Follow Us :              

Perjuangan Guru Ngaji Cilacap, Pernah Terima Honor Cuma Rp2.000

  08 April 2019  |   10:00:00  |   dibaca : 579 
Kategori :
Bagikan :


Perjuangan Guru Ngaji Cilacap, Pernah Terima Honor Cuma Rp2.000

08 April 2019 | 10:00:00 | dibaca : 579
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

CILACAP - Selama 22 tahun jadi guru Ngaji, Sulaiman Jufri, 62, belum pernah sekalipun mendapat bantuan dari pemerintah. Bahkan, dia pernah hanya mendapat honor Rp2.000 per bulan. Namun, guru ngaji asal Karanggintung Cilacap ini tidak menyerah. Ia tetap istikamah mengajar di Madrasah Diniyah (Madin).

Sulaiman Jufri mengampu di Madrasah Diniyah Miftahul Huda Karanggintung Gandrungmangu Cilacap. Madrasah tersebut hidup dari dana swadaya masyarakat sekitar, yang saban bulannya iuran untuk dana operasional madrasah dan guru. Proses swadaya untuk menghidupi Madin yang memiliki 209 santri itu pun masih diterapkan sampai sekarang.

Saat ini, wali murid iuran Rp20 ribu per bulan, yang dibagi Rp5 ribu untuk operasional dan Rp15 ribu untuk 10 guru di madrasah tersebut. "Tekadnya ya karena keikhlasan ngajar ngaji anak-anak. Tidak lebih. Kami pun tidak pernah mengharap berapa bayarannya," katanya, Senin (8/4/2019).

Sulaiman Jufri menjadi guru ngaji sejak tahun 1997 atau 22 tahun silam sejak santri hanya belajar ngaji di masjid sampai kini sudah punya gedung sendiri yang semua biaya pembangunan pun diperoleh dari hasil swadaya wali murid.

Saat itu, para guru ngaji hanya menerima bisyaroh atau tanda terima kasih sebesar Rp750, meningkat jadi Rp2 ribu per bulan bergantung pada besaran swadaya. "Madrasah Diniyah Miftahul Huda berdiri karena usulan masyarakat pada kiai. Kiai akhirnya rembugan dengan santri senior. Jadi awalnya didirikan secara swadaya," katanya.

Bersama 3.145 guru ngaji se-Kabupaten Cilacap, Sulaiman Jufri akhirnya menerima hibah insentif dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah di Pondok Pesantren Al Fiel, Kesugihan Cilacap. Mereka menerima bisyaroh Rp1,2 juta dalam setahun yang akan diterima per triwulan. Jufri merasa sangat bersyukur karena akhirnya mendapat perhatian dari pemerintah.

"Kami tidak mengharap insentifnya, karena selama ini pun tanpa hibah dari pemerintah Madin juga berjalan, tapi perhatian pemerintah pada guru ngaji dengan pemberian insentif ini luar biasa. Karena kan kami membangun akhlak anak-anak. Belum menerima saja sudah sangat semangat. Karena kami menunggu sudah bertahun-tahun. Memang sebenarnya bergantung pada pemerintah untuk merealisasikan ini, karena memang ini kewajiban pemerintah," paparnya. 

Selain guru ngaji di Cilacap, Pemprov Jateng sebelumnya telah menyerahkan insentif untuk guru ngaji di Pati, Kota dan Kabupaten Semarang, Magelang, Purworejo, Purbalingga dan lainnya. Pada tahun anggaran 2019 ini, Pemprov Jateng telah mengalokasikan dana Rp205 miliar untuk 171.131 guru ngaji. Ganjar berharap kualitas guru ngaji di Jateng mampu mengikuti perkembangan zaman agar mampu memberi pengajaran pada anak-anak secara tepat. 

"Semoga memberi berkah. Masa depan bangsa ini bergantung pada anak-anak kita. Nah, budi pekerti, akhlak anak-anak kita bergantung pada guru ngaji ini," ujarnya. 

Ganjar juga mengatakan bahwa program ini merupakan janji politiknya bersama Taj Yasin Maimoen saat kampanye Pilgub 2018 silam. Bersama putra KH Maimoen Zubair tersebut, Ganjar bertekad memberi perhatian khusus pada guru ngaji di Jateng.

"Ini saya lagi menjalankan janji politik sama Gus Yasin. Ketika mau maju dulu, saya ditanya sama Bu Megawati dan akhirnya ketemu Gus Yasin. Bareng Gus Yasin rembugan, program apa yang mau kita jalankan. Dan ketemu yaitu memperhatikan guru ngaji. Karena ini janji politik maka harus saya jalankan. Saya yang bagi saja seneng, apalagi yang menerima," tukasnya.

 

Baca juga : Seribu Guru Ngaji Purworejo Siap Lawan Hoaks


Bagikan :

CILACAP - Selama 22 tahun jadi guru Ngaji, Sulaiman Jufri, 62, belum pernah sekalipun mendapat bantuan dari pemerintah. Bahkan, dia pernah hanya mendapat honor Rp2.000 per bulan. Namun, guru ngaji asal Karanggintung Cilacap ini tidak menyerah. Ia tetap istikamah mengajar di Madrasah Diniyah (Madin).

Sulaiman Jufri mengampu di Madrasah Diniyah Miftahul Huda Karanggintung Gandrungmangu Cilacap. Madrasah tersebut hidup dari dana swadaya masyarakat sekitar, yang saban bulannya iuran untuk dana operasional madrasah dan guru. Proses swadaya untuk menghidupi Madin yang memiliki 209 santri itu pun masih diterapkan sampai sekarang.

Saat ini, wali murid iuran Rp20 ribu per bulan, yang dibagi Rp5 ribu untuk operasional dan Rp15 ribu untuk 10 guru di madrasah tersebut. "Tekadnya ya karena keikhlasan ngajar ngaji anak-anak. Tidak lebih. Kami pun tidak pernah mengharap berapa bayarannya," katanya, Senin (8/4/2019).

Sulaiman Jufri menjadi guru ngaji sejak tahun 1997 atau 22 tahun silam sejak santri hanya belajar ngaji di masjid sampai kini sudah punya gedung sendiri yang semua biaya pembangunan pun diperoleh dari hasil swadaya wali murid.

Saat itu, para guru ngaji hanya menerima bisyaroh atau tanda terima kasih sebesar Rp750, meningkat jadi Rp2 ribu per bulan bergantung pada besaran swadaya. "Madrasah Diniyah Miftahul Huda berdiri karena usulan masyarakat pada kiai. Kiai akhirnya rembugan dengan santri senior. Jadi awalnya didirikan secara swadaya," katanya.

Bersama 3.145 guru ngaji se-Kabupaten Cilacap, Sulaiman Jufri akhirnya menerima hibah insentif dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah di Pondok Pesantren Al Fiel, Kesugihan Cilacap. Mereka menerima bisyaroh Rp1,2 juta dalam setahun yang akan diterima per triwulan. Jufri merasa sangat bersyukur karena akhirnya mendapat perhatian dari pemerintah.

"Kami tidak mengharap insentifnya, karena selama ini pun tanpa hibah dari pemerintah Madin juga berjalan, tapi perhatian pemerintah pada guru ngaji dengan pemberian insentif ini luar biasa. Karena kan kami membangun akhlak anak-anak. Belum menerima saja sudah sangat semangat. Karena kami menunggu sudah bertahun-tahun. Memang sebenarnya bergantung pada pemerintah untuk merealisasikan ini, karena memang ini kewajiban pemerintah," paparnya. 

Selain guru ngaji di Cilacap, Pemprov Jateng sebelumnya telah menyerahkan insentif untuk guru ngaji di Pati, Kota dan Kabupaten Semarang, Magelang, Purworejo, Purbalingga dan lainnya. Pada tahun anggaran 2019 ini, Pemprov Jateng telah mengalokasikan dana Rp205 miliar untuk 171.131 guru ngaji. Ganjar berharap kualitas guru ngaji di Jateng mampu mengikuti perkembangan zaman agar mampu memberi pengajaran pada anak-anak secara tepat. 

"Semoga memberi berkah. Masa depan bangsa ini bergantung pada anak-anak kita. Nah, budi pekerti, akhlak anak-anak kita bergantung pada guru ngaji ini," ujarnya. 

Ganjar juga mengatakan bahwa program ini merupakan janji politiknya bersama Taj Yasin Maimoen saat kampanye Pilgub 2018 silam. Bersama putra KH Maimoen Zubair tersebut, Ganjar bertekad memberi perhatian khusus pada guru ngaji di Jateng.

"Ini saya lagi menjalankan janji politik sama Gus Yasin. Ketika mau maju dulu, saya ditanya sama Bu Megawati dan akhirnya ketemu Gus Yasin. Bareng Gus Yasin rembugan, program apa yang mau kita jalankan. Dan ketemu yaitu memperhatikan guru ngaji. Karena ini janji politik maka harus saya jalankan. Saya yang bagi saja seneng, apalagi yang menerima," tukasnya.

 

Baca juga : Seribu Guru Ngaji Purworejo Siap Lawan Hoaks


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu