Follow Us :              

Kesehatan Jadi Pangkal Awal Peningkatan Kualitas SDM

  20 August 2019  |   08:30:00  |   dibaca : 398 
Kategori :
Bagikan :


Kesehatan Jadi Pangkal Awal Peningkatan Kualitas SDM

20 August 2019 | 08:30:00 | dibaca : 398
Kategori :
Bagikan :

Foto : Handy (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Handy (Humas Jateng)

SEMARANG - Mendukung program peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM) yang menjadi prioritas Presiden RI Ir Joko Widodo di periode kepemimpinan keduanya, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono KS mengingatkan jika kesehatan merupakan pangkal awal peningkatan kualitas SDM.

Saat membuka kegiatan Orientasi Optimalisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat dan Pencegahan Stunting, Selasa (20/8/2019), Sri Puryono mengatakan untuk mempersiapkan SDM yang unggul, perhatian harus diberikan sejak ibu mengandung. Makanan yang dikonsumsi ibu hamil harus bergizi dan rutin memeriksakan diri. Sehingga, jika terdapat gangguan kehamilan, segera dapat terdeteksi dan ditanggulangi.

Setelah anak lahir, 1000 hari pertama usianya, nutrisi anak harus dipenuhi dengan baik, termasuk memberikan ASI eksklusif. Pihaknya pun merasa prihatin dengan adanya kecenderungan ibu muda di era sekarang, yang lebih memilih makanan fastfood untuk anaknya. 

"Makanan B2SA (beragam bergizi seimbang dan aman) penting. Jangan asal makan. Sekarang ini ibu-ibu mudah cenderung memilih gampange. Dikasih mi instan atau fried chicken. Jangan yang fastfood. Dikenalkan dengan gado-gado, karedok, sop atau sayur bening. Itu juga gampang," pesannya di Hotel Patrajasa. 

Perlu diketahui, kata Sekda, Jateng saat ini masih menghadapi persoalan stunting atau kurang gizi kronis pada anak, yang disebabkan asupan gizi kurang dalam waktu cukup lama. Biasanya saat anak berada dalam kandungan. Pada September 2018, di Jawa Tengah ada 11 kabupaten di 110 desa yang perlu diintervensi untuk menyelesaikan stunting. 

Prevalensi stunting di Jawa Tengah, imbuhnya, saat ini berada di angka 28%. Meskipun lebih rendah dari angka nasional yang 37.2%, tidak boleh menyurutkan semangat Jawa Tengah dalam mewujudkan provinsi bebas stunting.

"Jateng mengupayakan bebas dari kasus stunting dengan target di bawah 20% pada 2023. Target ini merujuk pada angka WHO, dimana jika di atas 20% dianggap sebagai negara yang memiliki masalah kesehatan," bebernya.

Beberapa upaya Jateng dalam menurunkan angka stunting adalah melalui pengadaan jamban, pemberian vitamin bagi bayi, pemberian gizi tambahan bagi ibu hamil, dan pelaksaan program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng. Upaya yang dilakukan pemerintah itu, tandasnya, perlu partisipasi dari masyarakat.

 

Baca juga : Tingkatkan Produktivitas, Sekda Ajak ASN Terapkan Pola Hidup Sehat


Bagikan :

SEMARANG - Mendukung program peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM) yang menjadi prioritas Presiden RI Ir Joko Widodo di periode kepemimpinan keduanya, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono KS mengingatkan jika kesehatan merupakan pangkal awal peningkatan kualitas SDM.

Saat membuka kegiatan Orientasi Optimalisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat dan Pencegahan Stunting, Selasa (20/8/2019), Sri Puryono mengatakan untuk mempersiapkan SDM yang unggul, perhatian harus diberikan sejak ibu mengandung. Makanan yang dikonsumsi ibu hamil harus bergizi dan rutin memeriksakan diri. Sehingga, jika terdapat gangguan kehamilan, segera dapat terdeteksi dan ditanggulangi.

Setelah anak lahir, 1000 hari pertama usianya, nutrisi anak harus dipenuhi dengan baik, termasuk memberikan ASI eksklusif. Pihaknya pun merasa prihatin dengan adanya kecenderungan ibu muda di era sekarang, yang lebih memilih makanan fastfood untuk anaknya. 

"Makanan B2SA (beragam bergizi seimbang dan aman) penting. Jangan asal makan. Sekarang ini ibu-ibu mudah cenderung memilih gampange. Dikasih mi instan atau fried chicken. Jangan yang fastfood. Dikenalkan dengan gado-gado, karedok, sop atau sayur bening. Itu juga gampang," pesannya di Hotel Patrajasa. 

Perlu diketahui, kata Sekda, Jateng saat ini masih menghadapi persoalan stunting atau kurang gizi kronis pada anak, yang disebabkan asupan gizi kurang dalam waktu cukup lama. Biasanya saat anak berada dalam kandungan. Pada September 2018, di Jawa Tengah ada 11 kabupaten di 110 desa yang perlu diintervensi untuk menyelesaikan stunting. 

Prevalensi stunting di Jawa Tengah, imbuhnya, saat ini berada di angka 28%. Meskipun lebih rendah dari angka nasional yang 37.2%, tidak boleh menyurutkan semangat Jawa Tengah dalam mewujudkan provinsi bebas stunting.

"Jateng mengupayakan bebas dari kasus stunting dengan target di bawah 20% pada 2023. Target ini merujuk pada angka WHO, dimana jika di atas 20% dianggap sebagai negara yang memiliki masalah kesehatan," bebernya.

Beberapa upaya Jateng dalam menurunkan angka stunting adalah melalui pengadaan jamban, pemberian vitamin bagi bayi, pemberian gizi tambahan bagi ibu hamil, dan pelaksaan program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng. Upaya yang dilakukan pemerintah itu, tandasnya, perlu partisipasi dari masyarakat.

 

Baca juga : Tingkatkan Produktivitas, Sekda Ajak ASN Terapkan Pola Hidup Sehat


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu