Follow Us :              

Ini Alasan Perayaan Hari Jadi Jateng Digilir di Daerah

  16 August 2018  |   16:00:00  |   dibaca : 260 
Kategori :
Bagikan :


Ini Alasan Perayaan Hari Jadi Jateng Digilir di Daerah

16 August 2018 | 16:00:00 | dibaca : 260
Kategori :
Bagikan :

Foto : (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : (Humas Jateng)

SEMARANG – Sejak Gubernur Jawa Tengah dijabat oleh H Ganjar Pranowo SH MIP, pusat perayaan Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah selalu digilir ke kabupaten/kota lain selain Kota Semarang. Pada perayaan HUT ke-68 Provinsi Jawa Tengah tahun ini dipusatkan di Kabupaten Pemalang.

Menurut Ganjar pemusatan perayaan Hari Jadi dengan sistem digilir ini tidak hanya sebagai bentuk apresiasi dari Pemprov Jateng kepada masyarakat Pemalang namun juga untuk memunculkan keramaian-keramaian baru di daerah-daerah yang bisa mendongkrak perekonomian rakyat. Sehingga masyarakat tidak lagi beranggapan bahwa Jawa Tengah hanya milik Kota Semarang akan tetapi dimiliki oleh 35 kabupaten/kota di wilayah Jawa Tengah.

“Kenapa pindah-pindah agar semua bisa merasakan bahwa keramaian-keramaian itu juga bisa ditempat saya. Nah saya itu rakyat-rakyat, maka kemudian mereka akan merasa, oh hadir koq, oh datang koq, oh bisa lho disini,” katanya saat menjadi narasumber dalam acara dialog interaktif yang disiarkan langsung oleh Radio Elshinta di Gedung DPRD Jawa Tengah, Kamis (16/8/2018).

Ganjar mengatakan pemilihan Kabupaten Pemalang sebagai tuan rumah perayaan HUT Provinsi Jawa Tengah di tahun ini tidak terlepas dari masyarakat pemalang karena perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di desa-desa sudah sangat berkembang pesat dibanding daerah lain. Sehingga ketika warga Pemalang mengetahui akan menjadi tuan rumah, mereka langsung mengeluarkan seluruh potensi yang ada baik itu desa wisata, panganan, hingga kreatifitas anak muda di sana.

“Catatan saya kenapa Pemalang terpilih. Saya ini terkesima karena saya pernah kunjungan ke Pemalang, kunjungan kerja biasa saja, saya bilang mau tidur di desa dan jawabannya hanya dengan hastag #ganjarkepemalang bisa jadi trending topik nasional. Dan itu digerakkan oleh orang desa,” ujarnya.

Ketua DPRD Jawa Tengah Rukma Setyabudi mengatakan kebijakan Ganjar menggilir pusat perayaan Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah yang sebelumnya selalu dipusatkan di Kota Semarang patut mendapat apresiasi dan acungan jempol. Menurutnya, hal ini memberikan kesempatan bagi daerah-daerah lain untuk mengembangkan dan memunculkan potensi-potensi di daerah tersebut.

Hal ini juga merupakan peran pemprov dalam memberikan fasilitas dan motivasi bagi masyarakat untuk lebih kreatif dengan menciptakan berbagai inovasi dan kreasi yang bisa dilirik oleh pengunjung dari luar daerah, sehingga perekonomian kerakyatannya bisa ditingkatkan.

“Peran pemerintah provinsi itu hanya fasilitator saja, kita fasilitasi ternyata dengan itu terbukti potensi-potensi yang ada muncul semua dalam segala bidang. Artinya ditiap-tiap ulang tahun yang digilir ke kota-kota yang lain, itu pun akan terjadi yang sama,” katanya.

Sementara itu, Budayawan Prie GS mengatakan ide pemprov Jateng yang menggilir pusat perayaan Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah ini merupakan sebuah penegasan tentang kultur Jawa yaitu paguyuban. Di mana dalam paguyuban tersebut adalah membagi atensi kepada daerah-daerah lain tidak hanya satu daerah saja. Dengan atensi yang diberikan oleh Pemprov, masyarakat akan merasa bahwa pemerintah hadir tengah-tengah masyarakat.

Sebetulnya ini hanya untuk menegaskan tentang kultur Jawa yang ada dua, satu paguyuban dan kedua patembayan. Kita lebih ke paguyuban yang intinya ada rembug dirembug ada bati didum. Jadi ini kan dum-duman atensi kepada daerah-daerah itu. Jadi untuk membuat menderita seorang itu tidak perlu dijahati cukup tidak diperhatikan saja, sama halnya dengan daerah,” terangnya.

Perayaan HUT ke-68 Provinsi Jawa Tengah akan dimeriahkan dengan Pesta Rakyat yang akan dipusatkan di Pantai Widuri Pemalang selama tiga hari mulai tanggal 18-20 Agustus 2018. Pesta Rakyat ini akan diisi dengan berbagai kegiatan yang dapat dinikmati oleh warga Jawa tengah dan masyarakat Indonesia pada umumnya secara gratis, seperti Festival Dolanan Anak, Zona Pitulasan, Lomba macapat, Lomba Dongeng, Lomba Geguritan, Lomba Desain Batik, Forda Lomba 3 On 3 Basket, Sepeda Santai, Pemalang Night Run,Perform Band Lokal Musik 3 Jaman, Pemalang Bergoyang, dan Event Komunitas pada hari Sabtu 18 Agustus 2018.

Di hari kedua, Minggu (19/8) juga digelar serangkaian kegiatan seperti Senam Pagi, Jalan Santai, Exhibition Tae kwon do, Panjat Tebing, Panjat Pinang, Free Style Motor, Lomba Desain Layang-layang, Bhakti sosial, Job Fair, Pentas Artis Single Nasional, Pentas Band Nasional, Pesta Kembang Api, Dekranada Karnival, Gelar Industri Kreatif, dan Jateng Bersholawat. Sedangkan di hari ketiga, Senin (20/8) akan dilaksanakan Seminar, Parade Seni dan Budaya Jateng, dan Penutupan Pesta Rakyat Jateng 2018 yang dimeriahkan oleh artis Ibukota seperti, Seventeen dan Virzha.

(Kukuh/Puji/Humas Jateng)

 

Baca jugaModal Sosial Perlu Dirawat


Bagikan :

SEMARANG – Sejak Gubernur Jawa Tengah dijabat oleh H Ganjar Pranowo SH MIP, pusat perayaan Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah selalu digilir ke kabupaten/kota lain selain Kota Semarang. Pada perayaan HUT ke-68 Provinsi Jawa Tengah tahun ini dipusatkan di Kabupaten Pemalang.

Menurut Ganjar pemusatan perayaan Hari Jadi dengan sistem digilir ini tidak hanya sebagai bentuk apresiasi dari Pemprov Jateng kepada masyarakat Pemalang namun juga untuk memunculkan keramaian-keramaian baru di daerah-daerah yang bisa mendongkrak perekonomian rakyat. Sehingga masyarakat tidak lagi beranggapan bahwa Jawa Tengah hanya milik Kota Semarang akan tetapi dimiliki oleh 35 kabupaten/kota di wilayah Jawa Tengah.

“Kenapa pindah-pindah agar semua bisa merasakan bahwa keramaian-keramaian itu juga bisa ditempat saya. Nah saya itu rakyat-rakyat, maka kemudian mereka akan merasa, oh hadir koq, oh datang koq, oh bisa lho disini,” katanya saat menjadi narasumber dalam acara dialog interaktif yang disiarkan langsung oleh Radio Elshinta di Gedung DPRD Jawa Tengah, Kamis (16/8/2018).

Ganjar mengatakan pemilihan Kabupaten Pemalang sebagai tuan rumah perayaan HUT Provinsi Jawa Tengah di tahun ini tidak terlepas dari masyarakat pemalang karena perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di desa-desa sudah sangat berkembang pesat dibanding daerah lain. Sehingga ketika warga Pemalang mengetahui akan menjadi tuan rumah, mereka langsung mengeluarkan seluruh potensi yang ada baik itu desa wisata, panganan, hingga kreatifitas anak muda di sana.

“Catatan saya kenapa Pemalang terpilih. Saya ini terkesima karena saya pernah kunjungan ke Pemalang, kunjungan kerja biasa saja, saya bilang mau tidur di desa dan jawabannya hanya dengan hastag #ganjarkepemalang bisa jadi trending topik nasional. Dan itu digerakkan oleh orang desa,” ujarnya.

Ketua DPRD Jawa Tengah Rukma Setyabudi mengatakan kebijakan Ganjar menggilir pusat perayaan Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah yang sebelumnya selalu dipusatkan di Kota Semarang patut mendapat apresiasi dan acungan jempol. Menurutnya, hal ini memberikan kesempatan bagi daerah-daerah lain untuk mengembangkan dan memunculkan potensi-potensi di daerah tersebut.

Hal ini juga merupakan peran pemprov dalam memberikan fasilitas dan motivasi bagi masyarakat untuk lebih kreatif dengan menciptakan berbagai inovasi dan kreasi yang bisa dilirik oleh pengunjung dari luar daerah, sehingga perekonomian kerakyatannya bisa ditingkatkan.

“Peran pemerintah provinsi itu hanya fasilitator saja, kita fasilitasi ternyata dengan itu terbukti potensi-potensi yang ada muncul semua dalam segala bidang. Artinya ditiap-tiap ulang tahun yang digilir ke kota-kota yang lain, itu pun akan terjadi yang sama,” katanya.

Sementara itu, Budayawan Prie GS mengatakan ide pemprov Jateng yang menggilir pusat perayaan Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah ini merupakan sebuah penegasan tentang kultur Jawa yaitu paguyuban. Di mana dalam paguyuban tersebut adalah membagi atensi kepada daerah-daerah lain tidak hanya satu daerah saja. Dengan atensi yang diberikan oleh Pemprov, masyarakat akan merasa bahwa pemerintah hadir tengah-tengah masyarakat.

Sebetulnya ini hanya untuk menegaskan tentang kultur Jawa yang ada dua, satu paguyuban dan kedua patembayan. Kita lebih ke paguyuban yang intinya ada rembug dirembug ada bati didum. Jadi ini kan dum-duman atensi kepada daerah-daerah itu. Jadi untuk membuat menderita seorang itu tidak perlu dijahati cukup tidak diperhatikan saja, sama halnya dengan daerah,” terangnya.

Perayaan HUT ke-68 Provinsi Jawa Tengah akan dimeriahkan dengan Pesta Rakyat yang akan dipusatkan di Pantai Widuri Pemalang selama tiga hari mulai tanggal 18-20 Agustus 2018. Pesta Rakyat ini akan diisi dengan berbagai kegiatan yang dapat dinikmati oleh warga Jawa tengah dan masyarakat Indonesia pada umumnya secara gratis, seperti Festival Dolanan Anak, Zona Pitulasan, Lomba macapat, Lomba Dongeng, Lomba Geguritan, Lomba Desain Batik, Forda Lomba 3 On 3 Basket, Sepeda Santai, Pemalang Night Run,Perform Band Lokal Musik 3 Jaman, Pemalang Bergoyang, dan Event Komunitas pada hari Sabtu 18 Agustus 2018.

Di hari kedua, Minggu (19/8) juga digelar serangkaian kegiatan seperti Senam Pagi, Jalan Santai, Exhibition Tae kwon do, Panjat Tebing, Panjat Pinang, Free Style Motor, Lomba Desain Layang-layang, Bhakti sosial, Job Fair, Pentas Artis Single Nasional, Pentas Band Nasional, Pesta Kembang Api, Dekranada Karnival, Gelar Industri Kreatif, dan Jateng Bersholawat. Sedangkan di hari ketiga, Senin (20/8) akan dilaksanakan Seminar, Parade Seni dan Budaya Jateng, dan Penutupan Pesta Rakyat Jateng 2018 yang dimeriahkan oleh artis Ibukota seperti, Seventeen dan Virzha.

(Kukuh/Puji/Humas Jateng)

 

Baca jugaModal Sosial Perlu Dirawat


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu