Follow Us :              

Tiga Negara Ini Butuh Ahli Ukir Kayu dari Jateng

  01 March 2019  |   13:30:00  |   dibaca : 2019 
Kategori :
Bagikan :


Tiga Negara Ini Butuh Ahli Ukir Kayu dari Jateng

01 March 2019 | 13:30:00 | dibaca : 2019
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

SEMARANG - Jawa Tengah kebanjiran tawaran untuk mengirimkan ahli kayu ke luar negeri. Setelah Suriname dan Rusia, kini giliran Laos yang meminta ahli kayu atau ahli ukir untuk menularkan ilmunya. Hal tersebut disampaikan Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Demokratik Rakyat Laos, Pratito Soeharyo saat berkunjung ke kediaman Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Jumat (1/3/2019).

Pratito mengatakan, saat ini Laos sedang over suplai kayu. Seperti Indonesia, negara yang beribu kota di Vientiane itu juga banyak memproduksi furniture. Namun, dari segi kualitas, masih jauh di bawah Indonesia. Dia melihat potensi pengembangan industri pengolahan kayu itu sangat menjanjikan digarap oleh ahli-ahli perkayuan dari Indonesia, khususnya dari Jateng. 

"Penghasilan terbesar kayu di sana sejenis sonokeling dan sekarang sedang over suplai. Saya pernah merayu presiden untuk mengirim ahli kayu ke Laos. Nah Jawa Tengah kan banyak yang ahlinya itu," katanya.

Pratito mengatakan, para ahli kayu itu dapat membantu meningkatkan kinerja pengolahan kayu mereka dalam bentuk alih teknologi dan alih keahlian. Untuk langkah awal, dalam waktu dekat Kedubes RI yang berkedudukan di Vientiane akan membangun Wonderful Indonesia Center dan salah satu yang dibangun adalah rumah adat Jateng. 

"Wonderful Indonesia Center itu akan berdiri di lahan 5.000 meter persegi. Apa yang mungkin dari Jawa Tengah bisa di bawa ke sana. Izin sudah keluar untuk Wonderful Indonesia Center. Kita kasih gamelan, ada sekolah Bahasa Indonesia," paparnya.

Sementara itu, Ganjar mengapresiasi langkah Pratito tersebut. Menurutnya, Duta Besar Indonesia semestinya memang harus progresif. Selain mengenalkan bagaimana sejatinya Indonesia, juga harus menjadi agen yang menguntungkan bagi Indonesia, khususnya dalam sektor perdagangan. Etos seperti itu diakuinya sangat membantu kinerjanya.

"Dubes yang progresif kita butuhkan. Kemarin dubes RI untuk Rusia juga ke sini. Beliau cerita Rusia juga sedang over suplai kayu. Sebelumnya Dubes (untuk) Suriname juga mengatakan hal serupa. Mereka juga minta tukang kayu. Sama permasalahannya," katanya. 

Ganjar berpendapat, Jateng memang jadi gudangnya ahli ukir kayu. Khususnya dari daerah Jepara dan Kudus yang jadi daerah unggulan. Untuk menjajaki kemungkinan pengiriman ahli kayu itu ke beberapa negara, Ganjar mengatakan telah bertemu Bupati Jepara agar mengidentifikasi master-master di bidang ukir kayu yang dimiliki.

"Kemarin saya ketemu Bupati Jepara, dan saya tawarkan mau nggak warga Jepara ke Rusia dan Suriname. Bayarannya gede, nah sekarang kita tambahkan ke Laos. Tiga negara itu saat ini sedang over suplai kayu," ujarnya. 

Jika dilihat dari sisi tingkat perekonomian, tiga negara tersebut memang berbeda-beda, antara Rusia, Laos dan Suriname. Tapi Ganjar tidak mempersoalkan hal itu. "Kita lihatnya market potensialnya apa. Tidak melihat apakah negara itu kaya atau tidak. Lebih baik kecil tapi intens daripada gede tapi kita tidak dapat," bebernya.

Selain perkayuan, Ganjar mengatakan potensi Laos juga masih sangat terbuka untuk investasi, khususnya di sektor pangan dan budaya. Terlebih asupan makanan dan budaya Laos mirip di Indonesia. "Banyak insentif yang diberikan di sana. Kita bisa mengajak teman-teman pengusaha di Jawa Tengah untuk investasi di sana. Pak Dubes siap membantu dan ini potensi yang baik," ungkapnya.

 

Baca juga : Berawal dari Matryoshka, Ganjar Bidik Pasar Rusia


Bagikan :

SEMARANG - Jawa Tengah kebanjiran tawaran untuk mengirimkan ahli kayu ke luar negeri. Setelah Suriname dan Rusia, kini giliran Laos yang meminta ahli kayu atau ahli ukir untuk menularkan ilmunya. Hal tersebut disampaikan Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Demokratik Rakyat Laos, Pratito Soeharyo saat berkunjung ke kediaman Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Jumat (1/3/2019).

Pratito mengatakan, saat ini Laos sedang over suplai kayu. Seperti Indonesia, negara yang beribu kota di Vientiane itu juga banyak memproduksi furniture. Namun, dari segi kualitas, masih jauh di bawah Indonesia. Dia melihat potensi pengembangan industri pengolahan kayu itu sangat menjanjikan digarap oleh ahli-ahli perkayuan dari Indonesia, khususnya dari Jateng. 

"Penghasilan terbesar kayu di sana sejenis sonokeling dan sekarang sedang over suplai. Saya pernah merayu presiden untuk mengirim ahli kayu ke Laos. Nah Jawa Tengah kan banyak yang ahlinya itu," katanya.

Pratito mengatakan, para ahli kayu itu dapat membantu meningkatkan kinerja pengolahan kayu mereka dalam bentuk alih teknologi dan alih keahlian. Untuk langkah awal, dalam waktu dekat Kedubes RI yang berkedudukan di Vientiane akan membangun Wonderful Indonesia Center dan salah satu yang dibangun adalah rumah adat Jateng. 

"Wonderful Indonesia Center itu akan berdiri di lahan 5.000 meter persegi. Apa yang mungkin dari Jawa Tengah bisa di bawa ke sana. Izin sudah keluar untuk Wonderful Indonesia Center. Kita kasih gamelan, ada sekolah Bahasa Indonesia," paparnya.

Sementara itu, Ganjar mengapresiasi langkah Pratito tersebut. Menurutnya, Duta Besar Indonesia semestinya memang harus progresif. Selain mengenalkan bagaimana sejatinya Indonesia, juga harus menjadi agen yang menguntungkan bagi Indonesia, khususnya dalam sektor perdagangan. Etos seperti itu diakuinya sangat membantu kinerjanya.

"Dubes yang progresif kita butuhkan. Kemarin dubes RI untuk Rusia juga ke sini. Beliau cerita Rusia juga sedang over suplai kayu. Sebelumnya Dubes (untuk) Suriname juga mengatakan hal serupa. Mereka juga minta tukang kayu. Sama permasalahannya," katanya. 

Ganjar berpendapat, Jateng memang jadi gudangnya ahli ukir kayu. Khususnya dari daerah Jepara dan Kudus yang jadi daerah unggulan. Untuk menjajaki kemungkinan pengiriman ahli kayu itu ke beberapa negara, Ganjar mengatakan telah bertemu Bupati Jepara agar mengidentifikasi master-master di bidang ukir kayu yang dimiliki.

"Kemarin saya ketemu Bupati Jepara, dan saya tawarkan mau nggak warga Jepara ke Rusia dan Suriname. Bayarannya gede, nah sekarang kita tambahkan ke Laos. Tiga negara itu saat ini sedang over suplai kayu," ujarnya. 

Jika dilihat dari sisi tingkat perekonomian, tiga negara tersebut memang berbeda-beda, antara Rusia, Laos dan Suriname. Tapi Ganjar tidak mempersoalkan hal itu. "Kita lihatnya market potensialnya apa. Tidak melihat apakah negara itu kaya atau tidak. Lebih baik kecil tapi intens daripada gede tapi kita tidak dapat," bebernya.

Selain perkayuan, Ganjar mengatakan potensi Laos juga masih sangat terbuka untuk investasi, khususnya di sektor pangan dan budaya. Terlebih asupan makanan dan budaya Laos mirip di Indonesia. "Banyak insentif yang diberikan di sana. Kita bisa mengajak teman-teman pengusaha di Jawa Tengah untuk investasi di sana. Pak Dubes siap membantu dan ini potensi yang baik," ungkapnya.

 

Baca juga : Berawal dari Matryoshka, Ganjar Bidik Pasar Rusia


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu