Follow Us :              

Haul Gus Dur, Ganjar dan Yenny Wahid Long March di Bawah Hujan

  23 February 2019  |   13:00:00  |   dibaca : 601 
Kategori :
Bagikan :


Haul Gus Dur, Ganjar dan Yenny Wahid Long March di Bawah Hujan

23 February 2019 | 13:00:00 | dibaca : 601
Kategori :
Bagikan :

Foto : Vivi (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Vivi (Humas Jateng)

SOLO - Hujan deras yang mengguyur Kota Solo pada Sabtu (23/2/2019) tidak menyurutkan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo untuk mengikuti kirab Haul ke-9 KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur. Di bawah guyuran hujan, Ganjar berjalan kaki dari Stadion Manahan menuju Stadion Sriwedari Solo untuk meramaikan acara itu.

Bersama putri Gus Dur, Yenny Wahid, Ganjar long march di bawah guyuran hujan sejauh 3 kilometer. Bersama Banser dan lima penyandang disabilitas yang diajak, Ganjar menyapa warga yang ada di kiri kanan jalan.

Masyarakat yang awalnya berteduh kemudian ikut serta dalam barisan. Dia mengerumuni Ganjar untuk berfoto bersama dan berjalan menuju Sri Wedari. "Pak selfie dulu pak, ganteng banget masya Allah," kata warga.

Kirab Haul Gus Dur bertema "Berjuta Warna Satu Jiwa" tersebut diikuti oleh ribuan orang dari Solo dan sekitarnya. Tak hanya masyarakat muslim, peserta kirab juga terdiri dari berbagai entitas suku, agama dan ras. Mereka bersatu untuk memperingati sembilan tahun meninggalnya presiden keempat Republik Indonesia itu.

Berbagai kesenian ditampilkan dalam kirab tersebut. Selain kesenian bernuansa Islami, ada juga replika Garuda Pancasila yang diarak paling depan, diikuti barisan santri, kesenian Barongsai, Liong, Ogoh-ogoh dan kesenian lain yang menghibur masyarakat.

"Ini adalah bagian dari cara kita untuk ikut menjaga dan mencintai Indonesia. Hari ini semua berkumpul dari beragam suku, adat, agama, dan ras untuk memperingati haul ke-9 Gus Dur. Ini luar biasa dan saya sangat bahagia," kata Ganjar.

Menurutnya, Gus Dur adalah sosok pejuang kemanusiaan dan bapak pluralisme. Maka, pada haul tersebut Ganjar berpesan agar masyarakat tetap menjaga kerukunan, pluralisme, kebinekaan, serta kemanusiaan.

"Mari kita rawat Indonesia. Dengan begitu, maka kita melakukan apa yang diinginkan oleh Gus Dur tentang apa yang dinamakan kemanusiaan. Jawa Tengah harus menjadi contoh bahwa beginilah seharusnya berbangsa dan bernegara," tuturnya.

Ganjar menegaskan, perbedaan bukan menjadi alasan munculnya perpecahan. Justru, dengan perbedaan itu semua tampak indah. "Seperti pelangi, tidak akan indah jika hanya satu warna. Jadi mari melalui momen ini, kita jaga dan rawat terus kebinekaan kita, pluralisme kita, persatuan dan kesatuan kita untuk Indonesia yang lebih baik," paparnya.

Sementara itu, Yenny Wahid mengatakan jika apa yang dilakukan oleh masyarakat Solo dan sekitarnya ini merupakan bentuk perdamaian, toleransi dan kebinekaan. Dia merasa terharu sekaligus bangga, karena begitu banyak masyarakat yang menghadiri kegiatan tersebut. "Mewakili keluarga, saya sangat berterimakasih. Saya sendiri tidak menyangka, acaranya akan semeriah ini," kata dia.

Di berbagai daerah, lanjut dia, haul Gus Dur memang juga diselenggarakan. Namun yang berbeda di Solo adalah kirab budaya yang diikuti oleh beragam etnis dan agama. "Semua ini menyimbolkan dimensi Gus Dur yang multidimensional," tuturnya.

Yenny melihat, apa yang dilakukan Gus Dur semasa hidupnya adalah persoalan kebinekaan dan penghargaan terhadap perbedaan di masyarakat. Menurutnya, perbedaan itu tidak boleh menyurutkan semangat masyarakat Indonesia untuk bersatu sebagai bangsa dan negara.

"Buat saya tema dan peringatan haul ini masih sangat relevan. Di mana banyak saat ini di berbagai negara yang pecah belah karena perbedaan. Di Indonesia perbedaan ini justru menjadi tiang utama persatuan. Acara ini adalah upaya masyarakat untuk menciptakan suasana guyub, rukun di tengah perbedaan yang ada," paparnya.

 

Baca juga : Seharian Bersama Difabel, Ganjar Dorong dan Angkat Kursi Roda


Bagikan :

SOLO - Hujan deras yang mengguyur Kota Solo pada Sabtu (23/2/2019) tidak menyurutkan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo untuk mengikuti kirab Haul ke-9 KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur. Di bawah guyuran hujan, Ganjar berjalan kaki dari Stadion Manahan menuju Stadion Sriwedari Solo untuk meramaikan acara itu.

Bersama putri Gus Dur, Yenny Wahid, Ganjar long march di bawah guyuran hujan sejauh 3 kilometer. Bersama Banser dan lima penyandang disabilitas yang diajak, Ganjar menyapa warga yang ada di kiri kanan jalan.

Masyarakat yang awalnya berteduh kemudian ikut serta dalam barisan. Dia mengerumuni Ganjar untuk berfoto bersama dan berjalan menuju Sri Wedari. "Pak selfie dulu pak, ganteng banget masya Allah," kata warga.

Kirab Haul Gus Dur bertema "Berjuta Warna Satu Jiwa" tersebut diikuti oleh ribuan orang dari Solo dan sekitarnya. Tak hanya masyarakat muslim, peserta kirab juga terdiri dari berbagai entitas suku, agama dan ras. Mereka bersatu untuk memperingati sembilan tahun meninggalnya presiden keempat Republik Indonesia itu.

Berbagai kesenian ditampilkan dalam kirab tersebut. Selain kesenian bernuansa Islami, ada juga replika Garuda Pancasila yang diarak paling depan, diikuti barisan santri, kesenian Barongsai, Liong, Ogoh-ogoh dan kesenian lain yang menghibur masyarakat.

"Ini adalah bagian dari cara kita untuk ikut menjaga dan mencintai Indonesia. Hari ini semua berkumpul dari beragam suku, adat, agama, dan ras untuk memperingati haul ke-9 Gus Dur. Ini luar biasa dan saya sangat bahagia," kata Ganjar.

Menurutnya, Gus Dur adalah sosok pejuang kemanusiaan dan bapak pluralisme. Maka, pada haul tersebut Ganjar berpesan agar masyarakat tetap menjaga kerukunan, pluralisme, kebinekaan, serta kemanusiaan.

"Mari kita rawat Indonesia. Dengan begitu, maka kita melakukan apa yang diinginkan oleh Gus Dur tentang apa yang dinamakan kemanusiaan. Jawa Tengah harus menjadi contoh bahwa beginilah seharusnya berbangsa dan bernegara," tuturnya.

Ganjar menegaskan, perbedaan bukan menjadi alasan munculnya perpecahan. Justru, dengan perbedaan itu semua tampak indah. "Seperti pelangi, tidak akan indah jika hanya satu warna. Jadi mari melalui momen ini, kita jaga dan rawat terus kebinekaan kita, pluralisme kita, persatuan dan kesatuan kita untuk Indonesia yang lebih baik," paparnya.

Sementara itu, Yenny Wahid mengatakan jika apa yang dilakukan oleh masyarakat Solo dan sekitarnya ini merupakan bentuk perdamaian, toleransi dan kebinekaan. Dia merasa terharu sekaligus bangga, karena begitu banyak masyarakat yang menghadiri kegiatan tersebut. "Mewakili keluarga, saya sangat berterimakasih. Saya sendiri tidak menyangka, acaranya akan semeriah ini," kata dia.

Di berbagai daerah, lanjut dia, haul Gus Dur memang juga diselenggarakan. Namun yang berbeda di Solo adalah kirab budaya yang diikuti oleh beragam etnis dan agama. "Semua ini menyimbolkan dimensi Gus Dur yang multidimensional," tuturnya.

Yenny melihat, apa yang dilakukan Gus Dur semasa hidupnya adalah persoalan kebinekaan dan penghargaan terhadap perbedaan di masyarakat. Menurutnya, perbedaan itu tidak boleh menyurutkan semangat masyarakat Indonesia untuk bersatu sebagai bangsa dan negara.

"Buat saya tema dan peringatan haul ini masih sangat relevan. Di mana banyak saat ini di berbagai negara yang pecah belah karena perbedaan. Di Indonesia perbedaan ini justru menjadi tiang utama persatuan. Acara ini adalah upaya masyarakat untuk menciptakan suasana guyub, rukun di tengah perbedaan yang ada," paparnya.

 

Baca juga : Seharian Bersama Difabel, Ganjar Dorong dan Angkat Kursi Roda


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu