Follow Us :              

Pramuka Hadapi Revolusi Industri 4.0, Kuasai Morse Saja Tak Cukup

  04 May 2019  |   09:00:00  |   dibaca : 12944 
Kategori :
Bagikan :


Pramuka Hadapi Revolusi Industri 4.0, Kuasai Morse Saja Tak Cukup

04 May 2019 | 09:00:00 | dibaca : 12944
Kategori :
Bagikan :

Foto : Handy (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Handy (Humas Jateng)

SEMARANG - Pramuka dituntut meningkatkan kecakapan diri di tengah era globalisasi saat ini. Agar menjadi anggota kepanduan yang mumpuni, bekal memahami kode morse saja tak cukup. Menghadapi revolusi industri 4.0, Anggota kepanduan juga wajib memiliki kompetensi teknologi informasi.

"Pramuka dididik bukan hanya bahasa morse tetapi juga pengetahuan digital, coding dan artificial intelligence. Ini zaman milenial, bahkan sebentar lagi kita akan disusul dengan generasi Z yang serba cepat dan serba digital," ujar Andalan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Korwil II Sri Puryono saat menghadiri Rapat Kerja Daerah Kwarda Jawa Tengah Tahun 2019 di Wisma Perdamaian, Sabtu (4/5/2019).

Sri Puryono yang menjabat sebagai Sekda Provinsi Jateng menegaskan, anggota Pramuka sebagai generasi muda yang berperan sebagai agen pembaharu mesti siap menghadapi segala tantangan pada era revolusi industri 4.0 ini. Mereka harus mampu menjadi anggota kepanduan yang kreatif dan inovatif dalam menyikapi persoalan-persoalan di sekitarnya.

"Kita mendorong anggota Pramuka sebagai generasi muda yang menjadi agent of change yang lebih inovatif, relevan dan berguna bagi bangsa, negara dan masyarakat. Sesuai dengan marwah Pramuka yaitu berkarakter, berkebangsaan dan memiliki kecakapan hidup," tegasnya.

Senada dengan Sri Puryono, Ketua Kwartir Daerah Provinsi Jawa Tengah Siti Atikoh Ganjar Pranowo mendorong anggota Pramuka saat ini mesti melek teknologi, termasuk mampu memanfaatkan media sosial untuk menyebarluaskan berbagai pesan positif terkait kegiatan-kegiatan kepanduan. Langkah ini juga dilakukan untuk memerangi berita bohong (hoaks) yang marak menyebar di tengah masyarakat.

"Pramuka adalah kantor berita. Kalau sosial media kita dipenuhi dengan hal-hal positif, maka konten positif ini akan tersebar dengan baik. Ini adalah cara untuk memerangi hoax, sekaligus menyebarkan efek positif dari kegiatan-kegiatan pramuka di Jawa Tengah," ujarnya.

 

Baca juga : Harus Bermanfaat Bagi Masyarakat, Sri Puryono: Pramuka Jangan Hanya Tepuk Tangan


Bagikan :

SEMARANG - Pramuka dituntut meningkatkan kecakapan diri di tengah era globalisasi saat ini. Agar menjadi anggota kepanduan yang mumpuni, bekal memahami kode morse saja tak cukup. Menghadapi revolusi industri 4.0, Anggota kepanduan juga wajib memiliki kompetensi teknologi informasi.

"Pramuka dididik bukan hanya bahasa morse tetapi juga pengetahuan digital, coding dan artificial intelligence. Ini zaman milenial, bahkan sebentar lagi kita akan disusul dengan generasi Z yang serba cepat dan serba digital," ujar Andalan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Korwil II Sri Puryono saat menghadiri Rapat Kerja Daerah Kwarda Jawa Tengah Tahun 2019 di Wisma Perdamaian, Sabtu (4/5/2019).

Sri Puryono yang menjabat sebagai Sekda Provinsi Jateng menegaskan, anggota Pramuka sebagai generasi muda yang berperan sebagai agen pembaharu mesti siap menghadapi segala tantangan pada era revolusi industri 4.0 ini. Mereka harus mampu menjadi anggota kepanduan yang kreatif dan inovatif dalam menyikapi persoalan-persoalan di sekitarnya.

"Kita mendorong anggota Pramuka sebagai generasi muda yang menjadi agent of change yang lebih inovatif, relevan dan berguna bagi bangsa, negara dan masyarakat. Sesuai dengan marwah Pramuka yaitu berkarakter, berkebangsaan dan memiliki kecakapan hidup," tegasnya.

Senada dengan Sri Puryono, Ketua Kwartir Daerah Provinsi Jawa Tengah Siti Atikoh Ganjar Pranowo mendorong anggota Pramuka saat ini mesti melek teknologi, termasuk mampu memanfaatkan media sosial untuk menyebarluaskan berbagai pesan positif terkait kegiatan-kegiatan kepanduan. Langkah ini juga dilakukan untuk memerangi berita bohong (hoaks) yang marak menyebar di tengah masyarakat.

"Pramuka adalah kantor berita. Kalau sosial media kita dipenuhi dengan hal-hal positif, maka konten positif ini akan tersebar dengan baik. Ini adalah cara untuk memerangi hoax, sekaligus menyebarkan efek positif dari kegiatan-kegiatan pramuka di Jawa Tengah," ujarnya.

 

Baca juga : Harus Bermanfaat Bagi Masyarakat, Sri Puryono: Pramuka Jangan Hanya Tepuk Tangan


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu