Follow Us :              

Alumni STIT Harus Mampu Hadapi Tantangan Era Globalisasi

  20 January 2019  |   11:00:00  |   dibaca : 739 
Kategori :
Bagikan :


Alumni STIT Harus Mampu Hadapi Tantangan Era Globalisasi

20 January 2019 | 11:00:00 | dibaca : 739
Kategori :
Bagikan :

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

PEMALANG - Para alumnus Sekolah Tinggi Agama Islam di berbagai daerah,  diharapkan tidak hanya mengembangkan lembaga keagamaan, namun juga mewarnai pemerintahan dan berbagai lembaga, serta mampu menghadapi beragam tantangan di era globalisasi dan digititalisasi.

Hal itu disampaikan Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen saat memberi sambutan pada reuni akbar dan sarasehan alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Pemalang di Kampus STIT Pemalang, Minggu (20/1/2019). Reuni akbar dan sarasehan bertajuk "Peran Strategis STIT Pemalang dalam Mencetak Guru Sebagai Tonggak Kemajuan Bangsa dan Agama" itu sekaligus dalam rangka milad ke-18 STIT Pemalang.

Gus Yasin, sapaan akrab wagub mengatakan, perkembangan sekolah tinggi agama sekarang kian meningkat dan tidak sedikit yang hadir di daerah, salah satunya seperti STIT di Kabupaten Pemalang itu. Sehingga kian mempermudah masyarakat menuntut ilmu agama di daerah sendiri tanpa perlu pergi kota besar.

"Bahkan para pengajarnya juga tidak hanya dari dalam, melainkan ada pula yang dari luar negeri seperti Mr Muslim dari Palestina yang mengajar di STIT Pemalang. Sehingga para mahasiswa bukan cuma memahami peradaban Islam Indonesia, karena Mr Muslim juga mewarnai wawasan tentang peradaban Islam luar negeri," bebernya.

Putra ulama kharismatik KH Maimoen Zubair itu berharap STIT Pemalang segera menjadi institut dan mendapat akreditasi A. Saat reuni seperti sekarang, menurutnya para alumnus akan merasa bangga apabila almamaternya semakin maju serta lulusannya telah mewarnai pemerintahan, serta berbagai instansi atau lembaga.

"Saya berharap para alumnus tidak hanya mengembangkan Madin (Madrasah Diniyah), TPQ (Taman Pendidikan Alquran) dan pesantren, tetapi juga mewarnai pemerintahan, bidang pendidikan, serta lembaga lainnya sesuai dengan fungsinya. Dan ini memang tidak mudah, karena tantangan kita sekarang lebih berat di tengah era serba digital," ujarnya.

Gus Yasin menjelaskan, pemerintah sekarang lebih terbuka, transparan, mengetahui, dan memahami apa yang dibutuhkan masyarakat. Dia meminta semua bersama-sama membangun dan mewujudkan harapan masyarakat, membuktikan bahwa yang ada di pemerintahan adalah insan-insan yang benar-benar diharapkan rakyat. "Menjadi insan yang cerdas, generasi yang mampu memberikan kontribusi maupun kritik yang membangun terhadap pemerintahan," pintanya.

Dalam kesempatan tersebut, wagub meminta masyarakat termasuk para alumnus STIT turut meluruskan berbagai informasi tidak benar, berita bohong (hoaks) serta ujaran kebencian yang marak beredar di masyarakat maupun media sosial (medsos). Apalagi di era globalisasi dan digitalisasi seperti saat ini, arus informasi sangat cepat dan mudah diakses oleh siapapun.

"Tantangan para pemuda saat ini adalah meluruskan paham-paham radikal, terorisme, serta isu-isu yang tidak benar. Karena, kalau generasi tua atau di atas 45 tahun, banyak yang tidak terlalu mahir menggunakan gadget, gagap teknologi, dan tidak begitu paham medsos, sehingga generasi muda yang harus menanganinya," terangnya.
 

Baca juga : Tak Hanya Siap Kerja, Namun Juga Punya Benteng Akhlakul Karimah


Bagikan :

PEMALANG - Para alumnus Sekolah Tinggi Agama Islam di berbagai daerah,  diharapkan tidak hanya mengembangkan lembaga keagamaan, namun juga mewarnai pemerintahan dan berbagai lembaga, serta mampu menghadapi beragam tantangan di era globalisasi dan digititalisasi.

Hal itu disampaikan Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen saat memberi sambutan pada reuni akbar dan sarasehan alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Pemalang di Kampus STIT Pemalang, Minggu (20/1/2019). Reuni akbar dan sarasehan bertajuk "Peran Strategis STIT Pemalang dalam Mencetak Guru Sebagai Tonggak Kemajuan Bangsa dan Agama" itu sekaligus dalam rangka milad ke-18 STIT Pemalang.

Gus Yasin, sapaan akrab wagub mengatakan, perkembangan sekolah tinggi agama sekarang kian meningkat dan tidak sedikit yang hadir di daerah, salah satunya seperti STIT di Kabupaten Pemalang itu. Sehingga kian mempermudah masyarakat menuntut ilmu agama di daerah sendiri tanpa perlu pergi kota besar.

"Bahkan para pengajarnya juga tidak hanya dari dalam, melainkan ada pula yang dari luar negeri seperti Mr Muslim dari Palestina yang mengajar di STIT Pemalang. Sehingga para mahasiswa bukan cuma memahami peradaban Islam Indonesia, karena Mr Muslim juga mewarnai wawasan tentang peradaban Islam luar negeri," bebernya.

Putra ulama kharismatik KH Maimoen Zubair itu berharap STIT Pemalang segera menjadi institut dan mendapat akreditasi A. Saat reuni seperti sekarang, menurutnya para alumnus akan merasa bangga apabila almamaternya semakin maju serta lulusannya telah mewarnai pemerintahan, serta berbagai instansi atau lembaga.

"Saya berharap para alumnus tidak hanya mengembangkan Madin (Madrasah Diniyah), TPQ (Taman Pendidikan Alquran) dan pesantren, tetapi juga mewarnai pemerintahan, bidang pendidikan, serta lembaga lainnya sesuai dengan fungsinya. Dan ini memang tidak mudah, karena tantangan kita sekarang lebih berat di tengah era serba digital," ujarnya.

Gus Yasin menjelaskan, pemerintah sekarang lebih terbuka, transparan, mengetahui, dan memahami apa yang dibutuhkan masyarakat. Dia meminta semua bersama-sama membangun dan mewujudkan harapan masyarakat, membuktikan bahwa yang ada di pemerintahan adalah insan-insan yang benar-benar diharapkan rakyat. "Menjadi insan yang cerdas, generasi yang mampu memberikan kontribusi maupun kritik yang membangun terhadap pemerintahan," pintanya.

Dalam kesempatan tersebut, wagub meminta masyarakat termasuk para alumnus STIT turut meluruskan berbagai informasi tidak benar, berita bohong (hoaks) serta ujaran kebencian yang marak beredar di masyarakat maupun media sosial (medsos). Apalagi di era globalisasi dan digitalisasi seperti saat ini, arus informasi sangat cepat dan mudah diakses oleh siapapun.

"Tantangan para pemuda saat ini adalah meluruskan paham-paham radikal, terorisme, serta isu-isu yang tidak benar. Karena, kalau generasi tua atau di atas 45 tahun, banyak yang tidak terlalu mahir menggunakan gadget, gagap teknologi, dan tidak begitu paham medsos, sehingga generasi muda yang harus menanganinya," terangnya.
 

Baca juga : Tak Hanya Siap Kerja, Namun Juga Punya Benteng Akhlakul Karimah


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu