperbaiki bacaannya atau tahsin. Di sinilah, kata Nawal, komisi bidang pendidikan JMQH akan mengambil peran. 

"Titik beratnya adalah bagaimana memanage dan mengkondisikan para anggotanya (JMQH) untuk dia bisa mengikuti berbagai macam program, yang output dari program tersebut adalah untuk tahsin Al Qur'an dan untuk melancarkan hafalan Al Qur'annya," tutur Nawal ditemui usai acara. 

Upaya memperbaiki bacaan Al - Qur'an, lanjutnya, bila dilakukan secara personal, biasanya tidak mudah. Terutama bagi perempuan yang sudah berkeluarga. Maka, organisasi JMQH bisa memfasilitasi mereka untuk belajar.

"Jadi banyak permasalahan seperti misalnya sudah berkeluarga, kemudian sulit untuk memperbaiki kualitas bacaan Qur'annya dan hafalannya, ini dibantu dengan adanya kegiatan, termasuk program pendidikan di JMQH," tuturnya 

Nawal membeberkan, beberapa kegiatan yang disiapkan di komisi pendidikan JMQH adalah mudarasah 3 juz dan estafet ayatan. Di samping itu, disiapkan pula program kajian Al-Qur'an secara kontinyu. 

"Itu adalah salah satu semangat untuk memperbaiki hafalan," ujarnya. 

Nawal pun berpesan kepada seluruh anggota agar semangat untuk belajar, meski menemui kendala. Banyak tokoh islam yang bisa menjadi teladan dalam mencari ilmu. Seperti Imam Syafi'i dan Imam Ghozali. 

"Mereka menjadi satu tokoh besar, dan mereka juga dalam keterbatasan. Tanpa ayah, dan dalam keterbatasan materi juga. Maka bisa menjadi ibroh bagi kita, bahwa keterbatasan materi, keterbatasan keadaan, itu tidak merupakan satu hal yang untuk kita kambing hitamkan, untuk kita kemudian tidak konsen terhadap ilmu, tidak kemudian tidak belajar dengan baik, dan tidak berdaya," pungkasnya.


Bagikan :

BOYOLALI - Banyak umat muslim yang membaca Al - Qur'an. Tetapi, belum tentu bacaannya sudah tartil atau perlahan - lahan dan jelas. 

Saat memberikan arahan Komisi Pendidikan pada Musyawarah Nasional ke-2 Jami'iyyah Mudarasatil Qur'an Lil Hafizhat (JMQH), Sabtu (05/03/2022) di Asrama Haji Donohudan, Istri Wakil Gubernur Jawa Tengah Nawal Arafah Yasin yang juga pengurus pusat JMQH menuturkan, banyaknya umat muslim, khususnya kalangan perempuan yang belum tartil dalam membaca Al-Qur'an menjadi perhatian JMQH.

Sebab, membaca dengan tartil berarti membaca sesuai hukum tajwid. Mengapa membaca Al-Qur'an dengan tartil penting? Karena ketika salah membaca, akan salah pula artinya. Agar bisa membaca Al Qur'an dengan tartil, maka seorang muslim harus memperbaiki bacaannya atau tahsin. Di sinilah, kata Nawal, komisi bidang pendidikan JMQH akan mengambil peran. 

"Titik beratnya adalah bagaimana memanage dan mengkondisikan para anggotanya (JMQH) untuk dia bisa mengikuti berbagai macam program, yang output dari program tersebut adalah untuk tahsin Al Qur'an dan untuk melancarkan hafalan Al Qur'annya," tutur Nawal ditemui usai acara. 

Upaya memperbaiki bacaan Al - Qur'an, lanjutnya, bila dilakukan secara personal, biasanya tidak mudah. Terutama bagi perempuan yang sudah berkeluarga. Maka, organisasi JMQH bisa memfasilitasi mereka untuk belajar.

"Jadi banyak permasalahan seperti misalnya sudah berkeluarga, kemudian sulit untuk memperbaiki kualitas bacaan Qur'annya dan hafalannya, ini dibantu dengan adanya kegiatan, termasuk program pendidikan di JMQH," tuturnya 

Nawal membeberkan, beberapa kegiatan yang disiapkan di komisi pendidikan JMQH adalah mudarasah 3 juz dan estafet ayatan. Di samping itu, disiapkan pula program kajian Al-Qur'an secara kontinyu. 

"Itu adalah salah satu semangat untuk memperbaiki hafalan," ujarnya. 

Nawal pun berpesan kepada seluruh anggota agar semangat untuk belajar, meski menemui kendala. Banyak tokoh islam yang bisa menjadi teladan dalam mencari ilmu. Seperti Imam Syafi'i dan Imam Ghozali. 

"Mereka menjadi satu tokoh besar, dan mereka juga dalam keterbatasan. Tanpa ayah, dan dalam keterbatasan materi juga. Maka bisa menjadi ibroh bagi kita, bahwa keterbatasan materi, keterbatasan keadaan, itu tidak merupakan satu hal yang untuk kita kambing hitamkan, untuk kita kemudian tidak konsen terhadap ilmu, tidak kemudian tidak belajar dengan baik, dan tidak berdaya," pungkasnya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu