Follow Us :              

Merenungkan Kembali Makna Pancasila

  01 October 2018  |   07:00:00  |   dibaca : 2740 
Kategori :
Bagikan :


Merenungkan Kembali Makna Pancasila

01 October 2018 | 07:00:00 | dibaca : 2740
Kategori :
Bagikan :

Foto : Handy (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Handy (Humas Jateng)

SEMARANG - Upacara yang diikuti segenap aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, dan BPKAD Provinsi Jawa Tengah Senin pagi (1/10/2018) begitu istimewa di mata Gubernur Jawa Tengah H. Ganjar Pranowo SH MIP. Pada momentum Hari Kesaktian Pancasila itu, para peserta upacara merenungkan kembali makna Pancasila sebagai falsafah dan ideologi negara yang lahir berkat perjuangan seluruh elemen bangsa.

"Upacara hari ini sederhana, tetapi istimewa. Kembali ada pernyataan sikap loyalitas kepada ideologi bangsa dan negara, yaitu Pancasila dan itu dinyatakan oleh peserta upacara. Maksud saya agar semua memahami betul Pancasila lahir tidak begitu saja, tetapi dengan perjuangan, kompromi dan negosiasi yang tidak mudah, dan penerimaan semua kelompok  kalangan. Maka tugas kita adalah merawat dan melestarikan ini," tegas Gubernur Ganjar Pranowo saat memimpin Upacara Hari Peringatan Kesaktian Pancasila Tahun 2018 di Halaman Kantor Gubernur.

Orang nomor satu di Jawa Tengah itu menandaskan, Pancasila menjadi alat deteksi dini ketika muncul ancaman terhadap keutuhan bangsa. Agar NKRI senantiasa kokoh berdiri, Ganjar meminta masyarakat benar-benar mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Pihaknya mencontohkan, sila kedua Pancasila merujuk pada solidaritas masyarakat, seperti ketika diuji bencana.

"Pengamalan sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab, hari ini kita ada bencana di beberapa tempat, maka solidaritas dan rasa kemanusiaan dibangun. Di samping itu, juga membangun welas asih dalam relasi sosial dengan masyarakat," contohnya.

Kepada generasi millenial, alumnus UGM itu berpesan agar nilai-nilai Pancasila benar-benar diinternalisasi dalam pola pikir, sikap, dan perilaku mereka. Ganjar bahagia, ketika ada kaum muda yang peduli dengan lansia yang tinggal di panti jompo. Mereka merawat, memberikan perhatian, dan mendengarkan curahan hati para lansia. Menurut Ganjar, tindakan positif kaum muda itu adalah wujud merawat nilai-nilai Pancasila.

"Saya kira sila-sila Pancasila itu kita terjemahkan dalam pola pikir, sikap, dan perilaku. Saya cukup terenyuh dan bangga ketika anak-anak SMA mereka belajar budi pekerti. Mereka tinggal di panti jompo, kemudian merawat dan mengobrol dengan orang tua yang tidak berdaya. Menurut saya, itu cara yang paling konkrit agar mereka ikut merasakan dan bertindak (merawat Pancasila)," pungkasnya.
(Arifa/Puji/Humas Jateng)

 

Baca juga : Jangan Ada “Kanan Pol” dan “Kiri Pol”


Bagikan :

SEMARANG - Upacara yang diikuti segenap aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, dan BPKAD Provinsi Jawa Tengah Senin pagi (1/10/2018) begitu istimewa di mata Gubernur Jawa Tengah H. Ganjar Pranowo SH MIP. Pada momentum Hari Kesaktian Pancasila itu, para peserta upacara merenungkan kembali makna Pancasila sebagai falsafah dan ideologi negara yang lahir berkat perjuangan seluruh elemen bangsa.

"Upacara hari ini sederhana, tetapi istimewa. Kembali ada pernyataan sikap loyalitas kepada ideologi bangsa dan negara, yaitu Pancasila dan itu dinyatakan oleh peserta upacara. Maksud saya agar semua memahami betul Pancasila lahir tidak begitu saja, tetapi dengan perjuangan, kompromi dan negosiasi yang tidak mudah, dan penerimaan semua kelompok  kalangan. Maka tugas kita adalah merawat dan melestarikan ini," tegas Gubernur Ganjar Pranowo saat memimpin Upacara Hari Peringatan Kesaktian Pancasila Tahun 2018 di Halaman Kantor Gubernur.

Orang nomor satu di Jawa Tengah itu menandaskan, Pancasila menjadi alat deteksi dini ketika muncul ancaman terhadap keutuhan bangsa. Agar NKRI senantiasa kokoh berdiri, Ganjar meminta masyarakat benar-benar mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Pihaknya mencontohkan, sila kedua Pancasila merujuk pada solidaritas masyarakat, seperti ketika diuji bencana.

"Pengamalan sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab, hari ini kita ada bencana di beberapa tempat, maka solidaritas dan rasa kemanusiaan dibangun. Di samping itu, juga membangun welas asih dalam relasi sosial dengan masyarakat," contohnya.

Kepada generasi millenial, alumnus UGM itu berpesan agar nilai-nilai Pancasila benar-benar diinternalisasi dalam pola pikir, sikap, dan perilaku mereka. Ganjar bahagia, ketika ada kaum muda yang peduli dengan lansia yang tinggal di panti jompo. Mereka merawat, memberikan perhatian, dan mendengarkan curahan hati para lansia. Menurut Ganjar, tindakan positif kaum muda itu adalah wujud merawat nilai-nilai Pancasila.

"Saya kira sila-sila Pancasila itu kita terjemahkan dalam pola pikir, sikap, dan perilaku. Saya cukup terenyuh dan bangga ketika anak-anak SMA mereka belajar budi pekerti. Mereka tinggal di panti jompo, kemudian merawat dan mengobrol dengan orang tua yang tidak berdaya. Menurut saya, itu cara yang paling konkrit agar mereka ikut merasakan dan bertindak (merawat Pancasila)," pungkasnya.
(Arifa/Puji/Humas Jateng)

 

Baca juga : Jangan Ada “Kanan Pol” dan “Kiri Pol”


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu