Foto : Handy (Humas Jateng)
SEMARANG - Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada orang dewasa. Merebaknya Virus Corona ini juga berdampak pada anak-anak.
Berdasarkan data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI – PPA) Kementerian PPA, kasus kekerasan terhadap anak di Jawa Tengah sejak Pandemi COVID-19 per Maret 2020 lalu, cenderung meningkat.
Pada Maret 2020, tercatat 21 kasus. Satu bulan kemudian, ada 54 kasus. Dan di bulan Mei, kekerasan anak naik menjadi 65 kasus.
Menurut Ketua Badan Koordinasi Organisasi Wanita (BKOW) Jawa Tengah, Nawal Taj Yasin, Anak menjadi salah satu kelompok yang paling rentan terdampak Pandemi COVID-19, baik secara langsung maupun tidak.
Baginya hal itu tidak lepas dari adanya permasalahan ekonomi. Di masa pandemi ekonomi masyarakat memang banyak yang turun drastis, kemudian menyebabkan ketidakharmonisan dalam keluarga, sehingga anak-anak rentan mengalami kekerasan dari orang tuanya.
“Di Jateng agak meningkat sejak pandemi. Memang tidak lepas dari keadaan ekonomi saat ini. Efek dari pandemi ke ekonomi juga, sehingga kemudian banyak sekali ketidakharmonisan dalam keluarga. Ini harus kita antisipasi bersama-sama,” jelas Nawal saat kegiatan bakti sosial dalam rangka memeringati Hari Anak Nasional di Panti Asuhan Darul Hadlonah Ngaliyan, Selasa (05/08/2020).
Nawal mengajak, agar setiap keluarga di Jawa Tengah menciptakan lingkungan yang bahagia dan harmonis bagi anak-anak di masa pandemi ini. Dukungan masyarakat juga diperlukan agar anak mendapatkan hak-hak nya. Antara lain hak pemenuhan gizi yang merupakan hak dasar, hak pendidikan yang kini harus dilakukan secara daring, dan juga hak bermain
Istri dari Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin ini menyebut aktivitas anak yang terpaksa dibatasi saat ini juga menjadi tantangan tersendiri, karena membuat anak hanya memiliki sedikit kesempatan untuk bermain. Padahal dengan bermain, anak belajar tentang dunia sekitarnya.
“(Pembatasan) ini memang harus dilakukan untuk memutus rantai penyebaran COVID-19. Tapi intinya, bagaimanapun situasinya, bagaimanapun keadaannya, yang terpenting adalah bagaimana kebutuhan anak-anak ini terpenuhi,” tuturnya.
SEMARANG - Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada orang dewasa. Merebaknya Virus Corona ini juga berdampak pada anak-anak.
Berdasarkan data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI – PPA) Kementerian PPA, kasus kekerasan terhadap anak di Jawa Tengah sejak Pandemi COVID-19 per Maret 2020 lalu, cenderung meningkat.
Pada Maret 2020, tercatat 21 kasus. Satu bulan kemudian, ada 54 kasus. Dan di bulan Mei, kekerasan anak naik menjadi 65 kasus.
Menurut Ketua Badan Koordinasi Organisasi Wanita (BKOW) Jawa Tengah, Nawal Taj Yasin, Anak menjadi salah satu kelompok yang paling rentan terdampak Pandemi COVID-19, baik secara langsung maupun tidak.
Baginya hal itu tidak lepas dari adanya permasalahan ekonomi. Di masa pandemi ekonomi masyarakat memang banyak yang turun drastis, kemudian menyebabkan ketidakharmonisan dalam keluarga, sehingga anak-anak rentan mengalami kekerasan dari orang tuanya.
“Di Jateng agak meningkat sejak pandemi. Memang tidak lepas dari keadaan ekonomi saat ini. Efek dari pandemi ke ekonomi juga, sehingga kemudian banyak sekali ketidakharmonisan dalam keluarga. Ini harus kita antisipasi bersama-sama,” jelas Nawal saat kegiatan bakti sosial dalam rangka memeringati Hari Anak Nasional di Panti Asuhan Darul Hadlonah Ngaliyan, Selasa (05/08/2020).
Nawal mengajak, agar setiap keluarga di Jawa Tengah menciptakan lingkungan yang bahagia dan harmonis bagi anak-anak di masa pandemi ini. Dukungan masyarakat juga diperlukan agar anak mendapatkan hak-hak nya. Antara lain hak pemenuhan gizi yang merupakan hak dasar, hak pendidikan yang kini harus dilakukan secara daring, dan juga hak bermain
Istri dari Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin ini menyebut aktivitas anak yang terpaksa dibatasi saat ini juga menjadi tantangan tersendiri, karena membuat anak hanya memiliki sedikit kesempatan untuk bermain. Padahal dengan bermain, anak belajar tentang dunia sekitarnya.
“(Pembatasan) ini memang harus dilakukan untuk memutus rantai penyebaran COVID-19. Tapi intinya, bagaimanapun situasinya, bagaimanapun keadaannya, yang terpenting adalah bagaimana kebutuhan anak-anak ini terpenuhi,” tuturnya.
Berita Terbaru