Follow Us :              

Pesan Ganjar Untuk Pedagang Pasar Matesih

  01 August 2018  |   14:00:00  |   dibaca : 350 
Kategori :
Bagikan :


Pesan Ganjar Untuk Pedagang Pasar Matesih

01 August 2018 | 14:00:00 | dibaca : 350
Kategori :
Bagikan :

Foto : (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : (Humas Jateng)

KARANGANYAR - Pasar Matesih sudah ditempati pedagang beberapa waktu ini. Pasar tersebut dibangun dengan dana bantuan keuangan provinsi tahun anggaran 2016 sebesar Rp10,082 miliar dan APBD Kabupaten Karanganyar di tahun anggaran yang sama sebesar Rp4,9 miliar.

Pasar tersebut menampung 161 kios nonbuah, 17 kios buah dan 512 los lapak. Saat mengunjungi pasar Matesih dan berdialog dengan pedagang, Rabu (1/8/2018), Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP mengingatkan agar pedagang menjaga kebersihan. "Dijaga ben resik. Nek resik sing dodolan nyaman, sing tuku seneng," pintanya

Selain mengingatkan soal kebersihan, orang nomor satu di Jateng itu juga memberi saran agar para pedagang membentuk paguyuban. Gubernur meminta dibentuk paguyuban pedagang pasar. Tujuannya agar apabila ada masalah, bisa difasilitasi paguyuban untuk berkomunikasi, baik dengan kepala pasar, dinas pasar, pemkab maupun pemprov.

Setelah dari Pasar Matesih, Ganjar menuju Embung Dungdo yang terletak di Desa Kwangsan, Kecamatan Jumapolo Karanganyar. Embung berkapasitas 300 m3 air tersebut sudah direhabilitasi dengan dana APBD provinsi sebesar Rp1,25 miliar, dan dana pendamping Rp20 juta. 

Saat musim kemarau seperti sekarang ini, embung hampir kering. Petani pun mengeluhkan kekurangan air untuk lahan pertaniannya. Keluhan direspon gubernur dengan menanyakan, bagaimana mereka menerapkan masa tanam.

Salah satu petani bernama Harto Sugi mengatakan, sebagian besar masih menerapkan pola tanam padi, pari, pantun. Artinya, dalam tiga kali masa tanam, petani menanam padi. 

Senada dengan Harto, Ketua P3A, Paimin Lurah mengusulkan pembuatan Bendung Kleco. Bendungan itu berdekatan dengan Bendung Dungdo. Ketika nanti air masuk ke Bendungan Kleco, bisa dibagi keempat kelurahan yang membutuhkan. 

Usulan yang disampaikan Paimin, diminta Ganjar diwujudkan dengan pengajuan tertulis ke Pemprov Jateng. Selanjutnya pihaknya akan berkoordinasi dengan bupati.

"Coba ndamel usulan tertulis, kalih gambar. Mangke tak rembugan kalih Pak Bupati. Kira-kira nek masyarakat petani butuhe ngoten, saged, yo digawekke," katanya.

Namun, Ganjar mensyaratkan agar pola tanam yang disarankan penyuluh, dilaksanakan. Sebab, jika padi ditanam dalam tiga kali masa tanam, rentan puso ketika musim kering dan tidak bisa memutus hama.

"Njenengan mengko manut kalih penyuluh. Pola taname diganti. Nek padi pari pantun niku, lemahe bengep. Banyune mesti  kurang. Sing sae padi pari palawija," sarannya
(Rita/Puji/Humas Jateng)

 

Baca juga : Ganjar Yakin Teknologi Organik Mampu Majukan Pertanian Jateng


Bagikan :

KARANGANYAR - Pasar Matesih sudah ditempati pedagang beberapa waktu ini. Pasar tersebut dibangun dengan dana bantuan keuangan provinsi tahun anggaran 2016 sebesar Rp10,082 miliar dan APBD Kabupaten Karanganyar di tahun anggaran yang sama sebesar Rp4,9 miliar.

Pasar tersebut menampung 161 kios nonbuah, 17 kios buah dan 512 los lapak. Saat mengunjungi pasar Matesih dan berdialog dengan pedagang, Rabu (1/8/2018), Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP mengingatkan agar pedagang menjaga kebersihan. "Dijaga ben resik. Nek resik sing dodolan nyaman, sing tuku seneng," pintanya

Selain mengingatkan soal kebersihan, orang nomor satu di Jateng itu juga memberi saran agar para pedagang membentuk paguyuban. Gubernur meminta dibentuk paguyuban pedagang pasar. Tujuannya agar apabila ada masalah, bisa difasilitasi paguyuban untuk berkomunikasi, baik dengan kepala pasar, dinas pasar, pemkab maupun pemprov.

Setelah dari Pasar Matesih, Ganjar menuju Embung Dungdo yang terletak di Desa Kwangsan, Kecamatan Jumapolo Karanganyar. Embung berkapasitas 300 m3 air tersebut sudah direhabilitasi dengan dana APBD provinsi sebesar Rp1,25 miliar, dan dana pendamping Rp20 juta. 

Saat musim kemarau seperti sekarang ini, embung hampir kering. Petani pun mengeluhkan kekurangan air untuk lahan pertaniannya. Keluhan direspon gubernur dengan menanyakan, bagaimana mereka menerapkan masa tanam.

Salah satu petani bernama Harto Sugi mengatakan, sebagian besar masih menerapkan pola tanam padi, pari, pantun. Artinya, dalam tiga kali masa tanam, petani menanam padi. 

Senada dengan Harto, Ketua P3A, Paimin Lurah mengusulkan pembuatan Bendung Kleco. Bendungan itu berdekatan dengan Bendung Dungdo. Ketika nanti air masuk ke Bendungan Kleco, bisa dibagi keempat kelurahan yang membutuhkan. 

Usulan yang disampaikan Paimin, diminta Ganjar diwujudkan dengan pengajuan tertulis ke Pemprov Jateng. Selanjutnya pihaknya akan berkoordinasi dengan bupati.

"Coba ndamel usulan tertulis, kalih gambar. Mangke tak rembugan kalih Pak Bupati. Kira-kira nek masyarakat petani butuhe ngoten, saged, yo digawekke," katanya.

Namun, Ganjar mensyaratkan agar pola tanam yang disarankan penyuluh, dilaksanakan. Sebab, jika padi ditanam dalam tiga kali masa tanam, rentan puso ketika musim kering dan tidak bisa memutus hama.

"Njenengan mengko manut kalih penyuluh. Pola taname diganti. Nek padi pari pantun niku, lemahe bengep. Banyune mesti  kurang. Sing sae padi pari palawija," sarannya
(Rita/Puji/Humas Jateng)

 

Baca juga : Ganjar Yakin Teknologi Organik Mampu Majukan Pertanian Jateng


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu