Follow Us :              

Santri Milenial Mesti Kuasai Teknologi

  19 August 2019  |   14:30:00  |   dibaca : 1323 
Kategori :
Bagikan :


Santri Milenial Mesti Kuasai Teknologi

19 August 2019 | 14:30:00 | dibaca : 1323
Kategori :
Bagikan :

Foto : Handy (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Handy (Humas Jateng)

SEMARANG - "Bagaimana cara bapak menyesuaikan latar belakang pendidikan salaf dan pemerintahan yang milenial?"
Pertanyaan itu dilontarkan oleh beberapa siswi pers sekolah MA Al-Anwar saat beraudiensi dengan Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen di ruang kerjanya, Senin (19/8/2019).

Gus Yasin menuturkan, memeroleh amanah masyarakat sebagai wakil gubernur seperti saat ini belum pernah terbersit di dalam benaknya. Namun dia harus siap untuk mengemban amanah tersebut sebagai wujud perjuangan mengisi kemerdekaan. 

Putera ulama kharismatik Alm KH Maimoen Zubair itu menjelaskan, sekarang semakin banyak santri yang mengukir kesuksesan di berbagai bidang. Ada alumnus santri yang menjadi legislatif, bahkan menteri. 

"Di dalam Islam, rasulullah mengajarkan politik, bagaimana berdirinya suatu negara dan apa keinginan masyarakat. Kita gabungkan saja sebenarnya, sehingga apa yang kita pelajari di pondok pesantren bisa kita implementasikan ke dalam pemerintahan," jelasnya.

Gus Yasin menyebut, di tengah era digital saat ini, santri tidak hanya mendalami ilmu agama. Mereka juga mesti membekali diri dengan penguasaan teknologi. Beberapa di antara mereka bahkan berhasil mengembangkan aplikasi yang bermanfaat untuk masyarakat.

"Sekarang tantangan kita adalah mempelajari teknologi informasi. Jangan semua hanya fokus untuk mendalami fikih, tetapi tidak mau mendalami ilmu lainnya. Ada santri dari pondok pesantren salaf di Grobogan yang membuat aplikasi. Kita dorong mengembangkan itu di Playstore," bebernya.

Mantan anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah itu menambahkan, ada pula alumnus santri yang sukses menjadi pengajar di universitas terbuka di negara tetangga. Berbekal penguasaan teknologi, dia berbagi ilmu agama dengan mahasiswa muslim dari berbagai wilayah secara online.

"Ada salah seorang santri asal Salatiga yang sekarang berdomisili di Singapura. Dia mengajar di universitas terbuka, sistemnya online. Siswanya ada yang dari bidang pemerintahan, industri, swasta lainnya," lanjutnya.

Gus Yasin menegaskan, meski pada era globalisasi ini santri dituntut menguasai teknologi, namun rasa cinta Tanah Air tidak boleh luntur dari dalam diri. Santri harus tetap religius dan nasionalis, seperti pesan ulama panutan mereka, Alm. Mbah Moen, semasa hidup.

"Kiai ingin antara religius dan nasionalis dapat bergabung. Ini yang diidamkan oleh KH Maimoen Zubair," pungkasnya.

 

Baca juga : Deklarasikan Sekolah Berintegritas, Gus Yasin: Kejujuran Itu Mahal


Bagikan :

SEMARANG - "Bagaimana cara bapak menyesuaikan latar belakang pendidikan salaf dan pemerintahan yang milenial?"
Pertanyaan itu dilontarkan oleh beberapa siswi pers sekolah MA Al-Anwar saat beraudiensi dengan Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen di ruang kerjanya, Senin (19/8/2019).

Gus Yasin menuturkan, memeroleh amanah masyarakat sebagai wakil gubernur seperti saat ini belum pernah terbersit di dalam benaknya. Namun dia harus siap untuk mengemban amanah tersebut sebagai wujud perjuangan mengisi kemerdekaan. 

Putera ulama kharismatik Alm KH Maimoen Zubair itu menjelaskan, sekarang semakin banyak santri yang mengukir kesuksesan di berbagai bidang. Ada alumnus santri yang menjadi legislatif, bahkan menteri. 

"Di dalam Islam, rasulullah mengajarkan politik, bagaimana berdirinya suatu negara dan apa keinginan masyarakat. Kita gabungkan saja sebenarnya, sehingga apa yang kita pelajari di pondok pesantren bisa kita implementasikan ke dalam pemerintahan," jelasnya.

Gus Yasin menyebut, di tengah era digital saat ini, santri tidak hanya mendalami ilmu agama. Mereka juga mesti membekali diri dengan penguasaan teknologi. Beberapa di antara mereka bahkan berhasil mengembangkan aplikasi yang bermanfaat untuk masyarakat.

"Sekarang tantangan kita adalah mempelajari teknologi informasi. Jangan semua hanya fokus untuk mendalami fikih, tetapi tidak mau mendalami ilmu lainnya. Ada santri dari pondok pesantren salaf di Grobogan yang membuat aplikasi. Kita dorong mengembangkan itu di Playstore," bebernya.

Mantan anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah itu menambahkan, ada pula alumnus santri yang sukses menjadi pengajar di universitas terbuka di negara tetangga. Berbekal penguasaan teknologi, dia berbagi ilmu agama dengan mahasiswa muslim dari berbagai wilayah secara online.

"Ada salah seorang santri asal Salatiga yang sekarang berdomisili di Singapura. Dia mengajar di universitas terbuka, sistemnya online. Siswanya ada yang dari bidang pemerintahan, industri, swasta lainnya," lanjutnya.

Gus Yasin menegaskan, meski pada era globalisasi ini santri dituntut menguasai teknologi, namun rasa cinta Tanah Air tidak boleh luntur dari dalam diri. Santri harus tetap religius dan nasionalis, seperti pesan ulama panutan mereka, Alm. Mbah Moen, semasa hidup.

"Kiai ingin antara religius dan nasionalis dapat bergabung. Ini yang diidamkan oleh KH Maimoen Zubair," pungkasnya.

 

Baca juga : Deklarasikan Sekolah Berintegritas, Gus Yasin: Kejujuran Itu Mahal


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu