Follow Us :              

Ribuan Santri dan Alumni, Padati PP Al Anwar untuk Doakan Mbah Moen

  06 August 2019  |   17:00:00  |   dibaca : 1043 
Kategori :
Bagikan :


Ribuan Santri dan Alumni, Padati PP Al Anwar untuk Doakan Mbah Moen

06 August 2019 | 17:00:00 | dibaca : 1043
Kategori :
Bagikan :

Foto : Rinto (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Rinto (Humas Jateng)

KAB. REMBANG - Lantunan ayat suci terus terdengar dari Komplek Pondok Pesantren Al-Anwar 2 Sarang, Selasa (6/7/2019). Sejak mendengar kabar duka atas meninggalnya KH Maimoen Zubair saat menunaikan ibadah haji di Tanah Suci pada hari ini, semakin petang ribuan alumni, keluarga santri, dan masyarakat memadati pelataran pondok pesantren.

Ucapan bela sungkawa pun terus mengalir untuk keluarga ulama kharismatik tersebut, termasuk kepada salah seorang puteranya, Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen. Mereka juga khusyuk mengikuti doa bersama agar mendiang pengasuh PP Al-Anwar itu memeroleh tempat terbaik di sisi-Nya. 

Salah seorang keluarga santri asal Kabupaten Jepara, Eva, hadir bersama keluarga saat doa bersama. Perempuan berhijab yang keponakannya menimba ilmu di PP Al-Anwar 2 itu segera menuju pondok pesantren begitu mendengar kabar duka berpulangnya KH Maimoen Zubair ke Rahmatullah.

"Keponakan saya nyantri di sini. Jadi, kami bersama rombongan keluarga hadir untuk mengikuti pengajian," katanya.

Sosok religius Mbah Moen, sapaan akrab KH Maimoen Zubair, begitu terpatri di dalam benak para santri. Semasa hidup, ulama yang lahir pada 28 Oktober 1928 itu selalu mendidik santrinya agar berakhlakul karimah.

"Sebagai santri, sosok KH Maimoen Zubair adalah panutan bagi kami. Pesan beliau yang saya ingat betul itu santri kalau mau sukses yang penting nurut sama kiai. Dengan kabar meninggalnya beliau tentu kami sangat kehilangan," ujar Sururi, santri asal Sidoarjo, Jawa Timur.

Sururi menambahkan, tak hanya doa bersama, para santri, alumni, dan masyarakat juga melaksanakan sholat gaib di komplek pondok pesantren.

"Saat ini digelar doa bersama dan setelah Maghrib ada salat gaib yang dilakukan oleh para santri dan alumni," lanjutnya.

Senada dengan Sururi, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono  saat bertakziah ke kediaman KH Maimoen di Komplek PP Al-Anwar 2 menuturkan, masyarakat muslim di Tanah Air merasa kehilangan sosok ulama nasionalis. 

"Masyarakat Jawa Tengah dan masyarakat Islam pada umumnya merasa sangat kehilangan atas meninggalnya Mbah Moen yang wafat dalam usia 90 tahun lebih. Kita semua turut berbela sungkawa dan mendoakan agar almarhum beliau husnul khotimah. Keluarganya diberikan ketabahan dan meningkat ketakwaannya serta dapat meneruskan cita-cita Mbah Moen," ujarnya.

Sri Puryono menjelaskan, semasa hidup, murid dari Syaikh Sad al-Yamani dan Syaikh Hasan al-Yamani al-Makky itu, selalu menyampaikan pesan agar masyarakat Indonesia senantiasa menjaga keutuhan NKRI sebagai wujud rasa cinta mereka terhadap bangsa. Mantan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah itu mengatakan, pertemuan terakhirnya dengan Mbah Moen berlangsung saat mereka berjumpa di Istana Negara. Saat itu, Mbah Moen berpesan kepadanya untuk selalu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

"Saya terakhir bertemu beliau di Istana Presiden. Bahkan saya ikut bantu mendorong kursi roda beliau. Pesan beliau hanya, Pak Sekda tolong rawat negara dan bangsa ini. NKRI tetap terjaga. Rasa bela negara betul-betul kita wujudkan," terangnya.

Berdasarkan hasil musyawarah keluarga, jenazah Mbah Moen dimakamkan di Ma'la, dekat dengan makam Sayyidah Khodijah Al Kubro, guru beliau Sayyid Alawi Al Maliki dan Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki serta Habib Salim As Syathiry setelah shalat Dhuhur waktu setempat.

"Mbah Moen itu adalah kiai besar. Beliau ilmunya luar biasa. Tampaknya beliau sudah terasa, ketika mau tindak ke Tanah Suci beliau banyak menyampaikan pesan-pesan. Beliau sudah tercapai keinginan untuk dimakamkan di dekat makam istri Rasulullah, Siti Khadijah. Ini sesuai dengan janji Allah SWT bahwa siapa yang menunaikan ibadah haji dengan penuh keikhlasan dan kebaikan, apalagi dimakamkan di sana, insyaAllah surga," pungkasnya.

 

Baca juga : Innalillahi wa Inna Ilaihi Roojiun, Mbah Moen Meninggal Dunia


Bagikan :

KAB. REMBANG - Lantunan ayat suci terus terdengar dari Komplek Pondok Pesantren Al-Anwar 2 Sarang, Selasa (6/7/2019). Sejak mendengar kabar duka atas meninggalnya KH Maimoen Zubair saat menunaikan ibadah haji di Tanah Suci pada hari ini, semakin petang ribuan alumni, keluarga santri, dan masyarakat memadati pelataran pondok pesantren.

Ucapan bela sungkawa pun terus mengalir untuk keluarga ulama kharismatik tersebut, termasuk kepada salah seorang puteranya, Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen. Mereka juga khusyuk mengikuti doa bersama agar mendiang pengasuh PP Al-Anwar itu memeroleh tempat terbaik di sisi-Nya. 

Salah seorang keluarga santri asal Kabupaten Jepara, Eva, hadir bersama keluarga saat doa bersama. Perempuan berhijab yang keponakannya menimba ilmu di PP Al-Anwar 2 itu segera menuju pondok pesantren begitu mendengar kabar duka berpulangnya KH Maimoen Zubair ke Rahmatullah.

"Keponakan saya nyantri di sini. Jadi, kami bersama rombongan keluarga hadir untuk mengikuti pengajian," katanya.

Sosok religius Mbah Moen, sapaan akrab KH Maimoen Zubair, begitu terpatri di dalam benak para santri. Semasa hidup, ulama yang lahir pada 28 Oktober 1928 itu selalu mendidik santrinya agar berakhlakul karimah.

"Sebagai santri, sosok KH Maimoen Zubair adalah panutan bagi kami. Pesan beliau yang saya ingat betul itu santri kalau mau sukses yang penting nurut sama kiai. Dengan kabar meninggalnya beliau tentu kami sangat kehilangan," ujar Sururi, santri asal Sidoarjo, Jawa Timur.

Sururi menambahkan, tak hanya doa bersama, para santri, alumni, dan masyarakat juga melaksanakan sholat gaib di komplek pondok pesantren.

"Saat ini digelar doa bersama dan setelah Maghrib ada salat gaib yang dilakukan oleh para santri dan alumni," lanjutnya.

Senada dengan Sururi, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono  saat bertakziah ke kediaman KH Maimoen di Komplek PP Al-Anwar 2 menuturkan, masyarakat muslim di Tanah Air merasa kehilangan sosok ulama nasionalis. 

"Masyarakat Jawa Tengah dan masyarakat Islam pada umumnya merasa sangat kehilangan atas meninggalnya Mbah Moen yang wafat dalam usia 90 tahun lebih. Kita semua turut berbela sungkawa dan mendoakan agar almarhum beliau husnul khotimah. Keluarganya diberikan ketabahan dan meningkat ketakwaannya serta dapat meneruskan cita-cita Mbah Moen," ujarnya.

Sri Puryono menjelaskan, semasa hidup, murid dari Syaikh Sad al-Yamani dan Syaikh Hasan al-Yamani al-Makky itu, selalu menyampaikan pesan agar masyarakat Indonesia senantiasa menjaga keutuhan NKRI sebagai wujud rasa cinta mereka terhadap bangsa. Mantan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah itu mengatakan, pertemuan terakhirnya dengan Mbah Moen berlangsung saat mereka berjumpa di Istana Negara. Saat itu, Mbah Moen berpesan kepadanya untuk selalu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

"Saya terakhir bertemu beliau di Istana Presiden. Bahkan saya ikut bantu mendorong kursi roda beliau. Pesan beliau hanya, Pak Sekda tolong rawat negara dan bangsa ini. NKRI tetap terjaga. Rasa bela negara betul-betul kita wujudkan," terangnya.

Berdasarkan hasil musyawarah keluarga, jenazah Mbah Moen dimakamkan di Ma'la, dekat dengan makam Sayyidah Khodijah Al Kubro, guru beliau Sayyid Alawi Al Maliki dan Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki serta Habib Salim As Syathiry setelah shalat Dhuhur waktu setempat.

"Mbah Moen itu adalah kiai besar. Beliau ilmunya luar biasa. Tampaknya beliau sudah terasa, ketika mau tindak ke Tanah Suci beliau banyak menyampaikan pesan-pesan. Beliau sudah tercapai keinginan untuk dimakamkan di dekat makam istri Rasulullah, Siti Khadijah. Ini sesuai dengan janji Allah SWT bahwa siapa yang menunaikan ibadah haji dengan penuh keikhlasan dan kebaikan, apalagi dimakamkan di sana, insyaAllah surga," pungkasnya.

 

Baca juga : Innalillahi wa Inna Ilaihi Roojiun, Mbah Moen Meninggal Dunia


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu