Follow Us :              

Harta Paling Berharga Adalah Persatuan Bangsa

  28 September 2018  |   08:30:00  |   dibaca : 1209 
Kategori :
Bagikan :


Harta Paling Berharga Adalah Persatuan Bangsa

28 September 2018 | 08:30:00 | dibaca : 1209
Kategori :
Bagikan :

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

SEMARANG - Kokohnya persatuan dan kesatuan bangsa merupakan harta paling berharga yang dimiliki oleh NKRI. Meski Indonesia sangat majemuk, namun masyarakat mampu hidup berdampingan secara harmonis. Begitu pula dengan "benteng Pancasila" Jawa Tengah, masyarakatnya senantiasa hidup rukun dan damai.

"Alhamdulillah, walaupun banyak perbedaan, tetapi Jateng masih tetap aman, damai, dan adem ayem. Hal tersebut tidak terlepas dari kerja keras dan komitmen dari seluruh elemen masyarakat untuk tetap bersatu dalam perbedaan, menjunjung tinggi gotong royong, toleransi dan tepo seliro. Para ulama Jateng juga terus menyebarkan virus-virus perdamaian dan selalu mensyiarkan agama Islam yang Rahmatan Lil Alamin," terang Wakil Gubernur Jawa Tengah H. Taj Yasin Maimoen saat menghadiri Sarasehan Anti Radikalisme dan Terorisme dengan pembicara Muhamad Sulaiman dari Syria di Convention Hall MAJT, Jumat (28/9/2018).

Putra ulama kharismatik KH. Maimoen Zubair itu menjelaskan, terdapat sejumlah paham yang mengancam keutuhan NKRI. Seperti paham intoleransi, radikalisme, terorisme, dan arus globalisasi yang membawa nilai-nilai apatis, hedonis, dan materialistik. Paham dan nilai-nilai tersebut tentu bertentangan dengan karakteristik bangsa.

"Dengan berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 serta semboyan Bhinneka Tunggal Ika, kami sepakat untuk melawan semua upaya yang ingin memecah belah dan menghancurkan perdamaian di Indonesia. Selain itu, wawasan kebangsaan harus benar-benar terealisasi dalam kehidupan nyata," tegas mantan anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah itu.

Senada dengan Wagub Taj Yasin, ulama asal Suriah, Mohamad Sulaiman mengatakan, bangsa Indonesia patut bersyukur karena meskipun  negaranya begitu plural, namun masyarakat senantiasa hidup rukun. Tidak seperti hidup di Suriah yang terasa mencekam karena adanya konflik.

"Saya datang dari negara yang terluka yang punya pengalaman pahit tentang bagaimana dampak dari krisis dan konflik. Krisis Suriah yang pecah pada awal tahun 2011 sesungguhnya tidak dimulai secara tiba-tiba, tetapi proses panjang yang mulai dirasakan sejak tahun 2003, yaitu ketika mulai berkembangnya adu domba dan pemikiran yang menyimpang tentang Islam," jelasnya.

Sulaiman menegaskan, gerakan radikalisme jelas menyimpang dari ajaran Islam. Karena daerah yang semula damai, kini justru menjadi tempat pertumpahan darah. Konflik mengakibatkan negaranya mengalami kerugian harta benda hingga hilangnya ribuan nyama. Namun, kerugian paling dahsyat adalah rusaknya citra Islam. Oleh sebab itu, Sulaiman berpesan agar masyarakat Indonesia untuk menanamkan budi pekerti kepada generasi muda.

"Sesungguhnya seluruh manusia adalah bersaudara. Kita mengharapkan Islam yang penuh kasih sayang dan membangun peradaban, bukan Islam yang identik dengan kekerasan. Maka jaga para pemuda agar tidak termakan isu-isu yang tidak benar. Jangan biarkan mereka menjadi generasi perusak," pesannya.

(Arifa/Puji/Humas Jateng)


Bagikan :

SEMARANG - Kokohnya persatuan dan kesatuan bangsa merupakan harta paling berharga yang dimiliki oleh NKRI. Meski Indonesia sangat majemuk, namun masyarakat mampu hidup berdampingan secara harmonis. Begitu pula dengan "benteng Pancasila" Jawa Tengah, masyarakatnya senantiasa hidup rukun dan damai.

"Alhamdulillah, walaupun banyak perbedaan, tetapi Jateng masih tetap aman, damai, dan adem ayem. Hal tersebut tidak terlepas dari kerja keras dan komitmen dari seluruh elemen masyarakat untuk tetap bersatu dalam perbedaan, menjunjung tinggi gotong royong, toleransi dan tepo seliro. Para ulama Jateng juga terus menyebarkan virus-virus perdamaian dan selalu mensyiarkan agama Islam yang Rahmatan Lil Alamin," terang Wakil Gubernur Jawa Tengah H. Taj Yasin Maimoen saat menghadiri Sarasehan Anti Radikalisme dan Terorisme dengan pembicara Muhamad Sulaiman dari Syria di Convention Hall MAJT, Jumat (28/9/2018).

Putra ulama kharismatik KH. Maimoen Zubair itu menjelaskan, terdapat sejumlah paham yang mengancam keutuhan NKRI. Seperti paham intoleransi, radikalisme, terorisme, dan arus globalisasi yang membawa nilai-nilai apatis, hedonis, dan materialistik. Paham dan nilai-nilai tersebut tentu bertentangan dengan karakteristik bangsa.

"Dengan berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 serta semboyan Bhinneka Tunggal Ika, kami sepakat untuk melawan semua upaya yang ingin memecah belah dan menghancurkan perdamaian di Indonesia. Selain itu, wawasan kebangsaan harus benar-benar terealisasi dalam kehidupan nyata," tegas mantan anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah itu.

Senada dengan Wagub Taj Yasin, ulama asal Suriah, Mohamad Sulaiman mengatakan, bangsa Indonesia patut bersyukur karena meskipun  negaranya begitu plural, namun masyarakat senantiasa hidup rukun. Tidak seperti hidup di Suriah yang terasa mencekam karena adanya konflik.

"Saya datang dari negara yang terluka yang punya pengalaman pahit tentang bagaimana dampak dari krisis dan konflik. Krisis Suriah yang pecah pada awal tahun 2011 sesungguhnya tidak dimulai secara tiba-tiba, tetapi proses panjang yang mulai dirasakan sejak tahun 2003, yaitu ketika mulai berkembangnya adu domba dan pemikiran yang menyimpang tentang Islam," jelasnya.

Sulaiman menegaskan, gerakan radikalisme jelas menyimpang dari ajaran Islam. Karena daerah yang semula damai, kini justru menjadi tempat pertumpahan darah. Konflik mengakibatkan negaranya mengalami kerugian harta benda hingga hilangnya ribuan nyama. Namun, kerugian paling dahsyat adalah rusaknya citra Islam. Oleh sebab itu, Sulaiman berpesan agar masyarakat Indonesia untuk menanamkan budi pekerti kepada generasi muda.

"Sesungguhnya seluruh manusia adalah bersaudara. Kita mengharapkan Islam yang penuh kasih sayang dan membangun peradaban, bukan Islam yang identik dengan kekerasan. Maka jaga para pemuda agar tidak termakan isu-isu yang tidak benar. Jangan biarkan mereka menjadi generasi perusak," pesannya.

(Arifa/Puji/Humas Jateng)


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu