Follow Us :              

Kearifan Lokal Jadi Filter Budaya Lokal

  17 April 2018  |   09:00:00  |   dibaca : 965 
Kategori :
Bagikan :


Kearifan Lokal Jadi Filter Budaya Lokal

17 April 2018 | 09:00:00 | dibaca : 965
Kategori :
Bagikan :

Foto : (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : (Humas Jateng)

Semarang – “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”.

Meski dikemukakan beberapa puluh tahun silam, pepatah sang proklamator, Bung Karno tersebut hingga kini masih relevan. Pasalnya, perjuangan masyarakat Indonesia saat ini adalah mengatasi berbagai persoalan yang berkaitan dengan ketahanan nasional, seperti ancaman terhadap persatuan dan kesatuan NKRI, masalah kesejahteraan masyarakat, krisis jati diri, krisis ideologi, krisis mental, dan krisis kepercayaan.

“Di bidang sosial budaya, ada ancaman narkoba, tawuran antar pelajar, imigran gelap. Ada juga konfik SARA dan separatisme yang perlu kita perhatikan. Jangan pula terlena arus globalisasi dengan masuknya kapitalisme, liberalisme, maupun individualisme,” jelas Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Dr Ir Sri Puryono KS MP saat menjadi narasumber pada acara Pemantapan Nilai-nilai Kebangsaan bagi Birokrat, Akademisi, Tokoh Masyarakat, TNI dan Polri di Semarang Provinsi Jawa Tengah Lemhannas RI tahun 2018 di Ballroom Hotel Patrajasa, Selasa (17/6).

Ketua Forum Sekretaris Daerah Seluruh Indonesia (Forsesdasi) itu menjelaskan, keteguhan masyarakat Jawa Tengah untuk menjunjung dan mengimplementasikan nilai-nilai luhur Pancasila dapat menjadi filter terhadap persoalan yang mengancam keutuhan NKRI.

“Jawa tengah tetap harus menjadi benteng Pancasila dengan seluruh nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Kita buktikan bahwa Jawa Tengah ada pada garda terdepan untuk melakukan perlawanan pada radikalisme dan terorisme dan segala bentuk rongrongan dan tantangan yang mengancam Pancasila dan NKRI,” tegasnya.

Sri Puryono menambahkan, kekayaan warisan budaya dan nilai-nilai kearifan lokal merupakan modal dasar dalam pembentukan jati diri dan karakter bangsa. Oleh karena itu, dalam proses membentuk jati diri dan karakter bangsa, kearifan lokal menjadi filter antara budaya lokal dengan tuntunan perubahan, sekaligus sebagai pedoman moral dalam penyelesaian masalah konflik kepentingan di dalam masyarakat.

“Beberapa contoh sikap kearifan Jawa Tengah yang mampu memperkuat jatidiri bangsa seperti aja dumeh, yang bisa diartikan jangan sewenang-wenang dengan kekuasan yang kita miliki. Tepa selira yang artinya tenggang rasa atau toleransi dan kearifan lokal lainnya,” pungkasnya.

Penulis : Ar, Humas Jateng
Editor : Ul, Diskominfo Jateng

 

Baca juga : Kemajemukan, Warna Pembangunan Bangsa


Bagikan :

Semarang – “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”.

Meski dikemukakan beberapa puluh tahun silam, pepatah sang proklamator, Bung Karno tersebut hingga kini masih relevan. Pasalnya, perjuangan masyarakat Indonesia saat ini adalah mengatasi berbagai persoalan yang berkaitan dengan ketahanan nasional, seperti ancaman terhadap persatuan dan kesatuan NKRI, masalah kesejahteraan masyarakat, krisis jati diri, krisis ideologi, krisis mental, dan krisis kepercayaan.

“Di bidang sosial budaya, ada ancaman narkoba, tawuran antar pelajar, imigran gelap. Ada juga konfik SARA dan separatisme yang perlu kita perhatikan. Jangan pula terlena arus globalisasi dengan masuknya kapitalisme, liberalisme, maupun individualisme,” jelas Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Dr Ir Sri Puryono KS MP saat menjadi narasumber pada acara Pemantapan Nilai-nilai Kebangsaan bagi Birokrat, Akademisi, Tokoh Masyarakat, TNI dan Polri di Semarang Provinsi Jawa Tengah Lemhannas RI tahun 2018 di Ballroom Hotel Patrajasa, Selasa (17/6).

Ketua Forum Sekretaris Daerah Seluruh Indonesia (Forsesdasi) itu menjelaskan, keteguhan masyarakat Jawa Tengah untuk menjunjung dan mengimplementasikan nilai-nilai luhur Pancasila dapat menjadi filter terhadap persoalan yang mengancam keutuhan NKRI.

“Jawa tengah tetap harus menjadi benteng Pancasila dengan seluruh nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Kita buktikan bahwa Jawa Tengah ada pada garda terdepan untuk melakukan perlawanan pada radikalisme dan terorisme dan segala bentuk rongrongan dan tantangan yang mengancam Pancasila dan NKRI,” tegasnya.

Sri Puryono menambahkan, kekayaan warisan budaya dan nilai-nilai kearifan lokal merupakan modal dasar dalam pembentukan jati diri dan karakter bangsa. Oleh karena itu, dalam proses membentuk jati diri dan karakter bangsa, kearifan lokal menjadi filter antara budaya lokal dengan tuntunan perubahan, sekaligus sebagai pedoman moral dalam penyelesaian masalah konflik kepentingan di dalam masyarakat.

“Beberapa contoh sikap kearifan Jawa Tengah yang mampu memperkuat jatidiri bangsa seperti aja dumeh, yang bisa diartikan jangan sewenang-wenang dengan kekuasan yang kita miliki. Tepa selira yang artinya tenggang rasa atau toleransi dan kearifan lokal lainnya,” pungkasnya.

Penulis : Ar, Humas Jateng
Editor : Ul, Diskominfo Jateng

 

Baca juga : Kemajemukan, Warna Pembangunan Bangsa


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu