Follow Us :              

Kampung Mural, Kampung Yang Kini Tak Lagi Suram

  03 January 2019  |   13:00:00  |   dibaca : 1759 
Kategori :
Bagikan :


Kampung Mural, Kampung Yang Kini Tak Lagi Suram

03 January 2019 | 13:00:00 | dibaca : 1759
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

"Warga swadaya urunan sendiri, aku mengko yo tak melu urunan (Warga swadaya iuran sendiri, saya nanti ya ikut iuran)." Itulah janji Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo kepada ratusan warga Kampung Pancuran, Kelurahan Kutowinangun Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga saat melakukan roadshow sehari, Kamis (3/1/2018) siang.

Menurutnya, semangat dan motivasi untuk mengubah citra masyarakat negatif menjadi positif menjadi kampung yang dahulu dikenal sebagai kampung preman, kampung yang murah, menjadi kampung mural dan bermoral.

Dikarenakan sering terjadi perkelahian dan tawuran di kawasan ini, sehingga bisa dikatakan menjadi kampung yang rawan dengan tindak kriminal. Namun citra tersebut perlahan menghilang dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Kampung itu pun kini lebih dikenal dengan sebutan Kampung Mural.

"Dulu, kampung sini seram. Dulu kumuh, sekarang jadi bersih, dan dihiasi lukisan mural. Patut menjadi contoh kampung-kampung lain di Jawa Tengah. Antar kampung di Jateng layak untuk saling belajar," katanya.

Saat tiba di Kampung Mural itu, Ganjar juga mengamati mural pahlawan, pesan-pesan Presiden RI Sukarno dan berkesempatan membubuhkan cat terakhir dan menandatangani lukisan pelajar yang dibuat oleh seniman Kampung Mural, Kristiawan (38) dan Ari Ateng (41).

Ganjar juga dijamu makan siang dengan menu Nasi Tumpang khas Kota Salatiga di kediaman Ketua RW IV Budi Sutrisno. Setelah itu, Ganjar juga menyempatkan diri melihat sumber mata air yang tidak pernah kering meskipun musim kemarau panjang tiba.

Kepada warga Kampung Mural, Ganjar berpesan agar mereka tetap menjaga kebersihan dan mengurangi penggunaan plastik. Salah satunya ketika bepergian, membawa botol air minum sendiri atau gembes seperti yang dia lakukan setiap hari.

Budi Sutrisno mengakui, Kampung Mural pada zaman dahulu memang dikenal sebagai kampungnya para preman. Perubahan menjadi Kampung Mural dan Bermoral itu atas motivasi masyarakat yang menginginkan perubahan.

"Kami berharap, Pak Ganjar bisa membantu agar pembuatan mural bisa keseluruhan. Kami juga butuh anggaran untuk membayar lahan mata air agar menjadi milik masyarakat yang saat ini masih menjadi milik pribadi. Meski airnya boleh untuk warga. Akan kami buat juga ruang publik, ukurannya 2x3 meter," ujarnya.

Dari pantauan, berbagai lukisan dengan beragam tema ada di kampung itu. Diantaranya adalah gambar yang menggambarkan sejarah Indonesia dan tokoh-tokoh asal Kota Salatiga. Hampir setiap sudut kampung mural ini cocok sekali untuk berfoto-foto, untuk stok konten di Instagram alias instaworthy. Tidak hanya lukisan dua dimensi, tetapi juga lukisan tiga dimensi.

Atraksi menarik lainnya yang bisa ditemui di Kampung Mural adalah wisata religi di makam Mbah Nyai Kopek, seni budaya drumblek khas Salatiga, teklek, kursus menjahit, musik religi kasidah, taman baca, dan lainnya. Terdapat pula industri kecil karak dan abon, vertical garden, kebun sayur, budidaya ikan, shelter sungai, dan jembatan bertema.

 

Baca juga : Ganjar Yakin Teknologi Organik Mampu Majukan Pertanian Jateng


Bagikan :

"Warga swadaya urunan sendiri, aku mengko yo tak melu urunan (Warga swadaya iuran sendiri, saya nanti ya ikut iuran)." Itulah janji Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo kepada ratusan warga Kampung Pancuran, Kelurahan Kutowinangun Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga saat melakukan roadshow sehari, Kamis (3/1/2018) siang.

Menurutnya, semangat dan motivasi untuk mengubah citra masyarakat negatif menjadi positif menjadi kampung yang dahulu dikenal sebagai kampung preman, kampung yang murah, menjadi kampung mural dan bermoral.

Dikarenakan sering terjadi perkelahian dan tawuran di kawasan ini, sehingga bisa dikatakan menjadi kampung yang rawan dengan tindak kriminal. Namun citra tersebut perlahan menghilang dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Kampung itu pun kini lebih dikenal dengan sebutan Kampung Mural.

"Dulu, kampung sini seram. Dulu kumuh, sekarang jadi bersih, dan dihiasi lukisan mural. Patut menjadi contoh kampung-kampung lain di Jawa Tengah. Antar kampung di Jateng layak untuk saling belajar," katanya.

Saat tiba di Kampung Mural itu, Ganjar juga mengamati mural pahlawan, pesan-pesan Presiden RI Sukarno dan berkesempatan membubuhkan cat terakhir dan menandatangani lukisan pelajar yang dibuat oleh seniman Kampung Mural, Kristiawan (38) dan Ari Ateng (41).

Ganjar juga dijamu makan siang dengan menu Nasi Tumpang khas Kota Salatiga di kediaman Ketua RW IV Budi Sutrisno. Setelah itu, Ganjar juga menyempatkan diri melihat sumber mata air yang tidak pernah kering meskipun musim kemarau panjang tiba.

Kepada warga Kampung Mural, Ganjar berpesan agar mereka tetap menjaga kebersihan dan mengurangi penggunaan plastik. Salah satunya ketika bepergian, membawa botol air minum sendiri atau gembes seperti yang dia lakukan setiap hari.

Budi Sutrisno mengakui, Kampung Mural pada zaman dahulu memang dikenal sebagai kampungnya para preman. Perubahan menjadi Kampung Mural dan Bermoral itu atas motivasi masyarakat yang menginginkan perubahan.

"Kami berharap, Pak Ganjar bisa membantu agar pembuatan mural bisa keseluruhan. Kami juga butuh anggaran untuk membayar lahan mata air agar menjadi milik masyarakat yang saat ini masih menjadi milik pribadi. Meski airnya boleh untuk warga. Akan kami buat juga ruang publik, ukurannya 2x3 meter," ujarnya.

Dari pantauan, berbagai lukisan dengan beragam tema ada di kampung itu. Diantaranya adalah gambar yang menggambarkan sejarah Indonesia dan tokoh-tokoh asal Kota Salatiga. Hampir setiap sudut kampung mural ini cocok sekali untuk berfoto-foto, untuk stok konten di Instagram alias instaworthy. Tidak hanya lukisan dua dimensi, tetapi juga lukisan tiga dimensi.

Atraksi menarik lainnya yang bisa ditemui di Kampung Mural adalah wisata religi di makam Mbah Nyai Kopek, seni budaya drumblek khas Salatiga, teklek, kursus menjahit, musik religi kasidah, taman baca, dan lainnya. Terdapat pula industri kecil karak dan abon, vertical garden, kebun sayur, budidaya ikan, shelter sungai, dan jembatan bertema.

 

Baca juga : Ganjar Yakin Teknologi Organik Mampu Majukan Pertanian Jateng


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu