Follow Us :              

Ciptakan Generasi Cemerlang Tak Hanya Dari Ruang Kelas

  16 September 2018  |   13:00:00  |   dibaca : 532 
Kategori :
Bagikan :


Ciptakan Generasi Cemerlang Tak Hanya Dari Ruang Kelas

16 September 2018 | 13:00:00 | dibaca : 532
Kategori :
Bagikan :

Foto : (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : (Humas Jateng)

DEMAK - Pendidikan Indonesia kedepan harus mampu mencetak lulusan yang memiliki keahlian dan keterampilan yang dibutuhkan di era masa depan. Selain itu, Indonesia butuh generasi cerdas, yakni orang yang mampu beradaptasi, menguasai teknologi, serta punya perilaku yang baik.

Hal itu terungkap pada Stadium General Universitas Sultan Fatah (Unisfat) Demak tahun akademik 2018/2019 di Pendapa Pemkab Demak, Minggu (16/9/2018). Hadir sebagai narasumber dalam Kuliah umum bertema "Revolusi Mental di Era Disrupsi" itu,  Wakil Gubernur Jawa Tengah H Taj Yasin Maimoen dan pakar pendidikan vokasi Universitas Negeri Semarang Prof Dr Joko Widodo MPd. Hadir pula Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Demak Drs Anjar Gunadi MPd, Rektor Unisfat Dra Suemi MSi, serta puluhan mahasiswa Unisfat.

Profesor Dr Joko Widodo dalam paparannya menjelaskan, jumlah pengangguran di Indonesia cukup tinggi. Kondisi tersebut terjadi salah satunya karena sebagian besar sumber daya manusia yang ada tidak berkompetensi. Karenanya Indonesia butuh generasi cerdas, yakni orang yang mampu beradaptasi, menguasai teknologi, serta punya perilaku yang baik.

"Dan kecerdasan dibentuk dari proses pendidikan.Bagaimana menyiapkan generasi muda menjadi orang yang produktif dan bertanggungjawab pada diri sendiri dan bagi masyarakat," bebernya.

Menurutnya, kedepan pendidikan harus mampu mencetak lulusan yang memiliki keahlian dan keterampilan yang dibutuhkan di era masa depan. Maka tugas satuan pendidikan formal dan nonformal menerapkan proses pendidikan secara benar dan tepat.

"Mengapa pendidikan, karena menurut saya tidak ada cara lain karena teknologi itu bisa dikembangkan bisa ditransformasikan melalui pendidikan," terangnya.

Joko meminta supaya masyarakat  jangan mendeskripsikan pendidikan dibatasi oleh "pagar sekolahan atau tembok kelas", pendidikan itu bisa berproses di dalam kelas maupun di luar kelas. Sehingga ke depan Indonesia mempunyai harapan luar biasa dari proses pendidikan di Indonesia.

Diantaranya mampu memanfaatkan bonus demografi di tahun 2045 atau tepat pada 100 tahun Kemerdekaan RI. Indonesia bisa menggerakkan diri  menjadi negara super power atau paling tidak menjadi 'Macannya Asia' seperti di era tahun 1990-an. Semua itu tergantung proses pendidikan dan tergantung pelajar dan mahasiswa yang saat ini mengikuti pendidikan.

"Jika kita tidak bisa memanfaatkan bonus demografi yang terjadi adalah bencana demografi, dimana jumlah penduduk yang besar menjadi beban ekonomi bangsa," terangnya.

Sementara itu, Taj Yasin menyebutkan, untuk menciptakan generasi cemerlang di masa depan, orang tidak hanya masuk perguruan tinggi atau ruang kelas, tapi lebih dari itu adalah semangat belajar, mengasah keterampilan dan keahlian diri. Selain itu, pada era serba digital ini, ilmu agama tidak kalah penting karena dibutuhkan dan agama selaras dengan perkembangan zaman.

Di era digital bisa kita ambil manfaat atau tidaknya tergantung dari diri kita sebagai contoh beberapa bisnis yang sekarang berkembang sebenarnya hanya sistem yang dikembangkan dan lebih canggih. Contohnya pemilik Facebook sambil duduk manis di rumah membuat sistem digital dan digunakan oleh hampir seluruh dunia. Selain itu bisnis ojek kini dikelola dengan sistem online.

"Saya mengajak masyarakat Jawa Tengah, ayo kita pelajari digital, terlebih di lembaga pendidikan karena sektor pendidikan mungkin ke depan sekolah tidak lagi memiliki tempat tetapi mempunyai siswa-siswi serta mahasiswa banyak dengan penyampaian materi pelajaran secara online," terangnya.

Menciptakan generasi cerdas dan berakhak baik tidak lepas dari revolusi atau memperbaiki mental. Bahkan tidak hanya di level mahasiswa atau pelajar, tetapi kita revolusi sampai ke instansi-instansi pemerintah.

"Kita ingin memperbaiki bareng-bareng supaya menjadi insan yang jujur. Kalau kejujuran itu sudah ada, Insya Allah apa mulai dari kehakiman, kejaksaan, polisi sampai ke KPK tidak lagi bekerja keras mengawasi diri kita. Sebab revolusi mental itu sudah kita implementasikan di hati kita masing-masing sehingga mental akan menjadi tangguh," bebernya.
(Marni/Puji/Humas Jateng)

 

Baca juga : Tawadhu dan Toleransi, Kekuatan di Tengah Era Global


Bagikan :

DEMAK - Pendidikan Indonesia kedepan harus mampu mencetak lulusan yang memiliki keahlian dan keterampilan yang dibutuhkan di era masa depan. Selain itu, Indonesia butuh generasi cerdas, yakni orang yang mampu beradaptasi, menguasai teknologi, serta punya perilaku yang baik.

Hal itu terungkap pada Stadium General Universitas Sultan Fatah (Unisfat) Demak tahun akademik 2018/2019 di Pendapa Pemkab Demak, Minggu (16/9/2018). Hadir sebagai narasumber dalam Kuliah umum bertema "Revolusi Mental di Era Disrupsi" itu,  Wakil Gubernur Jawa Tengah H Taj Yasin Maimoen dan pakar pendidikan vokasi Universitas Negeri Semarang Prof Dr Joko Widodo MPd. Hadir pula Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Demak Drs Anjar Gunadi MPd, Rektor Unisfat Dra Suemi MSi, serta puluhan mahasiswa Unisfat.

Profesor Dr Joko Widodo dalam paparannya menjelaskan, jumlah pengangguran di Indonesia cukup tinggi. Kondisi tersebut terjadi salah satunya karena sebagian besar sumber daya manusia yang ada tidak berkompetensi. Karenanya Indonesia butuh generasi cerdas, yakni orang yang mampu beradaptasi, menguasai teknologi, serta punya perilaku yang baik.

"Dan kecerdasan dibentuk dari proses pendidikan.Bagaimana menyiapkan generasi muda menjadi orang yang produktif dan bertanggungjawab pada diri sendiri dan bagi masyarakat," bebernya.

Menurutnya, kedepan pendidikan harus mampu mencetak lulusan yang memiliki keahlian dan keterampilan yang dibutuhkan di era masa depan. Maka tugas satuan pendidikan formal dan nonformal menerapkan proses pendidikan secara benar dan tepat.

"Mengapa pendidikan, karena menurut saya tidak ada cara lain karena teknologi itu bisa dikembangkan bisa ditransformasikan melalui pendidikan," terangnya.

Joko meminta supaya masyarakat  jangan mendeskripsikan pendidikan dibatasi oleh "pagar sekolahan atau tembok kelas", pendidikan itu bisa berproses di dalam kelas maupun di luar kelas. Sehingga ke depan Indonesia mempunyai harapan luar biasa dari proses pendidikan di Indonesia.

Diantaranya mampu memanfaatkan bonus demografi di tahun 2045 atau tepat pada 100 tahun Kemerdekaan RI. Indonesia bisa menggerakkan diri  menjadi negara super power atau paling tidak menjadi 'Macannya Asia' seperti di era tahun 1990-an. Semua itu tergantung proses pendidikan dan tergantung pelajar dan mahasiswa yang saat ini mengikuti pendidikan.

"Jika kita tidak bisa memanfaatkan bonus demografi yang terjadi adalah bencana demografi, dimana jumlah penduduk yang besar menjadi beban ekonomi bangsa," terangnya.

Sementara itu, Taj Yasin menyebutkan, untuk menciptakan generasi cemerlang di masa depan, orang tidak hanya masuk perguruan tinggi atau ruang kelas, tapi lebih dari itu adalah semangat belajar, mengasah keterampilan dan keahlian diri. Selain itu, pada era serba digital ini, ilmu agama tidak kalah penting karena dibutuhkan dan agama selaras dengan perkembangan zaman.

Di era digital bisa kita ambil manfaat atau tidaknya tergantung dari diri kita sebagai contoh beberapa bisnis yang sekarang berkembang sebenarnya hanya sistem yang dikembangkan dan lebih canggih. Contohnya pemilik Facebook sambil duduk manis di rumah membuat sistem digital dan digunakan oleh hampir seluruh dunia. Selain itu bisnis ojek kini dikelola dengan sistem online.

"Saya mengajak masyarakat Jawa Tengah, ayo kita pelajari digital, terlebih di lembaga pendidikan karena sektor pendidikan mungkin ke depan sekolah tidak lagi memiliki tempat tetapi mempunyai siswa-siswi serta mahasiswa banyak dengan penyampaian materi pelajaran secara online," terangnya.

Menciptakan generasi cerdas dan berakhak baik tidak lepas dari revolusi atau memperbaiki mental. Bahkan tidak hanya di level mahasiswa atau pelajar, tetapi kita revolusi sampai ke instansi-instansi pemerintah.

"Kita ingin memperbaiki bareng-bareng supaya menjadi insan yang jujur. Kalau kejujuran itu sudah ada, Insya Allah apa mulai dari kehakiman, kejaksaan, polisi sampai ke KPK tidak lagi bekerja keras mengawasi diri kita. Sebab revolusi mental itu sudah kita implementasikan di hati kita masing-masing sehingga mental akan menjadi tangguh," bebernya.
(Marni/Puji/Humas Jateng)

 

Baca juga : Tawadhu dan Toleransi, Kekuatan di Tengah Era Global


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu