Follow Us :              

Sore-sore Ganjar Main Bola Bareng Anak-anak Pengidap HIV AIDS

  23 July 2019  |   17:00:00  |   dibaca : 1420 
Kategori :
Bagikan :


Sore-sore Ganjar Main Bola Bareng Anak-anak Pengidap HIV AIDS

23 July 2019 | 17:00:00 | dibaca : 1420
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

SURAKARTA - Begitu tiba di Yayasan Lentera, Surakarta pada Selasa (23/7/2019) sore Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo langsung dikerubungi anak-anak dengan HIV AIDS (ADHA). Mereka berteriak riang karena gubernur berambut putih itu datang membawakan bola. 

"Hei ini satu-satu. Jangan rebutan. Dikasih ke yang kecil dulu. Jangan nangis ini masih ada bolanya," kata Ganjar sambil mencoba menenangkan belasan anak-anak yang berebut bola dari tangannya. 

Anak-anak itu lantas berlari kian kemari di halaman rumah Yayasan Lentera memainkan bola. Beberapa anak mengajak Ganjar untuk ikut bermain. 

"Ayo tendang. Lho, ini bola voli. Ya sudah tidak apa-apa yang penting bisa ditendang," kata Ganjar. 

Ada sekitar 14 anak-anak dari usia 4 bulan hingga belasan tahun yang telah divonis positif mengidap HIV/AIDS tinggal di rumah Yayasan Lentera. Selain usia anak-anak, ada pula 20 pengidap lain berusia remaja. Mereka semua, 34 orang itu yatim-piatu dan ditolak oleh keluarganya. Kini di Yayasan Lentera yang terletak di sekitar Taman Makam Pahlawan Surakarta mereka hidup bersama 10 pengasuh. 

"Beberapa hari ini orang-orang bercerita tentang anak pengidap HIV/AIDS (ADHA) ternyata temen-temen di sini mengelola dengan sangat baik. Saya dadakan saja ke sini karena tadi habis perayaan Hari Anak Nasional terus ke Solo dan langsung mampir ke sini," kata Ganjar. 

Sesekali anak-anak yang mengajak Ganjar bermain bola tadi menangis karena bolanya direbut anak lain. Ganjar pun nampak beberapa kali ngliling, ngajak anak itu bercanda agar reda tangisnya. Ganjar mengatakan, anak-anak pengidap ADHA ini memiliki hak yang sama untuk melanjutkan hidup.

"Mereka ini bisa disiapkan untuk masa depan yang lebih mandiri. Soal umur hanya tuhan yang tahu, tapi manusia membantu anak-anak yang punya semangat luar biasa," katanya. 

Anak-anak yang sebagian besar yatim piatu ini, kata Ganjar, ternyata memiliki semangat dan keberanian yang besar seperti anak-anak lainnya. Bahkan Ganjar juga menyaksikan bagaimana mereka bisa bercanda ria dengan orang-orang asing termasuk dirinya. 

"Tidak takut sama orang dan biasa dengan mahasiswa-mahasiswa asing yang saat ini jadi volunteer. Mereka bisa langsung bergaul," katanya. 

Yayasan Lentera telah berdiri sejak 2012 silam, diinisiasi tiga orang yakni Kefas Jibrael Lumatefa, Yunus Prasetyo, dan Puger Mulyono. Yunus Prasetyo mengatakan, untuk sisi pendidikan anak-anak itu tidak ada masalah. Meski demikian pandangan masyarakat terhadap ADHA mesti diubah agar tidak menjauhi apalagi menolaknya. 

"Untuk pendidikan juga tidak ada persoalan, penerimaan yang bagus bisa inklusif masuk ke sekolah biasa. Ini bagian pendidikan untuk masyarakat yang lain agar memahami mereka. Secara medis bisa dijelaskan," katanya. 

Selain itu dia juga mengatakan pihak Pemprov Jateng juga turut berkontribusi di Yayasan Lentera dengan bantuan medis yang disediakan RS Moewardi berupa pemberian obat secara gratis. Meski demikian Yunus mengatakan untuk sarana dan prasarana Yayasan Lentera masih kekurangan. Terlebih anggaran yang dia miliki hanya cukup untuk operasional. 

"Sebagian besar anggaran kami habis untuk operasional dan permakanan. Sementara ini yang kami butuhkan adalah mainan anak-anak. Tadi pak Gubernur akan mengirim alat musik," katanya.

 

Baca juga : Tolak Sambutan, Ganjar Pilih Engklek Bersama Anak-anak


Bagikan :

SURAKARTA - Begitu tiba di Yayasan Lentera, Surakarta pada Selasa (23/7/2019) sore Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo langsung dikerubungi anak-anak dengan HIV AIDS (ADHA). Mereka berteriak riang karena gubernur berambut putih itu datang membawakan bola. 

"Hei ini satu-satu. Jangan rebutan. Dikasih ke yang kecil dulu. Jangan nangis ini masih ada bolanya," kata Ganjar sambil mencoba menenangkan belasan anak-anak yang berebut bola dari tangannya. 

Anak-anak itu lantas berlari kian kemari di halaman rumah Yayasan Lentera memainkan bola. Beberapa anak mengajak Ganjar untuk ikut bermain. 

"Ayo tendang. Lho, ini bola voli. Ya sudah tidak apa-apa yang penting bisa ditendang," kata Ganjar. 

Ada sekitar 14 anak-anak dari usia 4 bulan hingga belasan tahun yang telah divonis positif mengidap HIV/AIDS tinggal di rumah Yayasan Lentera. Selain usia anak-anak, ada pula 20 pengidap lain berusia remaja. Mereka semua, 34 orang itu yatim-piatu dan ditolak oleh keluarganya. Kini di Yayasan Lentera yang terletak di sekitar Taman Makam Pahlawan Surakarta mereka hidup bersama 10 pengasuh. 

"Beberapa hari ini orang-orang bercerita tentang anak pengidap HIV/AIDS (ADHA) ternyata temen-temen di sini mengelola dengan sangat baik. Saya dadakan saja ke sini karena tadi habis perayaan Hari Anak Nasional terus ke Solo dan langsung mampir ke sini," kata Ganjar. 

Sesekali anak-anak yang mengajak Ganjar bermain bola tadi menangis karena bolanya direbut anak lain. Ganjar pun nampak beberapa kali ngliling, ngajak anak itu bercanda agar reda tangisnya. Ganjar mengatakan, anak-anak pengidap ADHA ini memiliki hak yang sama untuk melanjutkan hidup.

"Mereka ini bisa disiapkan untuk masa depan yang lebih mandiri. Soal umur hanya tuhan yang tahu, tapi manusia membantu anak-anak yang punya semangat luar biasa," katanya. 

Anak-anak yang sebagian besar yatim piatu ini, kata Ganjar, ternyata memiliki semangat dan keberanian yang besar seperti anak-anak lainnya. Bahkan Ganjar juga menyaksikan bagaimana mereka bisa bercanda ria dengan orang-orang asing termasuk dirinya. 

"Tidak takut sama orang dan biasa dengan mahasiswa-mahasiswa asing yang saat ini jadi volunteer. Mereka bisa langsung bergaul," katanya. 

Yayasan Lentera telah berdiri sejak 2012 silam, diinisiasi tiga orang yakni Kefas Jibrael Lumatefa, Yunus Prasetyo, dan Puger Mulyono. Yunus Prasetyo mengatakan, untuk sisi pendidikan anak-anak itu tidak ada masalah. Meski demikian pandangan masyarakat terhadap ADHA mesti diubah agar tidak menjauhi apalagi menolaknya. 

"Untuk pendidikan juga tidak ada persoalan, penerimaan yang bagus bisa inklusif masuk ke sekolah biasa. Ini bagian pendidikan untuk masyarakat yang lain agar memahami mereka. Secara medis bisa dijelaskan," katanya. 

Selain itu dia juga mengatakan pihak Pemprov Jateng juga turut berkontribusi di Yayasan Lentera dengan bantuan medis yang disediakan RS Moewardi berupa pemberian obat secara gratis. Meski demikian Yunus mengatakan untuk sarana dan prasarana Yayasan Lentera masih kekurangan. Terlebih anggaran yang dia miliki hanya cukup untuk operasional. 

"Sebagian besar anggaran kami habis untuk operasional dan permakanan. Sementara ini yang kami butuhkan adalah mainan anak-anak. Tadi pak Gubernur akan mengirim alat musik," katanya.

 

Baca juga : Tolak Sambutan, Ganjar Pilih Engklek Bersama Anak-anak


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu