Follow Us :              

Mitigasi Bencana, Ganjar: Warga Harus Pelajari Pengendalian Panik

  31 May 2019  |   13:30:00  |   dibaca : 1016 
Kategori :
Bagikan :


Mitigasi Bencana, Ganjar: Warga Harus Pelajari Pengendalian Panik

31 May 2019 | 13:30:00 | dibaca : 1016
Kategori :
Bagikan :

Foto : Vivi (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Vivi (Humas Jateng)

BOYOLALI - Indonesia dan Jepang sama-sama berada pada jalur lempeng tektonik bumi atau ring of fire. Sehingga, bencana alam seperti erupsi gunung berapi, gempa bumi maupun tsunami kerap menghampiri di kedua negeri. Namun dari karakter penduduk, pendidikan dan mitigasi, Jepang lebih siap menghadapi bencana alam ini.

Ketenangan masyarakat atau manajemen kepanikan yang dimiliki masyarakat Negeri Sakura, memudahkan pemerintah, militer, dan lembaga sosial membantu evakuasi hingga rehabilitasi korban.

Mengendalikan diri agar tidak panik sangat diperlukan sebagai bagian dari pembelajaran mitigasi atau kesiapsiagaan menghadapi bencana. Oleh karena itu, masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana harus mendapatkan pengetahuan tentang hal tersebut.

Imbauan itu disampaikan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo kepada warga Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali yang terletak di lereng Gunung Merapi dan berada pada zona berbahaya karena hanya berjarak 4 km dari puncak gunung vulkanis aktif tersebut.

Saat mengunjungi desa itu, Ganjar mengatakan bahwa Gunung Merapi memiliki keunikan bagi warga yang tinggal di sekitarnya. Tlogolele sebagai tempat tinggal yang cukup bahaya,  memiliki kearifan lokal ketika terjadi bencana. 

"Yang perlu saya tegaskan. Panik saja harus latihan. Agar terbayang dan bisa melakukan keputusan saat terjadi sesuatu, khususnya bencana. Ini yang harus terus menerus diberikan kepada masyarakat. Pokoknya, mengendalikan panik itu harus dipelajari lho," ujar Gubernur sebelum meresmikan MCK, tandon air, saluran air, dan penataan lingkungan untuk tempat pengungsian akhir Gunung Merapi di Desa Tlogolele, Jumat (31/5/2019).

Hadir dalam kegiatan, Sekda Boyolali Maskuri, warga, relawan BPBD, SAR, serta Kepala BPPD Boyolali, Bambang Sinung Harjo yang dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada Pemprov Jateng yang telah membantu anggaran sebesar Rp190 juta untuk pembangunan beragam fasilitas itu dan selesai dalam masa satu bulan kalender.

"Meski bangunannya tidak mewah, semoga ini memberi manfaat yang lebih kepada masyarakat. Masyarakat di sini juga sudah siap ketika Merapi 'batuk-batuk' misalnya. Sehingga, korban jiwa bisa ditekan ketika masyarakat terlatih mitigasi bencana," beber Ganjar.

 

Baca juga : Buka Prodi Penanggulangan Bencana, Ini Pesan Ganjar untuk Akbara


Bagikan :

BOYOLALI - Indonesia dan Jepang sama-sama berada pada jalur lempeng tektonik bumi atau ring of fire. Sehingga, bencana alam seperti erupsi gunung berapi, gempa bumi maupun tsunami kerap menghampiri di kedua negeri. Namun dari karakter penduduk, pendidikan dan mitigasi, Jepang lebih siap menghadapi bencana alam ini.

Ketenangan masyarakat atau manajemen kepanikan yang dimiliki masyarakat Negeri Sakura, memudahkan pemerintah, militer, dan lembaga sosial membantu evakuasi hingga rehabilitasi korban.

Mengendalikan diri agar tidak panik sangat diperlukan sebagai bagian dari pembelajaran mitigasi atau kesiapsiagaan menghadapi bencana. Oleh karena itu, masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana harus mendapatkan pengetahuan tentang hal tersebut.

Imbauan itu disampaikan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo kepada warga Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali yang terletak di lereng Gunung Merapi dan berada pada zona berbahaya karena hanya berjarak 4 km dari puncak gunung vulkanis aktif tersebut.

Saat mengunjungi desa itu, Ganjar mengatakan bahwa Gunung Merapi memiliki keunikan bagi warga yang tinggal di sekitarnya. Tlogolele sebagai tempat tinggal yang cukup bahaya,  memiliki kearifan lokal ketika terjadi bencana. 

"Yang perlu saya tegaskan. Panik saja harus latihan. Agar terbayang dan bisa melakukan keputusan saat terjadi sesuatu, khususnya bencana. Ini yang harus terus menerus diberikan kepada masyarakat. Pokoknya, mengendalikan panik itu harus dipelajari lho," ujar Gubernur sebelum meresmikan MCK, tandon air, saluran air, dan penataan lingkungan untuk tempat pengungsian akhir Gunung Merapi di Desa Tlogolele, Jumat (31/5/2019).

Hadir dalam kegiatan, Sekda Boyolali Maskuri, warga, relawan BPBD, SAR, serta Kepala BPPD Boyolali, Bambang Sinung Harjo yang dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada Pemprov Jateng yang telah membantu anggaran sebesar Rp190 juta untuk pembangunan beragam fasilitas itu dan selesai dalam masa satu bulan kalender.

"Meski bangunannya tidak mewah, semoga ini memberi manfaat yang lebih kepada masyarakat. Masyarakat di sini juga sudah siap ketika Merapi 'batuk-batuk' misalnya. Sehingga, korban jiwa bisa ditekan ketika masyarakat terlatih mitigasi bencana," beber Ganjar.

 

Baca juga : Buka Prodi Penanggulangan Bencana, Ini Pesan Ganjar untuk Akbara


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu