Follow Us :              

1.000 Penari Jaran Kepang Bakal Meriahkan Sedekah Turangga Bhumi

  21 November 2017  |   17:00:00  |   dibaca : 318 
Kategori :
Bagikan :


1.000 Penari Jaran Kepang Bakal Meriahkan Sedekah Turangga Bhumi

21 November 2017 | 17:00:00 | dibaca : 318
Kategori :
Bagikan :

Foto : (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : (Humas Jateng)

Semarang – Sebanyak 1.000 penari jaran kepang atau kuda lumping dari berbagai desa di Kabupaten Temanggung, bakal memeriahkan tradisi “Sedekah Turangga Bhumi Phala 2017” yang digelar di Lapangan Desa Gondang Winangun, Kecamatan Ngadirejo, Sabtu (25/11) sekitar pukul 10.00 WIB.

Pertunjukan kolosal 1.000 penari jaran kepang tersebut, merupakan kali pertama dalam penyelenggaraan tradisi tahunan Sedekah Turangga Bhumi Phala. Setelah menjalani serangkaian ritual tarian jaran kepang, seluruh penari akan menyajikan tarian dengan iringan gamelan dalam satu koreografi dan satu aransemen, sehingga tampak rancak dan kompak.

“1.000 penari jaran kepang yang baru kali pertama di Temanggung ini, digagas untuk mengangkat kembali seni budaya lokal Temanggung, sekaligus mempersatukan para pelaku seni dengan membuat konsep bareng-bareng,” ujar koordinator acara Yudha Sudarmaji saat audiensi dengan Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP di ruang kerja gubernur, Selasa (21/11).

Yudha yang datang bersama pelatih dan pawang jaran kepang, koreografi, serta sejumlah pengurus kelompok jaran kepang menjelaskan, perhelatan yang disiapkan sejak setahun lalu itu tidak hanya penyuguhkan jaran kepang. Tapi juga menampilkan tarian topeng ireng yang dibawakan 100 pelajar, serta tari srinthil yang menceritakan tentang proses penanaman dan menjaga tembakau sebagai komoditas unggulan Temanggung.

“Untuk meramaikan acara, kami juga mengadakan lomba fotografi, dan sampai hari ini peserta lomba yang sudah mendaftar sebanyak 90 orang. Sebagian peserta lomba fotografi itu berasal dari luar Temanggung,” katanya.

Ditambahkan, jaran kepang merupakan seni budaya warisan nenek moyang yang menjadi identitas kebudayaan masyarakat Temanggung. Namun selama ini tidak banyak warga, terutama generasi muda, yang menyukai apalagi menjaga kelestarian kesenian tersebut. Karenanya, dengan diselenggarakannya tarian 1.000 jaran kepang diharapkan dapat mengangkat citra jaran kepang.

“Saya ingin mengangkat citra jaran kepang yang dulu tidak disukai para pemuda atau hanya disukai orang tua. Maka mulai sekarang, kami akan mengajak generasi muda supaya tertarik dan ikut terlibat nguri-uri budaya daerah,” harap Yudha.

Ia menyebutkan, saat ini terdapat sekitar 1.300 kelompok kesenian jaran kepang yang tesebar hampir di seluruh kecamatan di Temanggung, dengan jumlah anggota masing-masing kelompok sekitar 50 orang, temasuk aransemen musik dan penarinya. Setelah ada komunitas pegiat kesenian jaran kepang, hampir setiap pagelaran seni budaya di Temanggung selalu penyajikan tarian jaran kepang.

Dalam rangkaian acara tersebut, kata Yudha, masyarakat akan menobatkan Gubernur Ganjar Pranowo sebagai Senopati Jaran Kepang atau bapak jaran kepang Jawa Tengah. Gelar tersebut diberikan kepada mantan anggota DPRRI tersebut, karena dianggap sebagai kepala daerah yang mempunyai perhatian besar terhadap seni budaya daerah, salah satunya kesenian jaran kepang.

“Untuk melestarikan seni budaya lokal maka kepala daerah harus ikut nguri-uri, dan beliau (Gubernur Ganjar) terbukti peduli dan paling depan dalam upaya menjaga kelestarian budaya asli daerah. Sehingga pak gubernur akan kami nobatkan sebagai Senopati Jaran Kepang,” jejasnya.

Sementara itu, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo SH MIP mendukung pagelaran 1.000 penari jaran kepang tersebut. Menurutnya, peran masyarakat, terutama generasi muda dalam melestarikan dan menjaga kesenian daerah sangat penting, agar budaya lokal tidak hilang tergerus zaman.

Menurutnya, perhelatan tarian kolosal yang dipusatkan di lapangan desa tersebut akan semakin “hidup” apabila gerakan yang ditampilkan selaras dan indah, kostum penari serta pernak-pernik kuda lumping menarik. Sehingga siapapun akan tertarik menyaksikan bahkan ingin memiliki atau membeli kuda lumping.

“Nanti kan banyak orang yang datang pada acara itu. Nah ini menjadi kesempatan mengenalkan sekaligus menjual kuda lumping kepada masyarakat luas. Makanya harus membuat kuda lumping dari yang terjelek sampai paling bagus dengan beragam pernak-pernik agar menarik,” bebernya.

 

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng


Bagikan :

Semarang – Sebanyak 1.000 penari jaran kepang atau kuda lumping dari berbagai desa di Kabupaten Temanggung, bakal memeriahkan tradisi “Sedekah Turangga Bhumi Phala 2017” yang digelar di Lapangan Desa Gondang Winangun, Kecamatan Ngadirejo, Sabtu (25/11) sekitar pukul 10.00 WIB.

Pertunjukan kolosal 1.000 penari jaran kepang tersebut, merupakan kali pertama dalam penyelenggaraan tradisi tahunan Sedekah Turangga Bhumi Phala. Setelah menjalani serangkaian ritual tarian jaran kepang, seluruh penari akan menyajikan tarian dengan iringan gamelan dalam satu koreografi dan satu aransemen, sehingga tampak rancak dan kompak.

“1.000 penari jaran kepang yang baru kali pertama di Temanggung ini, digagas untuk mengangkat kembali seni budaya lokal Temanggung, sekaligus mempersatukan para pelaku seni dengan membuat konsep bareng-bareng,” ujar koordinator acara Yudha Sudarmaji saat audiensi dengan Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP di ruang kerja gubernur, Selasa (21/11).

Yudha yang datang bersama pelatih dan pawang jaran kepang, koreografi, serta sejumlah pengurus kelompok jaran kepang menjelaskan, perhelatan yang disiapkan sejak setahun lalu itu tidak hanya penyuguhkan jaran kepang. Tapi juga menampilkan tarian topeng ireng yang dibawakan 100 pelajar, serta tari srinthil yang menceritakan tentang proses penanaman dan menjaga tembakau sebagai komoditas unggulan Temanggung.

“Untuk meramaikan acara, kami juga mengadakan lomba fotografi, dan sampai hari ini peserta lomba yang sudah mendaftar sebanyak 90 orang. Sebagian peserta lomba fotografi itu berasal dari luar Temanggung,” katanya.

Ditambahkan, jaran kepang merupakan seni budaya warisan nenek moyang yang menjadi identitas kebudayaan masyarakat Temanggung. Namun selama ini tidak banyak warga, terutama generasi muda, yang menyukai apalagi menjaga kelestarian kesenian tersebut. Karenanya, dengan diselenggarakannya tarian 1.000 jaran kepang diharapkan dapat mengangkat citra jaran kepang.

“Saya ingin mengangkat citra jaran kepang yang dulu tidak disukai para pemuda atau hanya disukai orang tua. Maka mulai sekarang, kami akan mengajak generasi muda supaya tertarik dan ikut terlibat nguri-uri budaya daerah,” harap Yudha.

Ia menyebutkan, saat ini terdapat sekitar 1.300 kelompok kesenian jaran kepang yang tesebar hampir di seluruh kecamatan di Temanggung, dengan jumlah anggota masing-masing kelompok sekitar 50 orang, temasuk aransemen musik dan penarinya. Setelah ada komunitas pegiat kesenian jaran kepang, hampir setiap pagelaran seni budaya di Temanggung selalu penyajikan tarian jaran kepang.

Dalam rangkaian acara tersebut, kata Yudha, masyarakat akan menobatkan Gubernur Ganjar Pranowo sebagai Senopati Jaran Kepang atau bapak jaran kepang Jawa Tengah. Gelar tersebut diberikan kepada mantan anggota DPRRI tersebut, karena dianggap sebagai kepala daerah yang mempunyai perhatian besar terhadap seni budaya daerah, salah satunya kesenian jaran kepang.

“Untuk melestarikan seni budaya lokal maka kepala daerah harus ikut nguri-uri, dan beliau (Gubernur Ganjar) terbukti peduli dan paling depan dalam upaya menjaga kelestarian budaya asli daerah. Sehingga pak gubernur akan kami nobatkan sebagai Senopati Jaran Kepang,” jejasnya.

Sementara itu, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo SH MIP mendukung pagelaran 1.000 penari jaran kepang tersebut. Menurutnya, peran masyarakat, terutama generasi muda dalam melestarikan dan menjaga kesenian daerah sangat penting, agar budaya lokal tidak hilang tergerus zaman.

Menurutnya, perhelatan tarian kolosal yang dipusatkan di lapangan desa tersebut akan semakin “hidup” apabila gerakan yang ditampilkan selaras dan indah, kostum penari serta pernak-pernik kuda lumping menarik. Sehingga siapapun akan tertarik menyaksikan bahkan ingin memiliki atau membeli kuda lumping.

“Nanti kan banyak orang yang datang pada acara itu. Nah ini menjadi kesempatan mengenalkan sekaligus menjual kuda lumping kepada masyarakat luas. Makanya harus membuat kuda lumping dari yang terjelek sampai paling bagus dengan beragam pernak-pernik agar menarik,” bebernya.

 

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu